Algorithm 2

6 2 0
                                    

Programman Mobile

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Programman Mobile

Jadi benar ... hal yang paling kita benci menjadi hal yang paling kita sukai karena terjadinya kebiasaan.

Pelajaran yang paling mereka benci kini berubah menjadi pelajaran yang di nanti nanti. Pelajaran nya kini tidak membosankan dan ditambah guru yang tampan itu membuat anak perempuan bersemangat senan tiasa. Tidak perduli mereka yang kadang selalu mengomel karena pelajaran Coding ini selalu eror. Tapi saat kelas di mulai semuanya berubah. Entah apa yang ada di pikiran mereka, niat belajar bener bener atau semata-mata ingin cari perhatian dari Fauzi. Namun kebiasaan belajar ngoding ini juga menjadi kepuasan bagi kami terutama aku.

Setiap kali belajar ngoding aku selalu yang pertama selesai setelah Fauzi memberikan arahan-arahan dan apa yang harus ku tulis. sedangkan teman-teman ku yang lain masih jauh ketinggalan hingga aku harus menunggu mereka sampai beres.

Berminggu-minggu belajar ngoding, hingga banyak hal yang membuat kami stress tentunya karena Error, ngebug dan sebagainya. Pelajaran pemrograman web pun kini sudah berjalan lumayan jauh hingga kami sudah bisa menampilkan tampilan utama, dan mulai menerapkan sistem CRUD. Yaitu Create, Read, Update dan Delete. Dan hal yang berkesan saat pelajaran hari itu, nama aku sengaja di tulis olehnya sebagai contoh di aplikasi bersandsng dengan namanya. Yang tengah menjelaskan kegunaan crud. Entah kenapa tapi aku merasa senang dia memilih namaku meski dia lupa dengan namaku dan menanyakannya kepadaku.

Ada sampai 7 kali pertemuan dalam sebulan ini.

Dan suatu ketika ada hal yang membuat teman-teman ku mulai membicarakan lagi tentang Fauzi dimana Aulia sebagai sekretaris berduaan dengan Fauzi di lab. Ya.. itu karena Fauzi meminta absenan kepadanya. Dan Aulia menceritakan hal itu penuh antusias.

"Kalian tahu, tadi aku sama Fauzi berduaan di lab, " ucapnya di iringi tawa.

"Wah Aulia mulai login nih."

Login yang di maksud kan mereka adalah ikut masuk ke circle pengagum Fauzi tidak terkecuali aku dan zalika yang bersikap biasa saja meski tidak khayal aku selalu terpesona olehnya.

***

Hari ini libur sekolah ayah dan ibu mengajak ku dan adik ku untuk pergi, aku tidak tahu akan pergi kemana tapi katanya mau pergi ke rumah teman lama ayah.

Aku tidak ingin ikut sebenernya tapi entah mengapa ibu begitu memaksaku padahal aku banyak yang harus aku kerjakan karena tugas dari sekolah. Tapi melihat ibu yang nampak marah ketika aku tidak ingin ikut dan berbicara yang tidak tidak membuat ku ikut bersama mereka.

Kami naik mobil dan ayah yang mengendarai nya, cukup lama kami sampai karena mampir ke minimarket untuk membeli buah tangan. Perjalanan menuju rumah teman ayah menempuh sekitar 20 menit hingga kami sampai di sana.

Ayah ibu dan aku yang menggendong Hani adik kecil ku yang masih berusia dua tahun itu, kami bertiga berjalan menuju rumah teman ayah. Dan melihat istri dari teman ayah menyambut kedatangan kami. Dan mempersilahkan masuk ke rumahnya yang sederhana itu.

Aku pun menyalami tangan ibu paruh baya itu yang usianya di atas usia ibuku, mungkin 39 atau 40.

Aku pun duduk bersama Hani di pangkuanku, gadis kecil itu tidak bisa diam dan ingin turun. Sedangkan ayah dan ibu berbincang-bincang aku tidak terlalu mendengarkan karena Hani menarik ku untuk keluar rumah, rumah temannya ayah begitu sejuk. Ada halaman berumput di depan rumahnya dan pohon belimbing yang tidak tinggi juga berbuah lebat membuat ku membulatkan mata karena ada buah kesukaan ku.

Aku menemani Hani bermain di luar sedangkan ibu dan ayah melihat teman ayah yang ternyata lagi sakit, aku juga tadi sudah ke sana dan menyalami tangan teman ayah, pria yang seumuran ayah itu nampak lemah namun saat ia tersenyum membuat ku terenyuh

Dia bertanya kepadaku.

"Anak mu sudah besar ya," ucap teman ayah yang di angguki ayah sambil terkekeh

"Udah ada calon belum?" Tanya teman ayah, ayah menggelengkan kepalanya.

"Hafida jarang dekat sama laki-laki pacar aja dia gak punya." Itu memang benar tapi harga diriku sedikit tercoreng di tertawakan seperti itu.

"Iya dia juga pemalu jarang banget bicara," timpal ibu.

"Anak anak kamu juga mana? Gak kelihatan?"

"Anak aku cowo semua, yang besar lagi kuliah, yang kedua tengah ada acara katanya di sekolah dan yang kecil lagi main, entah kemana anak anak itu."

"Iya beda banget sama Hafida yang sukanya diem duduk di rumah. Sambil temenin adiknya."

Hafida izin keluar untuk menjaga Hani, sedangkan teman lama itu berbicara banyak hal karena mereka tidak pernah bertemu lagi saat mereka pindah rumah dan pindah bekerja.

Aku dan Hani masuk ke dalam rumah lagi, duduk di dekat teman ayah.

"Nak Hafi mau tidak sama anak Abi," ucapnya membuat Hafi membulatkan matanya, antara terkejut dan tidak mengerti kemana arah pembicaraan teman ayah.

"Dia sebentar lagi lulus dan ya kamu juga kan sebentar lagi lulus, dia juga udah kerja."

Teman ayah tersenyum hangat, menatap ku penuh harap, aku sendiri bingung harus bicara seperti apa.

"Iya Hafi kamu bisa berkenalan dengan si kakak saat dia pulang nanti."

Aku hanya mengangguk pelan, bingung harus bicara apa? Aku tidak tahu dan tidak ingin salah bicara.

"San kita jodohkan aja anak kita," ucap teman ayah membuat ayah ku mengangguk, apa-apaan ini?

"Bener Bi, lagian si kakak juga terlalu fokus sama kuliahnya dia gak pernah pikir bawa wanita ke rumah." Ucap istrinya

"Aku juga setuju, Hafi juga sama ia terlalu fokus belajar entah mengapa aku aja lihatnya pusing."

Mereka tertawa bersamaan dengan rencana mereka. Aku harus apa? Tapi sepertinya teman ayah begitu mengerti perasaan ku.

"Jika nak Hafi ingin, jika tidak juga tidak apa apa." Ucapnya membuat ku menoleh menatap wajahnya yang sudah lemas itu, aku tersenyum, entah kenapa melihatnya membuatku tidak bisa menolak hal itu.

"Aku ingin melihat anak ku menikah dengan gadis seperti mu, yang bisa merubah anak ku yang cuek itu."

Teman ayah menggenggam tangan ku,"ini permintaan pertama dan terakhir untuk mu, entah mengapa melihat mu aku melihat ayah mu yang sangat baik. Dan aku ingin yang terbaik untuk anak ku. Kumohon pikirkanlah."

Aku mengangguk. Dan dari saat itu pikiran ku jadi kacau balau, tak lama kemudian Kami pun berpamitan pulang setelah makan bersama.

"nak nanti main ke sini lagi ya ..." Dan aku di suruh untuk pergi ke sana lagi saat anaknya ada di rumah.

***

Setelah kepulangan keluarga Sandra, teman baiknya itu. Abi menyuruh istrinya untuk mendekat dan membicarakan pembahasaan tadi yang terlalu terburu-buru hingga Abi paham bahwa Hafida pasti terkejut mendengarnya.

"ada apa bi?"

"berjanjilah kepadaku umi, kamu akan menikahkan anak sulung mu dengan Hafida... aku tidak tahu aku bisa bertahan sampai kapan, setidaknya aku ingin melihat salah satu anakku bisa menikah. Kamu tahu umi? Aku begitu mengenal Hafida, sedari kecil Kakak hanya dekat dengannya dan aku yakin kakak akan setuju dengan pernikahan ini."

Umi menghela nafas panjang sambil menggenggam tangan suaminya, "umi tahu abi pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak kita, dan umi akan ikut abi. Umi setuju."

"terimakasih, dan maafkan Abi belum bisa membuat Umi bahagia."

"itusalah, umi sangat bahagia hidup dengan abi dan anak-anak kita." 

Syntax of Love: Guru and the Unexpected BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang