Bab 2

23 11 2
                                    


Happy reading! Jgn lupa votement yes!!


Shift nya sudah berlalu hari ini, tepat pukul 21.30 Ica sampai di rumah. Ia selesai pada shift pagi pukul 16.00, tetapi karna jarak antara rumah dan tempat mall nya bekerja itu sangat sangat jauh, jadilah ia baru sampai rumah pada pukul segini. 

Ini yang membuat gadis itu sangat lelah, demi mendapatkan beberapa lembar uang, ia harus rela mengorbankan sebagian masa hidupnya untuk bekerja. Ica menggerutu, memberi salam pelan seraya membuka pintu.

Ibunya menyambut, dengan senyum yang mulai terlihat berkerut dimana mana termakan usia.

"Sudah pulang, Nak? Makan dulu" ucap ibunya setelah Ica menyalami perempuan itu.

"Ica udah makan, Ma! Mau mandi terus istirahat aja, besok Ica masih masuk pagi" jelas Ica seraya beranjak dan masuk ke dalam kamar.

Rumah sederhana neneknya menjadi tempat Ica pulang, semenjak ayah meninggalkannya, ia dan ibunya hanya bisa menumpang dengan nenek dan kakek dari pihak ibunya. Ica anak kedua dari dua bersaudara, sedang kakaknya sudah berkeluarga. Dan pekerjaan yang sekarang Ica geluti adalah atas rekomendasi dari Naca. Kakaknya.

Ica merebahkan lelahnya, dengan mata terpejam. Meresapi rasa lelah yang mulai mengganggunya. Entah sampai kapan, mungkin Ica harus bisa meminta izin untuk mengekos di dekat mall. Ya, ia harus berani meminta izin pada neneknya yang terkenal garang itu.

"Haaahh, bisa mati muda ga sih Gue kalo gini terus tuh?" Gerutunya sambil mencharge ponselnya yang memang sudah mati total sedari ia turun dari pemberhentian terakhir bus nya. 

"Eh, siapa nih? Banyak misscall dari orang nggak di kenal" tuturnya seraya menggulir layar ponsel.

 

Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama yang tak pernah ia inginkan untuk saat ini.


Tara is calling

"Kenapa?" Tanya Ica kala sudah tersambung

"Kangen, Ca! Lo nggak ada waktu banget nih buat ketemu?" 

Suara di sebrang sana membuat Ica memutar mata. Malas sebenernya, Tara adalah orang yang membuat Ica mati-matian untuk bekerja jauh dari rumah, karna memang Ica sama sekali enggan bertemu Tara.

Hubungan keduanya sangat rumit, saling mengekang, mengikat, bertukar kabar, perhatian, tetapi tak pernah mendapat jawaban tentang hubungan apa yang sedang mereka jalani. Keduanya pun enggan untuk membahas atau hanya sekedar mengesahkan. Rumit kan?

"Ga usah lebay ya! Gue mau cari uang yang banyak. Lo kalo ngajak jajan ga tanggung-tanggung, Gue kalo ga ada duit kaya kambing congek jatuhnya!" Ucap Ica , yang di sambut tawa menggelegar Tara di sebrang sana.

"Lagian ngapain kerja jauh si Ca? Kaya nggak ada kerjaan disini aja Lo! Mau ngehindarin Gue ya? Nggak bisa Ca! Kita kan Jodoh" seloroh Tara

"Jodoh mata mu! Udahlah, Gue capek! Kapan-kapan aja kalo waktu Gue banyak baru Gue cari Lo! Sekarang Lo belom berguna-berguna banget" ucap Ica seraya merebahkan tubuhnya di kasur single miliknya.

"Iya deh iya! Besok masuk apa? Pagi atau siang? Mau gue jemput ga? Di pasar? Biar Lo ga usah naik angkot lagi?" Tawaran Tara sangat menggiurkan 

RASA [[TERBIT]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang