Al - Qur'an Pemberi Kedamaian

2 0 0
                                    

Annisa melangkahkan kakinya, mulai menaiki tangga yang menjadi jalan menuju kamarnya dilantai dua.

" Assalamu'alaikum," Salam diucapkannya sembari kakinya melangkah melewati pintu kamar. Dilihatnya hanya ada Fia dan Alta yang ada didalam kamar saat ini.

" Wa'alaikum salam," jawaban lirih terdengar dari dua santri penghuni kamar tujuh tersebut, karena keduanya kini tengah sibuk dengan kegiatan masing – masing Alta dengan hafalan Al – Qur'annya dan Fia dengan Novelnya. Memang pada pagi hari, setiap kamar tak selalu lengkap dengan penghuninya, karena kegiatan santri di asrama Aisyah dibedakan menurut tingkatan dan program yang dipilih santri. Di Asrama Aisyah terdapat tiga program, yakni ada yang hanya menghafalkan al – qur'an saja (Santri Tahfidz), ada yang sekolah formal saja yakni sekolah ditingkatan MTS atau MA (santri Formal), ada yang sekolah Formal sambil sekolah kitab pada malam hari yakni Madrasah Diniyah (santri Madin), dan ada juga santri yang memilih tiga program, yakni menghafalkan Al – Qur'an, sekolah Formal dan juga mengikuti madrasah diniyah.

" Astagfirulloh Fia, baca Novel mulu, udah mandi emang?," tanya Annisa sambil membuka lemarinya hendak mengembalikan Al – Qur'an. Saat usai merapikan Al – qur'annya kini dirinya berganti menatap Fia yang malah menunjukkan cengiran khasnya, disertai lesung pipi.

" he he he belum,"

" ya ampun Fia, dari tadi enak – enakan baca novel sambil tiduran, kirain udah mandi, cepat mandi sana," kali ini suara Alta yang merupakan santri tertua dikamar tujuh, meski se kelas dengan Mira, yakni kelas XI di MA, namun Alta lebih tua beberapa bulan dari Mira. Alta juga menjadi ibu ketua, dari kamar tujuh. Sosok Alta yang perhatian, mengayomi dan bijaksaana, sudah seperti kakak bagi penghuni kamar tersebut. Alta yang tak jarang mengingatkan mandi, makan atau bahkan menegur dengan halus adik – adik sekamarnya apabila berbuat salah.

" tahu, tuh padahal tadi, kamu tak cariin antrean mandi loh Fi," ucap Annisa sambil kini duduk di samping Fia.

" Oh iya, habis siapa?,"sambil Fia mulai bangun dari tidurnya.

" Habis Lia,"

" tuh, udah punya antrean mandi, nggak perlu susah – susah cari antrean lagi,"ucap Alta yang kini membuat Fia akhirnya bangun dan segera memasukkan novel kedalam lemarinya.

" iya deh, aku mandi dulu, yaa jangan kangen sama aku," canda Fia akhirnya, sambil dirinya mengambil ember kecilnya dibelakang pintu kamar. Dimana, terdapat tempat sandal dengan tiga rak dan rak teratas biasa ditempati enam ember kecil, tempat sabun penghuni kamar tujuh. Sedangkan rak kedua dan rak ketiga berisikan sandal dan Sepatu.

" ih, siapa yang bakal kangen kamu coba?," balas Alta sambil menahan tawa atas kepercayaan diri Fia yang over itu.

" pd banget," celutuk Annisa, menghentikan langkah Fia yang akan keluar dari pintu kamar.

" ya harus dong, percaya diri itu membuat dirimu semakin bersinar,"balas Fia tanpa menoleh dan lantas benar – benar keluar dari kamarnya.

"eh, bagus tuh kata – katanya Fia," ucap Annisa setuju dengan kata bijak yang diutarakan Fia.

" habis baca novel, jadi puitis diaa," celutuk Alta yang dijawab anggukan setuju oleh Annisa.

" eh Nis, boleh minta tolong Simak in hafalanku Nis?,"

" boleh mba sini," Alta pun menyerahkan Al – Qur'annya yang telah terbuka, tepatnya surah al – anfal ayat 48 juz sepuluh. Merupakan hafalan yang sudah dibaca Alta sedari tadi, dan akan disetorkan sebelum berangkat sekolah pagi ini. Alta memang mengikuti program tahfidz dan sekolah formal sejak dirinya kelas X MA. Lain halnya dengan kelima penghuni kamar tujuh lainnya, seperti Annisa, Fia, Lia, Firza dan Mira yang mengikuti program sekolah formal dan madrasah diniyah.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang