Algorithm 1

7 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ada yang bilang kepadaku, aku itu seperti index baginya. Sumber masalah... 

namun karena adanya aku, ia menjadi sosok yang lebih baik."

Hai namaku Hafida Narasya, sekarang usia ku akan memasuki umur 19 tahun, hanya beberapa bulan lagi. Aku masih duduk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di kabupaten Sukanaga tepatnya di desa Batu. Jika kita berbicara desa dan kampung. Sebenarnya tempatku tinggal sudah seperti kota-kota cuman ya masih asri. Engga terlalu banyak gedung-gedung tinggi dan hanya ada beberapa pabrik saja. Bisa dikatakan desa ku cukup luas dan modern. Tidak seperti desa lainnya yang memiliki jalanan berlubang dan akses masuk ke desa sangat lah sulit karena perkampungan mereka masih terjaga dan belum tersentuh akan adanya kemajuan. Namun desa dan kecamatan kami tidak.

Oh ya ... kenalkan juga sekolah ku tercinta. Aku sekolah di sekolah swasta, di sekolah ini terbilang terjangkau dan kualitas sekolah yang sangat bagus dan mendapatkan akreditasi "A". sekolah ku ini berdiri oleh Yayasan Asmaul husna, terdiri dari RA, TK, MDTA, MTS dan SMK juga Universitas.

Aku sangat bangga bisa bersekolah di sini, bisa belajar banyak hal yang tidak bisa di pelajari siswa biasanya. Karena disini kita belajar sesuai kejuruan yang kita pilih setelah melakukan tes kejuruan saat masuk sekolah, dan ya... aku duduk di kelas 12 Rekayasa Perangkat Lunak. Sebuah jurusan tersulit di sekolahku, dan jurusan ku ini bisa di katakana spesial karena tidak sembarangan orang yang bisa masuk. Juga hal yang sangat aku sukai dan aku banggakan, nasib baik inipun membawaku bertemu dengannya lagi setelah 13 tahun lamanya.

"Gusy!!! Ada guru baruuu ganteng banget anjir!" ucap Farida berteriak histeris saat memasuki kelas, dan Vevi di belakangnya ikut berseru.

"iya beneran, kata bu Muti dia guru Pemrograman kita yang baru. Asiik banget dah!"

Aku yang tengah duduk di meja paling depan tengah merajut mulai memperhatikan mereka yang berbicara dengan penuh semangat itu.

Kelas kami terbilang sedikit hanya ada 33 siswa di dalamnya berbeda dengan jurusan lain, BDP ada 3 kelas sekitar 110 siswa, OTKP 4 sekitar 144 siswa, hanya RPL saja yang 1 kelas berisii 33 siswa yang di dominasi oleh anak laki-laki dan anak prempuan terdiri dari Seli, Vevi

Farida, Gina, Zalika, Hafida, Nani, Ina, Aulia dan Anggi. Sisanya anak laki-laki.

"cowo cewe?" Tanya Seli membuat mereka menatapnya dengan tatapan kesal.

"iklan ges iklan ..." ucap Nani membuat mereka tertawa dan Seli hanya menatap mereka bingung. Aku sendiri hanya tersenyum melihatnya.

"Ya cowo lah Sel, tadi kata Farida ganteng. Berarti cowo," ucap Aulia jengah namun ia tetap menjelaskan kepada Seli.

"yakan bisa jadi cewe..." ucapnya mengelak

"ya gimana kamu sajalah Sel," ucap Vevi, membuat mereka jadi malas membahas guru baru itu.

Aku pun menunduk kembali sambil merajut, sedangkan Zalika teman sebangku ku itu tengah fokus ke laptopnya.

Akupun bertanya,"lagi ngerjain apa Zal?"

"biasalah job," ucap Zalika dengan cengiran khasnya. Membuatku tertkekeh kecil.

"belum beres juga merajutnya?" tanyanya, aku menggeleng pelan, memang setiap ada jamkos atau istirahat setelah makan siang, aku selalu merajut atau bermain laptop sekedar scroll aja.

teman-teman ku sudah duduk di kursinya masing-masing, dan kebetulan Farida ada di belakangku duduk sebangku dengan Gina, aku pun menanyakan hal tadi kepadanya. Kalian tahu tidak? aku punya rasa penasaran yang luar biasa.

"Fa siapa guru tadi?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak tahu namanya, tapi beneran dia ganteng, katanya sih baru lulus dari universitas UTII (Universitas Teknologi dan Informatika Indonesia) sebuah universitas nasional yang sudah mendunia. Aku terkejut mendengarnya, karena aku juga ingin berkuliah di sana.

Aku menatap Farida yang Nampak bersemangat saat menjelaskannya, Vevi, Ina, Nani, Aulia, Gina juga Seli ikut berkumpul membicarakan guru baru. Zalika juga ikut mendengarkan sambil bermain di laptopnya, anak itu Nampak tidak terlalu peduli.

"siapa sih aku penasaran ..." ucap Ina, tumben-tumbennya Ina ikut dalam pembicaran soal laki-laki.

"yeah sama yang ganteng-ganteng mah jadi kaya gini." Mereka tertawa mendengar guyonan Farida.

"coba tanya sama si Pak ketu," ucap Gina, tidak Khayal gadis kpoprs si paling estetik itu juga kepo, aku jadi semakin pensaran.

"syukulah kalo udah ada pengganti Pak Faizal," ucapku, memang setelah pak Faizal keluar dari sekolah satu semester lalu tidak ada yang mengajari mereka tentang pemrograman. Dan semester akhir menuju ujian ini, kami di berkati seorang guru lulusan baru. Agar persiapan untuk ujian nanti tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu gagal. Aku bersyukur dalam hal itu.

"bener tuh, lagian ya pelajaran pemrograman tu susah, malah di kasih guru kaya Pak Faizal, tapi untungnya udah ada ganti yang baru. Makin semangat nih belajar."

Saat mereka berbincang-bincang, Dion atau sring di panggil Dimas atau si pak ketu. Dia datang membawa laptop. Karena setelah jamkos ini ada pelajaran pemrograman.

"Dim guru baru itu siapa namanya?" 

Syntax of Love: Guru and the Unexpected BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang