12: Seeking the Culprit

60 11 42
                                    

Sosok laki-laki yang kelihatan masih muda itu berdiri berkacak pinggang di depan dua sejoli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok laki-laki yang kelihatan masih muda itu berdiri berkacak pinggang di depan dua sejoli. Wajahnya kentara sekali kesal. Sejak tadi, kakinya terus mengetuk lantai dengan gusar.

"Sekali saja!" Lelaki itu buka suara, "bisa tidak, sih, sekali saja kau tidak buat kegaduhan tiap kali datang menemuiku? Kau selalu merusak pesta!"

"Tapi aku selalu berhasil langsung menemukanmu, kan, Eve?"

Sudut bibir lelaki dengan gaya rambut mirip jamur itu tampak berkedut. Dari sorot matanya saja So Raru tahu, orang ini sudah sering direpotkan oleh si lelaki salju. Sebentar kemudian sosok yang dipanggil Eve itu menghela napas panjang. "Setidaknya beri mereka kesempatan menarik napas. Kau tau orang-orang itu tidak cukup pintar untuk mengendus orang gila macam kau."

"Makanya jangan undang orang bodoh ke pestamu, dong."

Lagi-lagi sudut bibir Eve berkedut. Saat itulah dia tahu meneruskan perdebatan ini cuma bakal buang waktu. Lelaki yang masih berwajah masam mengalih pandang pada So Raru. "Jadi, apa yang sedang kau kerjakan dengan membawa seorang pria Kekaisaran Timur Jauh ke hadapanku?"

"Aku mau minta tolong beberapa hal," Mafuyu yang memberi jawaban riang. Eve mengangkat sebelah alis seraya melirik si albino, lalu kembali menatap sang agen. "Aku yakin kaulah yang sebenarnya punya urusan denganku. Biar kutebak, sesuatu yang sangat baru, sangat mendesak, dan kau alami bersama orang gila satu ini."

Melihat manik biru So Raru melebar, Eve tidak sampai menunggu mulut pria itu terbuka. Ia menambahi selagi menuding Mafuyu dengan jempolnya, "Orang ini tak suka bawa orang lain saat berburu berita. Kecuali, klien yang minta info darinya tak bisa dapat info langsung dari dia saat itu juga. Yang seperti itu memang hampir tidak pernah terjadi. Maka, kalian pasti sedang bekerja bersama."

Baiklah, So Raru segera mengerti apa maksudnya.

"Anda paham sekali tetang Mafu, ya?" Tanpa sadar So Raru berceletuk demikian. Eve sempat mengerutkan dahi sebentar melihat ekspresi wajah So Raru, sebelum mengedikkan bahu. "Yah, kau tahu? Bisnisku mau tak mau sering bersinggungan dengan bisnis dia. Apalagi, orang ini selalu bawa berita yang berguna tiap negosiasi. Jadi, aku rasa kami saling menguntungkan terlepas dari sikapnya yang selalu saja bikin susah."

"Ah... Kau benar."

"Iya, kan? Lihat dari wajahmu saja aku sudah tahu kau pasti juga direpotkan oleh bocah besar ini."

"Eve, sepertinya kamu lupa kalau aku lebih tua darimu?" Senyuman lebar masih tersemat di wajah Mafuyu saat kalimat itu terucap.

Yang ditegur malah menusuk dengan tatapan jengkel. "Peduli setan. Badan doang besar, umur doang tua. Tingkah kau macam bocah, sialan!"

Baru kali ini So Raru merasakan lega saat mendengar orang lain mengucap apa yang seratus persen ingin dia ucap juga.

Tak mau melanjutkan pertengkaran yang tidak perlu, Eve memilih untuk berbicara dengan So Raru saja. "Jadi, ada urusan apa sampai kau datang menemui bandar dinamit sepertiku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ravens [After The Rain]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang