02. God Of War

291 73 5
                                    

Sudah menjadi tugas Hera untuk selalu menurut selama masa penyamaran. Tapi ketika dihadapkan dengan keadaan genting, rasa ingin melawan kini sungguh-sungguh ia rasakan.

Hampir sebulan Hera telah menjadi bagian dari Olympus, dan selama itulah ia belum mendapatkan apa yang ia cari.

Hera sejak tadi hanya mondar-mandir di dalam apartemennya. Isi kepalanya penuh dengan rencana, tapi tak satu pun mampu ia jalankan. Ia berniat menghubungi Paris tapi pada jam ini pria itu pasti sedang istirahat, Hera tak ingin mengganggu.

Hari ini Hera mengambil cuti libur. Ia lelah melayani tamu selama beberapa minggu. Cukup menghabiskan waktu di dalam apartemen saja saat ini. Setelah ini kembali menyusun rencana baru dengan melakukan video call bersama Paris, seperti biasa.

Akan tetapi, semua rencana gagal total karena Paris seharian ini belum menghubunginya.

Ponsel khusus penyamarannya terasa sepi. Tak biasanya Paris menghilang begitu saja tanpa kabar. Namun Hera tidak mau gegabah. Jika ia yang menghubungi lebih dahulu akan terdeteksi nantinya dan malah semakin mengacaukan rencana mereka.

Fokus melamun, bel apartemen Hera berbunyi. Ia terkesiap sampai buru-buru menyembunyikan ponselnya. Siapa yang bertamu tengah malam begini. Kalau Karin, wanita itu biasanya selalu menghubunginya lebih dulu sebelum datang.

Hera mengamati apartemennya sebelum membuka pintu. Takut barang-barang yang mencurigakan tak sempat ia sembunyikan. Setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya, Hera membuka pintu dengan tetap siaga.

"Jonas?"

Seorang pria tampan dengan cengiran khasnya tengah berdiri di sana. Jonas masuk ke dalam tanpa menunggu persetujuan Hera. "Apartemen lo besar ya?"

Hera merasa ia sedang menahan napas. Untuk pertama kalinya orang asing dari Olympus masuk ke ranah pribadinya. "Ada apa, Jo? Lo nggak mungkin dateng cuma buat liat-liat apartemen gue."

Jonas langsung tersadar bahwa ia ke sana memang sedang mencari Hera. Pria itu mendekat. Wangi maskulin yang segar tercium semerbak. "Lo di booking Ares, Her."

Mata Hera langsung membulat sempurna. "What? Gue lagi cuti, Jo."

Jonas hanya mengangkat bahunya acuh. "Gue udah bilang kalau lo lagi libur, tapi Ares malah nyuruh gue buat jemput lo sekarang."

Hera menggeleng perlahan. Di tengah malam seperti ini, Ares tiba-tiba membuatnya kesal. "Harus gue?"

Jonas mengangguk tanpa bicara sambil mengambil posisi nyaman duduk pada sofa apartemen. "Gue udah nyoba buat nawarin goddess lain, Ares tetep nggak mau. Awalnya dia mau Karin—dan biasanya juga begitu—tapi Karin bener-bener nggak bisa diganggu."

"Terus apa bedanya sama gue?"

"Ares yakin lo nggak bakal nolak katanya."

"Jo..."

"Sori, Her." Ekspresi Jonas terlihat menyesal, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Dan pada akhirnya, Hera harus menyerah.

"Tunggu bentar."

Senyum Jonas semakin mengembang. "Dandan yang cantik."

Hera meninggalkan Jonas di ruang tengah dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju dan berdandan.

Setelah hampir tiga puluh menit, Hera keluar dengan penampilan yang berbeda. Ia memakai gaun putih minim di atas lutut dengan luaran berbulu agar tetap terlihat elegan.

 Ia memakai gaun putih minim di atas lutut dengan luaran berbulu agar tetap terlihat elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang