P2

11.6K 67 1
                                    

"Anda bisa sendiri, Tuan?"

Satu anggukan kecil ditunjukkan oleh Gross atas pertolongan yang hendak dilakukan pengawalnya secara sigap.

Tentu karena menolak, bantuan batal didapatkan. Namun bukan jadi masalah serius bagi Gross. Ia tetap bisa berjalan.

Ya, walau sedikit sempoyongan.

Langkah kakinya pun tak cukup cepat. Lebih baik pelan, dibandingkan harus buru-buru dan membuatnya jatuh.

Akan sangat memalukan jika sampai hal itu terjadi di depan para pengawalnya. Harga diri rasanya tercoreng.

Gross tentu menyesali kebodohannya juga yang minum banyak, melebihi batasan telah diterapkan selama ini.

Dikiranya dengan menenggak minuman beralkohol, akan bisa membuat semua amarah pada Gress hilang cepat.

Nyatanya tidak sama sekali.

Bahkan, masih dengan mudah dapat terbayang-bayang ucapan sang kakak yang sangatlah mengancam dirinya.

Dan tentu, Gross tahu bahwa semuanya tak akan menjadi omong kosong semata, namun pasti dibuktikan oleh Gress.

Masalah harta yang tidak didapatkan nanti, bukan menjadi alasan utama. Ia malah memikirkan nasib dari Yoashia.

Tak akan dibiarkan perempuan itu di tangan pria lain. Apalagi, sampai harus mengandung benih asal-asalan.

Ya, walaupun Croy Hanks adalah salah satu sepupunya. Namun, tabiat pria itu amat buruk sejauh yang ia tahu.

Jika sampai Gress memercayakan Croy mendonor utama, maka masalah pasti akan tambah runyam saja.

"Daddy? Kaukah itu pulang?"

Seketika dapat lenyap semua kekusutan pikirannya mendengarkan suara lembut milik Yoashia. Amat bisa dikenali.

Tak sampai semenit, perempuan muda itu pun sudah berdiri di hadapannya lengkap dengan cengiran khas.

Senyum yang dulu tampak gemas untuk dilihat, tapi kini malah menimbulkan kecemasan dalam hatinya cukup besar.

"Wow, Daddy! Selamat datang!"

"Aku kira aku hanya berhalusinasi, tapi kau sungguh sekarang pulang, Daddy."

"Aku sangat senang melihatmu, Daddy!"

Tidak hanya seruan penuh semangat, Yoashia bahkan memeluk erat. Begitu ingin menunjukkan kegembiraannya.

Walaupun, tak akan didapat dekapan balik dari sang ayah angkat begitu saja, seperti yang diinginkan olehnya.

Bahkan, tubuh Gross Hanks sangatlah terasa menegang dalam pelukannya.

Diambil sikap masa bodoh, asalkan bisa melakukan apa pun yang diinginkan.

Terlebih selama ini, kerinduan pada sosok sang ayah angkat selalu ditahan. Untuk memeluk rasanya mustahil.

Namun hari ini, kesempatan yang bagus datang, maka harus digunakan dengan semaksimal mungki. Begitu prinsipnya.

"Daddy, aku sangat rindu."

"Jangan sibuk bekerja terus. Aku di sini selalu kesepian saat Daddy pergi."

Setelah puas merengkuh yang erat, ia pun merenggangkan sedikit pelukan. Namun, tidak dilepaskan begitu saja.

Jika bisa lama-lama, kenapa harus lekas diakhiri? Yoashia tak akan bersikap naif ataupun bodoh. Ia harus realistis.

Apalagi, menyangkut memenuhi rasa di dalam hati yang senantiasa terpendam.

Usianya sudah dewasa. Kesempatan pun ada, maka harus digunakan semaksimal yang bisa dirinya lakukan.

Masalah hasil? Tentu, ingin mendapat cinta sang ayah angkat sepenuhnya. Ia ingin dimiliki pria itu seutuhnya.

"Daddy, temani aku. Kau tahu tidak enak hanya sendirian di rumah."

"Walau ada para pelayan, aku tetap mau kau menemaniku di rumah, Daddy."

"Aku akan menemanimu."

Yoashia tak mengira jika akan diberikan jawaban demikian. Sangat puas untuk didengar. Rasa senang bertambah.

Kembali dipeluk sang ayah angkat. Ia bahkan merengkuh semakin erat.

Bahkan, tercetus ide gila untuk dicium sang ayah angkat. Bagaimana reaksi dari Gross? Apakah akan kaget?"

Dibanding menerka-nerka, Yoashia pun memilih mencoba. Rasa penasaran akan bibir Gross membuatnya kian semangat.

"Daddy, aku mau menciummu."

Sedetik kemudian, sudah didaratkannya mulut tepat di bibir sang ayah angkat. Ia merasakan debaran jantung kencang.

Dan tak lama dilakukan karena tidak mau dibuat Gross menjadi marah.

"Kapan Daddy akan meniduriku?"

"Uncle Gress bilang aku harus tidur dengan Daddy untuk dapat bayi."

Sleep With My Daddy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang