Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, pagi kini telah berganti menjadi siang. Matahari yang sejuk mulai memancarkan panas menyengat membakar tubuh, saat waktu telah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Terdengar suara bel otomatis pemberitahuan pulang, mulai bergema disetiap sudut sekolah MTS Al – Kamal.
Termasuk di kelas 9 D, tempat kelas dimana Annisa belajar, membuat Bu Nia selaku guru di mata pelajaran terakhir akan mengakhiri kelas.
" baik anak – anak sekedar mengingatkan, jangan lupa mengenai ujian peraktik Seni Budaya yang akan dilakukan minggu depan, udah dibagikan kelompoknya?,"
" suudaah buu," jawab serempak murid 9 D. kelas 9 memang sedang sibuk – sibuknya dengan kegiatan ujian akhir menjelang Ujian Nasional.
" kelas 9 D ini, sudah Ibu cek semua teks drama nya?, ada yang belum? Kelompoknya siapa yang belum?," tanya Bu Nia mengenai teks drama yang akan ditampilkan untuk ujian, memang harus diperiksa oleh Bu Nia dahulu, seperti penulisannya maupun jalan ceritanya.
" sudah semua Bu," ucap Rasyid sang ketua kelas mewakili teman – teman sekelas.
" okee kalau sudah semua, mari kita akhiri pelajaran pada hari ini dengan ucapan hamdalah,"
" Alhamdulillahirobbil alamin," serempak seluruh kelas 9 D bebarengan dengan Bu Nia.
" Wassalamu'alaikum Warahmatullohi wabarokaatuh," ucap Bu Nia sebelum keluar dari ruang kelas.
" Wassalamu'alaikum Wr. Wb," balas kelas 9 D serempak.
Bu Nia kemudian berjalan melewati pintu, untuk keluar dari kelas 9 D, disusul kemudian murid laki – laki kelas 9 D yang lebih awal keluar, dan dilanjut dengan murid Perempuan.
Termasuk Annisa, Fia dan Anna yang kini berjalan beriringan dibalkon sekolah lantai 3.
" Ashraf ciee ketemuan sama Afifah nih yee," celutuk Annisa saat ketiganya melewati kelas 9 A yang berada di depan tangga. Sekolah yang mulai sepi, memang terkadang diambil kesempatan bagi yang pacaran, untuk ketemuan diam – diam. Biasanya mereka bertemu dengan membawa teman yang menemani untuk sekedar berbincang – bincang dengan sang pacar.
" eh, itu ya Ashraf," ucap Fia memastikan saat dirinya pun menatap objek yang dipandang Anna. Nampak seorang cowok Tengah didepan pintu kelas menghadap balkon berbincang dengan Afifah yang tengah menyandarkan tubuhnya pagar pembatas samping balkon sekolah, dengan nampaknya terdengar suara ramai murid laki – laki yang masih didalam kelas, sedangkan Afifah dibalkon bersama dua temannya. Lain halnya dengan Annisa yang mengalihkan pandangannya dari Ashraf, menatap ramainya murid yang beranjak pulang di lapangan bawah, yang nampak dari lantai tiga. Annisa dirinya merasa tak perlu mengenal cowok itu, dan lagi pula dia tidak penasaran sama sekali mengenai cowok itu.
" Sssst diam kamu Anna," itu suara Afifah yang membalas celutuk Annisa. Sambil dirinya menatap Anna dengan melebarkan matanya. Mencoba menatap tajam namun, lebih dulu salah tingkah dirinya, disertai pipi putihnya yang memerah dan senyum yang tak bisa ditahannya.
" Nada, Tika mau jadi nyamuk kalian? Nungguin orang ketemuan," ucap Anna pada kedua teman Afifah yang memang dikenal Anna yang friendly, lain halnya dengan Annisa dan Fia yang tersenyum jahil menatap Afifah.
" udaah Na, kasihan tuh mukanya merah," lanjut Annisa sambil menatap kagum wajah Afifah yang cantik, putih bersih berbeda dengan dirinya yang berjerawat. Cantik ya, dia pengin juga deh wajahnya putih bersih gitu. Batin Annisa berbicara dengan angannya, sambil berlalu melewati mereka, yang katanya Tengah ketemuan.
" Ciee malu – malu," ucap Anna sambil berlalu dari hadapan mereka yang tadinya sempat menghalangi percakapan Ashraf dengan Afifah, menyusul Annisa dan Fia yang telah berjalan lebih dulu. Tak sadar ucapan Anna tak hanya membuat Afifah malu – malu kucing, namun juga Ahraf yang mulai bulshing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
Teen Fictionnamanya adalah Annisa, dia hanya sosok perempuan yang ingin menjaga pandangannya agar hatinya tak jatuh pada cowok yang salah, dengan cara yang salah juga. karena baginya, cinta itu dari mata turun kehati. kalau nggak lihat wajah cowoknya dengan mat...