Preparation for going to school

3 1 0
                                    

Suatu pagi yang cerah matahari mulai bersinar terang menampakkan sinarnya, kericuhan disetiap kamar kini terjadi karena semua mulai sibuk dengan persiapan yang akan berangkat ke sekolah, termasuk juga di kamar tujuh.

Hampir semua anggota kamar tujuh kini telah mencapai persiapan akhir sebelum berangkat sekolah, yakni bersiap didepan kaca, dan hanya ada satu kaca disana, kaca full body yang menempel permanent di tembok. Diantara enam orang tersebut ada yang masih pakai pelembab seperti Annisa, atau yang memakai celak seperti Lia, dan mulai memakai kerudung seperti Mira.

" eh nggak kelihatan aku, nggak kebagian kacanya,"ucap Mira yang berada dibelakang Annisa, sedang ingin merapikan kerudung namun terhalang Lia yang lebih awal mendapat bagian terdepan.

" yang paling depan duduk yaa," perintah mba Alta dipagi hari ini, melerai kericuhan saat antrean mengaca terjadi pagi ini. Lia yang merasa paling depan pun segera duduk dan menoleh sejenak kebelakang untuk meminta maaf.

" iya mbaa, Ngapunten (Maaf)," ucap Lia disertai cengiran rasa bersalahnya, kemudian Lia melanjutkan memakai celak bubuk dimatanya. Sedangkan di samping kanan kaca tersebut, terdapat kertas putih dengan bercak – bercak hitam, yang memang dipergunakan untuk mengusapkan jari saat membersihkan atau merapikan celak.

" ndak papa dek, itu peraturan bagi semua orang, mbak mengingatkan semua,"balas Alta, yang tengah berkutat menyiapkan buku pelajarannya.

Usai Lia menyelesaikan coretan celak pada matanya, Lia pun mundur dan berganti Annisa yang maju dan langsung duduk mengingat peraturan tidak tertulis dari sang ketua kamar. Annisa kini tengah membubuhkan bedak marks warna pink, usai memberi pelembab ber SPF UV pada wajahnya yang berjerawat. Annisa memang memiliki masalah dengan wajahnya yang berjerawat, jerawat muncul sejak dirinya memulai menstruasi pertama. Annisa tak terlalu perduli dengan wajah nya yang berjerawat itu, karena selama ini belum ada orang yang terang – terangan menghina wajahnya, pun tak perduli dengan omongan orang dibelakangnya mengenai jerawatnya, bagi Annisa terserah mereka yang penting dirinya tak mendengar ucapan mereka. Bagaimana lagi, jerawat datang tak bisa diaturnya.

"ada lip blam nggak dek?," tanya Mira dibelakang Annisa saat usai merapikan kerudungnya. Annisa yang memang sedari tadi telah membawa lengkap kotak skincarenya, memepermudahkannya agar tak bolak balik ambil skincare dari lemari dan ke kaca.

" adanya ini mbak tender care," sambil Annisa memasukkan bedak marks yang sudah dipakainya tadi, pada kotak skincarenya.

" iya, minta dek,"

" nih mbak," balas Annisa kemudian sambil mengulurkan tender care pink nya yang multi fungsi. Usai menyerahkan lip balm pada Mira, Annisa pun kembali pada kotak skincarenya untuk mengambil celak kajol, dan mulai memakainya pada kedua mata bergantian.

" nih dek, matursuwun ya," sambil dirinya mengulurkan lip balm pada sang pemilik.

" sami – sami mbak," balas Annisa, sambil menerima lip balm tersebut, lantas memakainya. Dalam asrama sendiri memang tidak boleh memakai atau membawa make up sejenis foundation ataupun eye shadow, karena dikhawatirkan tabarruj yang mengundang pandangan mata para santri putra. Karena meskipun berbeda asrama namun, saat sekolah masih bisa bertemu karena kelasnya yang memang masih dicampur antara murid laki – laki dan Perempuan.

Mira yang sudah selesai bersiap, dirinya pun segera berlalu dari kaca agar bisa bergantian dengan yang lainnya.

" Ya Allah," teriak Firza yang mengagetkan semua penghuni kamar tujuh, otomatis atensi mereka kini tertuju pada Firza, termasuk Annisa yang memandangnya penasaran.

" kenapa sih dek teriak – teriak?," tanya Mira sambil dirinya berdiri didepan loker, tengah menata pelajaran pada hari ini.

" kerudung putihku mbaa, lupa kalau masih basah, kemari di cuci Indah gara – gara kena caosnya Indah," balasnya menjawab rasa penasaran penghuni kamar itu.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang