Prolog

668 76 0
                                    

"Olympus?"

"Yes, Prada comfortable palace."

Hera semakin mengertukan keningnya menuntut penjelasan. "Olympus itu sebutan untuk secret club dari Sangkara. Lo pikir olympus apaan?"

"Gue pikir emang dia hobi aja nyebut rumahnya itu Olympus. Like a God palace."

"Sangkara itu cerdas, Her. Asal lo tau, rumahnya yang udah beberapa kali di sidak itu bersih dari kriminal. Bertahun-tahun dia bisa nggak tercium karena Olympus nggak bisa dimasukin sembarang orang. They have an access code to get inside. Dan seluruh akses keluar masuk susah ditembus, bahkan oleh hacker terbaik kita."

"Apa polisi nggak pernah sekalipun nyidak Olympus?"

"Nope. Polisi nggak akan pernah bisa nyidak karena nggak ada yang tahu pasti letak olympus di mana." Jelas Paris dengan menyertakan beberapa foto.

"Ini beberapa tempat yang dicurigai sebagai Olympus. Tapi, ketika semua polisi ke sana untuk melakukan penangkapan, nihil. Kita semua tertipu."

Entah sudah berapa kali Hera terlihat terkejut mendengar cerita Paris. "How?"

"We don't know. Maka dari itu kita mati-matian untuk nyiapin ini semua selama berbulan-bulan. Lo akan dijemput oleh mereka, dan setelah urusan selesai kita bantu lo untuk kabur dari sana."

Bulu kuduk Hera meremang seketika. "Sebegitu tak tersentuhkah buronan kita yang satu ini?"

Paris mengangguk sembari mengeluarkan seluruh keperluan Hera yang mereka rencanakan berbulan-bulan. "Lo siap kan?"

Ketika Paris menanyakan hal itu, ada rasa ragu yang muncul dari diri Hera. "Lo jangan bilang gitu dong, gue jadi gugup."

"Lo nggak perlu takut, gue tau lo jauh lebih berani dari agen lain. Tapi lo harus hati-hati sama mereka semua. Jangan percaya siapapun yang ada di dalam sana."

Hera mengangguk mengerti sembari melihat-lihat beberapa barang penyamarannya. "Gue jadi apa sih di sana?"

"One of their goddess. Sebutan untuk 'wanita penghibur' di Olympus. Sebelum masuk, lo akan dapat nama samaran dan kode akses."

Paris mengambil salah satu barang penyamaran utama mereka. "Nickname lo Hera, Goddess of Women, Marriage and Queen of The Gods. Beruntung karena nama lo emang Hera, dan ini simbol tato yang harus lo buat di belakang telinga."

Mata Hera membulat sempurna. "Lo udah gila? Kita anggota BIN, mana bisa ada tato gitu."

"Ini temporary tato, Her. Lo bisa pake ini sampai 2 tahun lamanya."

Hera menerima itu dengan berat hati. Ia sangat membenci tato. Bukan karena jarumnya, ada kisah kurang menyenangkan yang terjadi antara dirinya dengan seorang pria yang memiliki banyak tato di tubuhnya. Menjadikan cukup trauma yang membekas dalam hidupnya.

"Apalagi? Jangan sampai hal-hal kecil terlewatkan ya, Ris. Gue nggak mau berurusan lebih lanjut sama Sangkara."

Setelah berkutat pada barang-barang yang akan digunakan Hera pada misi mereka, ia duduk sembari menatap serius ke arah wanita itu.

"Gue jelasin intinya aja, ya? Sisanya bisa lo pelajari di PDF yang udah gue share ke whatsapp lo."

Hera menjatuhkan bokongnya tepat di hadapan Paris. Kali ini ia akan mendengarkan dengan serius partner terbaiknya itu.

"Tugas lo sebenarnya simpel.. lo cuma harus nyari Pandora di dalam Olympus."

"Pandora apaan lagi?" Hera benar-benar belum terbiasa akan istilah-istilah asing yang baru saja ia dengar. Belum apa-apa rasanya ia ingin menyerah saja.

"Pandora itu sebutan dari data-data rahasia milik Sangkara. Data dari segala sistem ilegal yang dia punya. Gue nggak tahu pasti Pandora itu berbentuk apa karena orang suruhan gue udah nyerah duluan nyarinya."

Kening Hera lagi-lagi berkerut penasaran. "Terus?"

Paris terdengar mengembuskan napas panjangnya. "Tapi, yang bisa gue pastiin adalah Pandora ada di dalam tempat itu. Dan gue yakin lo satu-satunya yang bisa nemuin Pandora di sana.

"Lo udah dapet semua akses untuk masuk lewat tato itu. Lambang itu bukan lambang sembarangan dan mereka lah yang menyediakan semua, jadi nggak akan ada penyusup lain yang bisa masuk karena dari tato lah seluruh data dewa dan dewi di dalamnya terhubung."

"This is insane."

"More than that, just you know."

"Semua kebutuhan gue rasa cukup, sisanya gue serahin ke elo."

"Cuma itu?"

Paris berdiri sembari bersiap-siap untuk pergi. "Remember, kita fokus ke Pandora. Sisanya nanti kita serahkan ke Bareskrim."

Hera mengangguk sambil ikut berdiri dari tempat duduknya. "Kapan gue mulai masuk?"

"Satu minggu dari sekarang."

a/n:Welcome to another Jenselle story! 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


a/n:
Welcome to another Jenselle story! 💕

Cek ombak dulu nih kitaaa karena mungkin cerita ini tidak akan di post dalam waktu dekat alias mau nyelesaiin from platonic to lovers dulu 🥺
Tapi, klo memang rame... kita coba up part 1 nya yak! 😉

Setelah ini kita lihat siapa-siapa aja sih yg akan ada di kisah ini? 😉

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang