P14

1.1K 11 0
                                    

Gross menerima pesan dari Gresa yang berisi perintah untuk bertemu. Alasan makan malam bersama jadi alasan.

Namun, Gross sangat tahu bahwa ada niat lain dari saudaranya. Dan ia yakin berkaitan erat dengan Yoashia juga.

Gross hendak menghindar, namun apa pun misinya membatalkan pertemuan, tak akan berhasil untuk dilakukan.

"Kita harus berdiskusi."

Gross tak bereaksi apa-apa atas ucapan Gress. Lagi pula, baik ditanggapi atau tidak, Gress akan tetap membicarakan yang sudah jadi agenda pria itu.

"Bagaimana perkembangan Yoashia dan rencanaku? Kau sudah jalankan?"

"Aku sudah menidurinya." Gross dengan dingin menjawab. Suara pun berat.

"Kau yakin benihmu sudah tertanam di rahim Yoashia? Apa buktinya."

Gross ingin makan dengan tenang dan melahap santapannya hingga habis. Jadi yang harus dilakukan adalah abaikan apa pun bentuk provokasi Gress.

Gross sebenarnya menyesal memenuhi undangan saudaranya untuk makan bersama karena pasti ada tujuan.

Bukan acara pertemuan biasa sembari menikmati sajian buatan chef andalan milik Gress, namun membahas sesuatu yang jadi rencana utama saudaranya.

Faktanya, Gress sudah tahu jika dirinya tidur dengan Yoashia. Oleh sebab itu, ia disuruh datang guna diinterogasi.

Pertanyaan pertama tadi, dikonfirmasi soal bagaimana rasa berhubungan seks dengan perempuan muda yang masih gadis. Nada bicara Gress mengejek.

Tentu, tak diberikan tanggapan.

Selang beberapa menit, saudara sulung laki-lakinya itu, mengajukan kembali pertanyaan, yakni menyoal kondisi dari Yoashia setelah dirinya tiduri.

Masih dipilih tidak digubris. Dan bukan berarti, ia tak merasa tersinggung.

Lebih baik diam, dibanding menjawab karena hanya memperkeruh suasana.

Namun, pertanyaan paling akhir begitu mengusik ketenangannya. Terlebih lagi dilontarkan dengan nada amat sinis.

"Kau tidak suka? Aku hanya mencoba memastikan kau tidak membohongiku."

Gross tetap membungkam mulut, walau tangan kiri di bawah meja sudah kian mengepal karena menahan emosi.

Gross tak tahu apakah akan bisa terus berkompromi akan tingkah Gress. Tapi jika diladeni maka sia-sia belaka.

Gress selalu menang, entah dari dulu atau sekarang. Kekuatan saudaranya itu senantiasa besar guna melawannya.

"Berengsek, Gross, kau harus menjawab agar aku tidak perlu mengeluarkan rencana lain karena urusanku banyak."

"Jangan berani kau membangkang."

"Sesuai keinginanmu." Gross tekankan dua patah kata yang dilontarkan.

"Sesuai keinginanku? Kau sudah yakin benihmu akan tumbuh di rahimnya?"

Tak dijawab. Gress hanya berkeinginan memancing emosinya. Dan ia enggan merusak hari karena luapan amarah yang bisa membakar kesabarannya.

"Tiduri dia berulang-ulang. Tidak bisa sekali kau berikan benihmu dan yakin itu akan tumbuh menjadi bayi."

Kembali ditunjukkan kebungkaman. Ia tidak mau menjanjikan apa pun pada Gress yang pasti akan ditagih nanti.

"Kau paham, Gross?"

"Persetan." Jawaban terlontar dingin.

Tatapan tajam. Tangan sudah terkepal. Ia mulai siaga untuk menghadapi sikap apa pun akan ditunjukkan Gress.

Andai mereka harus bertengkar. Saling adu otot berkelahi, maka siap diladeni.

Terkadang perlu mereka lakukan jenis pelampiasan amarah seperti ini, setelah sekian lama tidak pernah memukul satu sama lain untuk selesaikan masalah.

Atas jawabannya, Gress hanya loloskan decakan sinis. Namun, ia mengartikan sebagai tanda kepuasaan saudaranya.

Pembicaraan di antara mereka berdua pun dirasa sudah cukup. Selera makan benar-benar hilang. Ingin segera pergi dari hadapan saudara sulungnya.

Tentu, sungguh dilakukan tanpa acara berpamitan resmi pada Gress.

Langkah kaki cepat digerakkan ke arah pintu keluar utama mansion. Dan hanya butuh beberapa detik meraih mobilnya.

Tepat sesaat ingin dijalankan kendaraan roda empat mewahnya, ada panggilan masuk dari ajudan pribadinya.

Earphone lekas digunakan.

"Nona Yoashia menghilang, Tuan."

"Nona pergi dari pintu utama, kami tidak menyadari Nona kabur kemana."

"Sialan!" Gross mengumpat amat kesal.

Sleep With My Daddy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang