Sleep With My Daddy [21+]

P15

"Nona pergi disaat tidak ada satu pun penjaga yang berada di pintu utama."

"Semua sedang istirahat siang, Tuan."

"Kami biasanya tidak ada yang berjaga, disaat jam makan siang karena kami kira Nona tidak akan lakukan apa pun."

"Termasuk melarikan diri."

Gross dengan kasar melemparkan tablet dipegangnya ke atas meja kerja. Sudah selesai ditonton rekaman CCTV.

Masih ada dua video lagi memang, tapi diputuskan untuk tak melanjutkan. Ia tak mau menambah rasa emosinya.

Otak pun sudah kian kacau. Jadi, jika amarah membara, maka tak akan bisa mencari jalan keluar dari masalah ini.

Yang paling dipikirkan tentu saja cara tercepat menemukan Yoashia, dengan berpedoman pada petunjuk yang ada.

Sejak sejam lalu, pengawalnya juga silih berganti melapor. Tapi, hampir semua memiliki kesamaan informasi.

Belum ada satu pun yang benar-benar bisa memastikan dimana Yoashia kabur.

Petunjuk seakan abu-abu. Dan bahkan tak ditinggalkan jejak apa pun yang bisa dijadikan acuan untuk mencari.

Selama ini, kinerja dari para pengawal pribadinya selalu brilian. Tak akan sulit menemukan apa pun informasi. Apalagi mereka adalah mantan mata-mata.

Namun, dalam kasus hilangnya Yoashia, seakan buntu tanpa kejelasan. Padahal, ia ingin menemukan perempuan itu secepatnya agar masalah selesai.

"Maafkan kelalaian kawan kami yang bertugas tadi pagi, Tuan. Kami mo--"

"Persetan dengan permintaan maaf!"

"Maafkan kami, Tuan."

"Berengsek!" Gross mengumpat lagi.

"Kami akan menemukan Nona, Tuan."

"Kami sudah mulai mencari dengan petunjuk-petunjuk ditinggalkan Nona."

Saat dilihat sang ajudan ingin bicara kembali, segera dipegang kerah pria itu dan didorong sampai ke dinding.

"Lakukan saja! Jangan banyak omong! Kau dibayar untuk hasil yang pasti!"

"Mulailah mencari, Berengsek!"

Gross lantas mendorong ajudannya ke arah pintu, mengeluarkan begitu saja. Ia enggan lebih lama lagi bicara.

Gross sudah tak mampu menahan rasa amarah, walau sempat bertekad akan bersikap tenang dalam menghadapi.

Namun, nyatanya ia gagal. Malahan ingin lebih dilampiaskan kemarahan yang sudah membakar dirinya.

Memukul orang mungkin adalah cara paling gila hendak dilakukan. Tapi, logika yang sehat masih mencegahnya.

Ya, saat ini, harus segera dipikirkan cara untuk menemukan Yoashia secepatnya.

Jadi, kewarasan mesti tetap dijaga. Jika kacau balau, maka sama saja menjadi penghalang mencari Yoashia.

Tentu artinya pula membiarkan begitu saja rencana perempuan itu berjalan. Entah apa tujuan dimiliki Yoashia.

Gross merasa semakin rumit dengan hidupnya. Beban banyak. Sementara, ia harus menyelesaikan seorang diri.

Masalah satu belum tertuntaskan. Ada prakara kembali mesti dihadapi. Dan sekalipun dirinya merasa tak siap.

Bahkan, diduga terjadi pun tidak.

Drrttt ....

Drrttt .....

Drrttt .....

Jika saja nomor Gress yang tertera pada layar ponselnya sebagai penelepon, maka tidak akan mau diangkatnya.

Namun kali ini, nomor tanpa nama.

Ada beberapa orang yang terpikirkan di dalam kepala. Walau begitu, ia enggan lebih banyak menyita perhatian guna memikirkan siapa menghubunginya.

Lebih baik telepon diangkatnya saja.

"Hallo, Daddy."

"Kau di mana, Yoa?" Gross pun bertanya dengan nada tegas yang juga dingin.

"Aku baik-baik saja, Daddy. Aku harus pergi karena aku tidak bisa memenuhi kesepakatan yang aku buat denganmu."

"Apa maksudmu, Yoa?"

"Dokter bilang aku akan sulit hamil, ada kelainan di rahimku. Jadi aku tidak bisa memberikan penerus keluarga Hanks."

"Sampaikan maafku pada Uncle Gress, Daddy. Aku harus pergi. Aku mau mulai dari awal menjalani hidupku."

"Sampai jumpa, Daddy. Hm, aku sangat suka kau, Daddy. Aku mencintaimu."

Tuttt ...

Tuttt ....

Tuttt ....

Sambungan telepon berakhir, sebelum Gros dapat membalas apa-apa.

Semua yang dikatakan Yoashia mampu membuatnya kaget bukan main, sampai tak bisa memikirkan balasan paling tepat guna diberikan pada Yoashia.

Namun satu yang pasti, dimana pun perempuan itu bersembunyi, pasti akan dapat ditemukan oleh dirinya segera.