Apa kabar kalian semua? Balik lagi sama aku hehe:-D
Ada yang rindu sama cerita ini gak yaa?
Bagaimana pendapat kalian stelah membaca bab bab cerita sebelumnya? Apa emosi kalian masih bisa ditahan hingga ending nanti?
Sebelum membaca, ada baiknya kalian vote dulu. Biar aku seneng, kalau mau komen aku lebih Seneng lagi.
Udah itu aja, selamat membaca guys
*
*
*Sehabis berduet dengan Gavin, pita suara Keisya terasa hendak putus. Bisa-bisanya lelaki itu terobos sampe empat lagu? ingin sekali Keisya memukul kepala Gavin pakai gitar. Tapi sebaiknya ia harus menahan itu, Keisya baru tahu jika kafe tempat ia manggung adalah kafe milik Gavin. Bisa dipecat ia jika semena-mena dengan lelaki itu.
"Minum Kei. Gimana pita suara lo? Aman gak?" Gavin baru datang dari kedai, ia bertanya sembari memberikan Keisya sebotol aqua yang tadi ia beli.
"Kayaknya pita suara aku kendor deh!" Ketus Keisya sambil meneguk minuman itu. Kini, mereka duduk ditaman dekat kafe. Setidaknya udara segar membuat rasa lelah mereka perlahan tak terasa, meskipun begitu Keisya masih misuh-misuh dalam hati merutuki Gavin.
"Kalau mau marah, marah aja, Kei."
"Siapa yang marah? Nggak kok. Cuma kesel aja!"
Gavin tak bisa menahan senyumnya, gigi putihnya yang berderet menghiasi senyumannya. Namun senyuman itu masih ia sembunyikan dari Keisya. "Ckk, lucu banget sih!" Gavin mengacak-ngacak rambut Keisya. Tangan lelaki itu sungguh tak sopan, padahal butuh waktu lama mengurai rambut itu.
"Gavin!! Rambut aku berantakan jadinya!"
Gavin tertawa puas melihat wajah Keisya yang merah. Ia menjulurkan lidahnya mengejek, "lo kayak gembel!" Gavin menjauh dari Keisya setelah mengatakan itu, ia yakin Keisya akan mengamuk. Jarang-jarang kan, perempuan yang selama ini kalem, jadi merepet seperti ibu-ibu berdaster.
"Jahat! Kamu suka banget mainin perempuan! Tanggung jawab, bikin rambut aku bagus lagi! Kalau nggak aku cakar kamu!"
Katakan Gavin takjub mendengar itu, lelaki bersorak ria sembari bertepuk tangan. "WAHH! KEISYA AMANDA MARAH GUYS! LARI AH, TAKUT DICAKAR INDUK KUCING!"
"GAVIN!"
Jadilah Gavin dikejar Keisya. Mirip sekali seperti kucing yang hendak mengejar tikus untuk dimangsa. "Kei, lo lari atau merangkak? kok lambat banget?" Gavin masih setia meledek cewek itu. Keisya berhenti sejenak untuk mengatur napasnya, Gavin terlalu cepat berlari. Sangat melelahkan namun Keisya belum puas jika belum membalas lelaki itu.
Keisya berkacak pinggang, menatap Gavin yang berdiri sedikit jauh dari dirinya. Lelaki itu setia memasang posisi sigap, namun wajahnya tersenyum menampilkan gigi putihnya.
"Gavin!"
"Apa?!"
"Iiih, datang nggak kesini!? Kalau nggak aku tangkap trus aku giling kamu!"
"Psikopat anjir!"
Gavin menyengir dari kejauhan, dimatanya Keisya seperti sumo mini. Menyeramkan dan juga menggemaskan. Gavin bersyukur bisa melihat sisi lain dari Keisya Amanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAMIAN [REVISI]
Novela Juvenil⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KEKERASAN SEKSUAL, MENTALHEALTH, SELFHARM, CACIAN DAN KATA-KATA KASAR. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA! Sudah end, belum direvisi! Awalnya kehidupan Keisya Amanda hanyalah kehidupan remaja pada umumnya. Ia gadis yang ceria, dan s...