Algorithm 5 (part1)

1 0 0
                                    

mereka berdua pergi setelah sehari di rumah hafi, dan kini mereka sudah berada di sebuah rumah sederhana minimalis namun begitu sangat cantik saat hafi melihat rumah itu, bahkan hafi tidak bisa berpaling dari kesederhanaan rumah milik kak fauzi, hafi pun segera turun dari mobil dan melihat lebih dekat rumah mereka, sungguh hafi masih tidak menyangka bahwa ia sudah menikah dan yang paling ia tidak percaya adalah gurunya sendiri yang menjadi suaminya

"gak mau masuk?" Tanya fauzi saat melihat hafi yang masih anteng berdiri di depn rumah.

hafi pun dengan cepat ikut masuk kedalam rumah yang sangat cantic itu, ia tidak menyangka bbahwa fauzi sudah memiliki rumah karena kan fauzi baru lulus jadi ia tidak menyangka hal ini

fauzi memperkenalkan rumahnya kepada hafi, memperlihatkan ruang-ruangannya juga kamar untuk hafi, ia sangat senang sekali mendapatkan kamar yang bagus dan suasananya yang menyenangkan, ada jendela di samping kamarnya yang menampilkan pemdangan luar biasa dari luar sana, Nampak sebuah taman yang indah.

selain itu hafi juga sangat menyukai sebuah ruangan baca dimana itu khusus belajar dirinya dengan fauzi, Hafi tidak tahu kalo Fauzi memiliki buku sebanyak itu, Hafi bahkan kelelahan saat membereskannya namun ia juga senang karena mendapatkan ruang belajar yang nyaman, ruangan yang tadinya kosong kini penuh dengan buku yang berjejer rapi di rak, Fauzi masih membereskan barang-barang.

Hafi begitu senang melihat mejanya tepat di depan jendela dan meja Fauzi di sampingnya jaraknya tidak terlalu dekat terhalang satu meja. Hafi pun duduk di sana membereskan buku-bukunya begitu juga Fauzi di sebelah nya mulai menyimpan laptop buku dan sebagainya. Entah apa yang sedang Fauzi kerjakan sebenarnya. Hafi tidak tahu.

Hafi pun membuka jendelanya hingga udara segar masuk kedalam ruangan buku itu, udara sore begitu menyenangkan terlebih karena ruangan ini berada di belakang membuat pemandangan alam belakang rumahnya terlihat begitu cantik.

Sampai Hafi lupa untuk membereskan kotak barang yang tadi di pakai.

"Jangan lupa lipat kardus itu nanti akan ku simpan," ucap Fauzi membuat Hafi tersadar dari terpesonanya. Ia pun mengangguk dan segera membereskan sisa sisa nya. Masih banyak kotak kotak yang bertebaran di mana-mana yang berisi kabel yang Hafi tidak tahu untuk apa.

"Kotak-kotak ini mau di simpan dimana?" Tanya Hafi, Fauzi menoleh sebelum meninggalkan ruangan itu.

"Simpan di paling pojok dan jangan di buka atau sentuh apapun."

Hafi mengangguk lagi, Fauzi pun keluar dari ruangan entah kemana Hafi tidak tahu.

Hafi lanjut membereskan barang-barang, memindahkan kotak berisi kabel kabel itu di pojokan, setelah ia melipat kotak-kotak barang dan di simpan di luar ruangan. Hafi pun mengambil sapu dan mulai menyapukan ruangan yang sangat ia suka itu.

Hufht... Hafi menghela nafas panjang, akhirnya pekerjaan nya selesai ruangan itu nampak bersih dan rapi, sebagai sih karena banyak kotak yang belum tersusun dengan baik.

Hafi pun tersenyum ia berjalan ke dapur untuk membuat sesuatu. Fauzi melihat itu hanya menatap datar lantas mengambil kotak yang telah di lipat dan di simpan di gudang.

Badannya pegal-pegal karena membawa barang-barang itu, ia pun duduk di sofa dan mengambil handphonenya.

Sedangkan di dapur sana Hafi tengah membuat the hangat untuk Fauzi ia juga membawa sebuah tanaman air untuk di simpan di ruangan belajar nya. Setelah menyimpan tanaman itu di jendela Hafi segera mendekati Fauzi dan meletakan nya di meja.

Fauzi menatap Hafi datar sedangkan Hafi hanya tersenyum simpul.

"Aku akan kebelakang dulu,' ucap Hafi tapi Fauzi tidak merespon malah ia nampak begitu serius melihat handphonenya. Hafi pun pergi begitu saja ia akan mandi dan membereskan baju-bajunya.

Setelah selesai mandi Hafi segera membereskan baju-bajunya dan juga baju Fauzi, Hafi begitu gugup untuk sekedar menyentuh pakaiannya tapi ia harus merapihkan dan memasukkannya ke lemari.

Setelah selesai Hafi pun pergi ke dapur, perutnya lapar. Saat Hafi ke dapur ia melihat Fauzi yang tengah memasak. Hafi pun mendekat dan melihat apa yang sedang Fauzi lakukan itu

"Buat apa ka?" Tanya Hafi

Fauzi menatap Hafi tanpa menjawab pertanyaannya, Hafi jadi serba salah, apa Fauzi memasak untuk dirinya sendiri? Apa yang harus dia buat sekarang? hafi tidak mengerti situasi yang sedang ia hadapi sekarang

Untuk menghilangkan kecanggungan di dapur itu Hafi pun membereskan peralatan dapur, seperti piring gelas dan peralatan lainnya.

Hafi menyimpannya dengan baik dan tanpa lama membereskannya hingga Hafi tidak sadar Fauzi sudah selesai masak dan tengah duduk anteng di meja makan sambil memperhatikan dirinya yang tengah membereskan barang-barang dapur.

Hafi juga lupa ia belum masak nasi, jadi Fauzi tidak makan dengan nasi? Pikir Hafi

"Ka nasinya....." Hafi mematung melihat Fauzi yang hampir menghabiskan makannya. Dengan sayur wortel Dan nasi.

"Umi yang bawa tadi," ucapnya. Hafi menghela nafas lega, ia pun membawakan Fauzi air minum

Saat Hafi hendak kembali membereskan barang-barang yang masih berserakan Fauzi berbicara membuat Hafi tidak jadi untuk bergerak.

"Tidak makan dulu?" Tanyanya, Hafi menoleh.

"Aku belum masak," ucap Hafi cengengesan. Fauzi hanya menatap datar dan menunjuk makanan di depannya dengan dagunya.

"Makan."

Memang di meja makan itu banyak makanan entah dari mana mungkin dari umi, bawa Fauzi saat sekolah tadi

Ada ayam, sayur, usus dan sambal. Perut Hafi lapar melihatnya. Tanpa berpikir ia pun duduk di samping Fauzi dan mulai makan.

saat hafi makan tiba-tiba terdengar suara dari handphone fauzi, pria itu pun pergi meninggalkan hafi yang tidak curiga sama sekali, hafi malah asik makan. sedangkan fauzi pergi ke belakang rumahnya untuk mengangkat telepon dari seseorang yang ia cintai

"hallo sayang?"

"kenapa jawabnya lama!!"ucap seorang wanita, ia berbicara dengan manja meski ia tengah marah. membuat fauzi terkekeh pelan.

"maaf sayang aku baru makan, sayang uda makan belum?"

"makan dulu ya sayang."

"sebelumnya akuu minta maaf ya sayang, tadi ada urusan dan aku gak sempet izin, tadi aku ke kampus dan baru buka handphone ini."

"maaf sayang jangan marah lagi ya..."

"sayangg... besok kita pergi jalan-jalan mau?"

"jangan marah lagi ya sayang."

"dah sayang."

setelah sambungan terputus, fauzi menghela nafas berat. ia tidak bisa mengontrol semua keadaan yang menimpanya, ia berbohong kepada wanita yang ia cintai, ia berkhianat dan fauzi membenci hal itu, ia benci dirinya sendiri dan juga... hafi.

Syntax of Love: Guru and the Unexpected BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang