Bagaimana bisa niat awalnya yang ingin menghadiri acara peluncuran game untuk memata-matai satu-satunya orang yang bisa jadi petunjuk setelah cukup lama misi jalan di tempat berakhir seperti ini?
So Raru bersidekap dada. Kaki kanannya mengentak-entak tak sabar selaras telunjuk kanan yang memberi ketukan serupa. Baru saja mobil yang mereka kendarai keluar gang menuju jalan besar, sedan hitam itu sudah menyerempet tiga mobil sebelum menabrak sebuah tiang listrik. Mafuyu selaku pengemudi tak bicara sepatah kata pun di tempatnya.
Embusan napas yang kasar terdengar. So Raru melirik ke kursi pengemudi dengan sorot ketus. "Kau ini bisa menyetir atau tidak, sih?"
Mafuyu terkekeh santai. Sebentar kemudian kedua tangan terangkat sejajar daun telinga. "Aku memang tidak punya surat izin mengemudi."
Jawaban itu langsung membuat So Raru terperangah. Belum juga melancarkan omelan apa pun, deru mesin mobil yang terdengar semakin keras di belakang mereka mengalihkan perhatian. So Raru langsung memaksa bergeser ke kursi pengemudi dan menggampar bahu Mafuyu keras. "Minggir. Biar aku yang menyetir!"
Sejumlah peluru lepas dari pistol yang dipegang orang-orang bersetelan di dalam mobil-mobil mereka. Cepat-cepat sedan hitam mundur, lalu balik arah dan masuk ke jalan besar dengan kecepatan tinggi. So Raru lihai memainkan kemudi. Mobil mereka bermanuver menghindari mobil-mobil di padatnya lalu lintas jalan besar. Selain menyalip, menelisik, ia kadang banting setir melawan arus. Pokoknya, So Raru mengandalkan kejelian mata di tengah kecepatan tinggi.
Sementara Mafuyu yang tergusur ke kursi penumpang tampak sibuk merogoh sesuatu dari jok belakang. Tak lama, pria itu menarik sebuah senapan riffle yang masih bagus. Membuka kaca penumpang, pria albino mulai membidik mobil-mobil yang mengejar. Tak ayal, menambah PR bagi So Raru agar tak ada peluru menyasar pengguna jalan yang lain. Di luar dugaan, ternyata albino itu tahu cara membidik dengan akurat dan tetap stabil di tengah guncangan mobil yang ia tumpangi.
"Sebenarnya mereka itu siapa, sih? Kenapa tiba-tiba mereka menyerang kita? Apa karena serangan terhadapku yang gagal tempo hari?" So Raru berusaha mengeraskan suara diantara deru mesin mobil yang bercampur riuh rendah klakson dan umpatan kesal di luar sana. Suara senapan Mafuyu juga turut menambah usaha So Raru agar pertanyaannya terdengar.
Mafuyu menjawab masih santai, "Oh, sebenarnya yang ada masalah dengan mereka itu aku."
"Apa!?"
"Fokus ke jalan, Raru."
Teguran itu menyentak So Raru yang segera menyadari sebuah mobil pick up dari arah berlawanan. Seketika pria itu banting setir, menghindari tabrakan.
Tak berselang lama, sayup-sayup So Raru bisa mendengar sirine mobil polisi di kejauhan. Ultimatum dari pengeras suara dalam bahasa Federasi menyuruh semua pihak yang terlibat baku tembak untuk berhenti dan menepi. Jelas saja bukan perintah yang dengan senang hati dipatuhi; baik oleh para pengejar maupun dua sejoli. Sekarang, ada satu lagi pihak yang terseret dalam aksi jalanan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravens [After The Rain]
Fiksi PenggemarSebuah dokumen dengan status kerahasiaan tingkat tinggi milik Kekaisaran telah hilang. Seorang agen Badan Intelijen Kekaisaran, So Raru, diberikan mandat untuk merebut kembali dokumen yang diduga telah dicuri pihak luar tersebut. Maka terbanglah ia...