"Mr. Gress sudah tiba, Tuan."
"Bawa dia kemari."
Gross sejak tadi tak ingin meninggalkan ruang kerja. Ia bahkan belum satu detik pun beranjak dari kursi kebesarannya.
Namun karena Gress mengabari bahwa akan datang, maka harus ditemui sang kakak. Berhadapan satu sama lain guna memberikan informasi yang diminta.
Gress pasti menuntut kabar bagus atas pencarian Yoashia. Tidak peduli belum didapatkan kejelasan tentang dimana perempuan itu tengah berada.
Sampai detik ini, selalu terbayang sosok Yoashia dengan segenap asumsi-asumsi negatifnya yang bisa dialami nanti.
Baru satu jam lalu diterima kabar dari Yoashia langsung. Namun, tidak cukup memuaskan rasa penasarannya sendiri.
Gross yakin jika perempuan itu berkata jujur memberi tahu keadaan. Hanya saja tak melihat langsung, masih dapat menimbulkan kerisauan hatinya.
Sudah selama hampir sepuluh tahun tinggal bersama, kini Yoashia pergi. Jadi, sangat aneh bagi Gross menghadapi.
"Kau bisa bersikap tenang? Berengsek!"
"Kau sengaja membuatnya kabur? Kau ingin merusak rencanaku, Berengsek?"
"Sial, Gross! Kau sungguh tidak becus!"
"Kau menangani anak ingusan saja tidak mampu. Apalagi tugas berat lain."
"Tapi, kau bersikap seolah kau mampu melakukan tugas apa pun yang aku beri. Sayang, kinerjamu sangat payah."
Gross tak akan cukup kaget mendengar ucapan-ucapan provokatif Gress yang dibarengi juga dengan emosi berat.
Pasti akan demikian reaksi ditunjukkan untuk setiap masalah, Gross lumayan hafal bagaimana tindakan kakaknya.
Hanya saja, belum ditahap berperilaku kasar seperti menghantamnya karena Gress memanglah temperamental.
Bertengkar dan saling adu fisik, tidak mustahil bisa tercipta di antara mereka nanti jika Gress sudah marah besar.
Gross selalu menyiapkan diri. Ia tidak akan kaget jika pukulan tiba-tiba saja dilayangkan Gress kepadanya nanti.
Dan benar saja dugaan.
Dirinya menerima perlakuan kasar dari Gress yang mendorongnya ke dinding. Salah satu tangan mencekik lehernya.
Gross masih diam dan memandang ke arah saudaranya dengan sorot tajam.
"Aku tidak ingin kau hanya diam. Kau harus bertindak efektif menemukan Yoashia, bagaimana pun caranya."
"Kalau sampai dia tidak ditemukan, kau harus membayar dengan sepadan."
"Aku sudah berkorban banyak untuk anak itu. Aku tidak mau merugi barang satu sen pun atas kelalaianmu, Gross."
"Kau harus memikirkan bagaimana aku sudah berkorban sampai sejauh ini agar bisa meneruskan keluarga Hanks."
"Jadilah bagian dari keluarga Hank yang berguna, setelah kau dibiarkan hidup terus. Jangan lupakan itu, Adikku."
"Kau mau membunuhku? Seharusnya dari dulu saja kau lakukan agar kau bisa berkuasa secara penuh."
Gross perlu memprovokasi balik karena merasa semakin tersudutkan. Apalagi dengan ancaman serius padanya.
Gress sudah terlalu sering memosisikan diri sebagai pihak pengatur. Dan semua perintah harus dilaksanakannya.
Untuk masalah Yoashia, tak terkecuali.
"Jangan melawan, Gross. Kau ingat kau bisa sampai seperti ini karenaku. Kau harus lakukan semua perintahku."
"Aku tidak akan membunuhmu, sampai kau berhasil menemukan Yoashia."
"Andai pun kau tidak bisa mencarinya sampai dua minggu kedepan. Aku tidak akan tinggal diam saja. Aku akan ikut mencarinya. Akan aku temukan."
"Dan jika Yoashia tidak mau patuh, aku harus membunuhnya. Kaulah yang akan menembak mati perempuan itu."
Setiap kata keluar dari mulut saudara sulungnya sangatlah mampu semakin membakar amarah, terlebih saat sang anak angkat menjadi topik utamanya.
Gross spontan menarik kerah Gress. Ia harus menunjukkan sedikit perlawanan atas tujuan gila direncanakan Gress.
"Aku akan menemukan Yoa. Aku akan pastikan dia mengandung penerus dari keluarga Hanks seperti maumu."
"Kau tidak akan bisa membunuhnya karena kau yang akan aku bunuh lebih dulu, Gress. Aku tidak main-main."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With My Daddy [21+]
Ficción General*follow dulu untuk membaca part khusus berisi adegan dewasa.* Yoashia sudah yatim-piatu sejak bayi. Lalu, ia diangkat menjadi salah satu anggota keluarga Hanks yang notabene milyuner. Ketika sudah beranjak dewasa, Yoashia harus membayar semua biaya...