SUASANA PESANTREN

4 1 0
                                    

Fajar mulai menyingsing menampakkan semburat jingga dilangit, menandakan waktu subuh akan segera tiba. Sayup – sayup terdengar suara qiro'ah alqur'an disenandungkan berasal dari speker – speker masjid dan musollah. Memecah keheningan malam menjemput subuh yang akan datang.

sebuah pondok pesantren yang awalnya sepi mamrih, kini mulai bising terdengar teriakan – teriakan bersahutan dari sie jama'ah yang sibuk membangunkan santri. Tak lupa suara gedoran pintu dari kamar kekamar sebagai pengiringnya.

Termasuk di kamar tujuh, tempat tinggal seorang Annisa Alimatun Ulfi saat dipesantren.

" Ayoo ayoo kamar tujuh bangun semua, shubuh, shubuh, shubuh," suara keras Ustadzah Mia mulai mengusik ketenangan penghuni kamar tujuh yang Tengah terbuai dalam mimpi.

" Ayoo Annisa, Fia, Lia, Alta, Firza, Mira," nama – nama sang penghuni kamar tujuh pun tak lupa diabsen satu persatu. Beberapa, yang punya nama seperti Lia, Alta dan Firza, mulai bangun dan membuka selimut yang membuat mereka nyaman, kemudian bergegas berdiri sebelum mendengar nama mereka dipanngil ulang.

Annisa pun sudah bangun dari tidur, namun bukannya langsung berdiri, ia malah melamun sambil tersenyum." ya allah, tadi aku mimpiin siapa ya?, aku lupa wajahnya, tapi aku masih ingat kalau dia ngganteng banget, hidungnya mancung, kulitnya putih, Ya Allah siapa sih dia?,"

" Annisa!, bangun – bangun bukannya bergegas ambil wudhu malah melamun sambil senyum – senyum gitu, kesambet ya kamu?," suara teguran Ustadzah Mia segera menyadarkannya dari lamunan, terbayang saat kedatangan sang pangeran tampan dimimpinya. Tak ingin lebih diomeli lagi, Annisa pun bergegas mencari ikat rambutnya dibawah bantal, dan segera mengenakannya sambil berdiri.

" Miraa bangun,"

" Udzur Ustadzah," jawab Mira yang merupakan kakak kelasnya, sambil setengah terpejam.

" itu Fia Udzur nggak?," tanya Ustadzah Mia sayup – sayup saat dirinya mulai diluar kamar, pertanyaan yang mungkin tertuju pada mbak Mira. Seingat nya Fia tidak udzur, namun agaknya Fia susah dibangunkan pagi ini karena kemarin waktu Annisa pergi tidur di jam sebelas malam, Fia masih membaca novel dan tak tahu kapan selesainya, kemungkinan besar Fia telah begadang hingga membuatnya pagi ini susah dibangunkan.

Di tempat wudhu banyak berjejer kran – kran dengan air mengalir Tengah dipergunakan. Langkah kaki sebelum menuju tempat wudhu, kakinya harus terbasuh dulu karena melewati kolam kaki yang terasa dingin terkena angin malam. Begitu melihat keran kosong yang tidak digunakan, Annisa pun bergegas menghampirinya. Air sejuk yang berasal dari mata air sumur, seketika membuat kantuk Annisa menghilang. Daerah pesantrennya yang terletak di kaki pegunungan Penanggungan, tepatnya didaerah Mojokerto. Membuat hawa dan air di pesantrennya turut sejuk dan bahkan terkadang terasa dingin Bagai air es.

Usai berwudhu, tak lupa dirinya menenggadah menatap atas guna memanjatkan do'a setelah berwudhu.

" Annisa, tolong izinin aku BAB dong," suara seseorang terdengar saat dirinya usai mengusap wajah, menamatkan do'a selesai wudhunya.

" baru bangun kamu Fi?, dan sekarang mau izin BAB?," tanya Annisa yang nampaknya agak sangsi melihat Fia yang tak nampak kebelet.

" iyaa tolong ya?," belum sempat dirinya menjawab, namun matanya terlebih dahulu menangkap keberadaan Ustadzah Erna yang tengah berjalan menuju kamar mandi yang tempatnya dibelakang tempat Wudhu. Ustadzah Erna merupakan bagian dari pengurus sie Jama'ah.

" Eh, tu ada Ustadzah Erna, langsung izin ke Ustadzah aja," usul Annisa sambil menggerakkan wajahnya seraya menunjuk seseorang yang berada tak jauh didepannya.

" eh iya deh," Fia pun bergegas menghampiri Ustadzah Erna yang kini sudah sampai di kamar mandi.

" Ustadzah, Fia izin BAB ya," Ustadzah Erna terlebih dahulu melihat WC yang berada disamping kamar mandi. Di lihatnya wc pun terlihat penuh dengan ramainya banyak antrean.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang