IIII - Ocean and Engines

258 37 2
                                    



"you said, baby don't cry we'll be fine you're the one thing I swear I can't outgrow"



Angin kencang menyapu suraian wanita berambut merah muda yang tengah berdiri di pesisir Pantai, kaki nya yang tanpa alasan terhantam desiran ombak kecil di tengah pasir putih yang ia pijak. Wajahnya yang tanpa hiasan sangat cantik dan natural terkena pantulan orange nya sunset yang tengah pasang, dalam balutan dress pantai bercorak bunga – bunga merah muda dan sebuah topi di tangan nya. Kedua netra hijau nya berbinar memandangi gradasi warna air laut yang ada di mulai dari paling muda hingga biru gelap di laut lepas sana, melihat lautan memang salah satu momen terbaik dalam hidup bagi haruno sakura saat ini. Di umur nya yang menginjak dua puluh tujuh di tahun dua ribu dua puluh di mana ia merasa bahwa semua sudah ada di tangan nya dari karir yang sempurna, pendidikan yang di tempuh dengan baik serta keluarga yang sangat baik secara finansial men – support dan menyayangi nya. Rasa nya tidak ada lagi yang ingin ia cari di dunia ini selain menjalani hidup nya dengan baik hingga akhir hayat nya –

Deburan ombak beradu cukup keras serta gulungan – gulungan nya yang perlahan terus menyapu kaki sakura dengan pelan, wanita itu selalu di sentak oleh ombak kecil dalam hidup nya, bagi sakura kehidupan nya bagaikan air yang tenang dan indah yang tidak akan pernah orang jamah. Lingkaran kehidupan nya sungguh sempurna – kecuali satu hal. Yaitu kisah cinta nya yang memang sama sekali tidak ia pikirkan hingga sedalam itu, karena ia pikir hidup nya sudah sempurna. Apa lagi yang harus ia cari? Bukankah sebuah percintaan akan membuat hidup nya complex?

Namun semua statement itu berubah ketika empat hari lalu ia bertemu dengan seorang lelaki yang di kenalkan oleh kedua orang tua nya di salah satu resto mewah di Paris, di tengah hempasan angin pantai yang kencang bayangan wajah tampan serta tutur kata lelaki itu seakan menampar nya. Sebenarnya lelaki yang di kenalkan oleh kedua orang tua nya bukanlah total orang asing bagi sakura, lelaki itu memang sudah ia kenal di karenakan relasi kedua orang tua mereka yang memang erat. Meskipun sakura yakin lelaki itu sudah lupa perihal diri nya di karenakan sakura yang memang menjalani sekolah menengah pertama di UK sebelum akhir nya menempuh pendidikan di Paris – terakhir kali mereka berbicara seperti nya ketika umur sepuluh tahun dan itu hanya sekali, karena pada akhir nya lelaki itu pergi menempuh hidup nya sendiri. Bahkan sakura tidak tahu apakah umur mereka sama atau salah satu dari mereka lebih tua. Hanya saja sakura berpikir apakah hati nya selemah ini untuk cepat menyukai seseorang? Tetapi mengapa ia tidak bisa mencintai seseorang di samping nya saat ini?

Seseorang yang selalu ada di sisi nya dalam suka maupun duka sejak mereka menjejakan kaki di negara yang terkenal dengan menara Eiffel nya. Sakura menolehkan kepala nya ke kanan melihat seorang laki – laki berlari ke arah nya dengan senyum yang sangat lebar serta dua buah smoothies yang berada di tangan nya, senyum nya yang begitu tulus dan terus menunggu jawaban nya. Tapi kenapa perasaan sakura selalu sebatas pertemanan saja meskipun sudah bertahun – tahun lama nya lelaki itu mengutarakan perasaan yang jelas dan pasti kepada nya.

"sakura chan..." berat nafas lelaki di hadapan nya yang baru saja berlari menghampiri nya, kedua netra nya yang berwarna biru terang serta surai nya yang berkilauan menyatu dengan matahari yang terbenam saat ini membuat perasaan sakura semakin bersalah.

"aku – " ucapan nya terpotong karena deburan ombak yang semakin terdengar gemuruh, lelaki di samping nya setia memandangi nya meskipun sakura memutuskan mengalihkan pandangan nya melihat hamparan laut kembali.

"....aku di jodohkan oleh kedua orang tua ku"

Sakura tidak kuasa untuk melihat bagaimana ekspresi lelaki di samping nya saat ini, ia jelas tahu perasaan lelaki itu untuk nya yang sudah ada sejak lama. Detik berikut nya yang sakura rasakan adalah bahu nya yang di pegang dan di putar untuk menghadap lelaki itu, kedua netra hijau dan biru beradu dengan sangat intens meskipun lelaki di hadapan nya tersenyum dengan sangat tulus, sakura yakin diri nya hancur setengah mati.

Art of ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang