Bab 5

17 8 0
                                    

Happy Reading Bestieeee

Hari pertama period adalah hari tersuram bagi sebagian wanita. Tak terkecuali Ica. Paginya sudah sangat tidak semangat saat ia melihat ternyata hari ini adalah tamu bulanan nya. Sungguh, sudah ia rasakan tandanya sejak semalam, kram perut yang ia rasakan mulai menjadi. Membuat Ica selalu mendesis setiap kalinya.

"Ssshh. Kenapa harus pas di hari masuk sih? Mana middle. Ish, sakit banget" monolog Ica meringkuk di kasur single nya dengan tangan setia menekan perut bawahnya.

Biasanya jika sudah tak tertahan, ia akan meminum asam mafenamat yang sudah di resepkan oleh dokter langganannya. Tapi, sungguh sudah 2 bulan ini dia tidak merasakan sakit hebatnya tamu bulanan, hingga pada akhirnya dia seperti tidak bisa menahannya.

Ica menggeser posisinya perlahan, mengambil ponselnya di nakas kemudian mendial nomor Dina.

"Kaa.. hiks.. sakit banget, gue Dateng tamu hari pertama. Boleh izin ga sih?" Ucap Ica dengan sesegukan.

"Duh Ca! Nggak bisa dong, si Resti lagi off day kan? Gimana ya? Gue ga tega juga sama Lo, tapi mau gimana lagi Ca? Mau gue beliin sesuatu nggak? Atau gue jemput? Kayanya si Rudi bawa motor" Ucap Dina, suaranya terdengar agak panik saat Ica kembali meringis.

"Nggak usah deh kak, gue pesen ojol aja. Ngerepotin.." lirih Ica sambil terus menekan-nekan perutnya berharap sakit itu hilang dengan sendirinya.

Tapi ekpektasi tetaplah hanya sebuah ekspektasi, sakit yang semakin menggigit itu membuat Ica perlahan bangkit dan berjalan tertatih ke arah dapur mininya, ia memasak air kemudian ditaruh ke dalam botol dan mengompres perut bagian bawahnya.

Perlahan sakitnya mereda, walau masih terasa menggigit secara tiba-tiba, tetapi masih bisa untuk ia paksakan berdiri. Ica berangkat ke mall pada pukul 13.00.

Tepat pukul 13.30 ia sudah berada di outlet, sebenarnya hanya butuh 15 menit untuk sampai ke outlet tempat nya bekerja jika jarak dari kostnya, tapi karna ini hari pertamanya. Jadilah ia berjalan sangat pelan. Niat untuk memakai jasa ojek online ia urungkan karena tiba-tiba saja kuotanya habis dan kebetulan yang sangat tidak di harapkan terjadi adalah sepanjang ia berjalan sama sekali tidak terlihat ojek pangkalan disekitarnya yang mana mengharuskan gadis itu untuk berjalan kaki hingga sampai di Mall dengan selamat, walau sambil meringis sedikit.

"Oke Ca?" Dina datang menyambut dengan khawatir. Yang hanya di balas anggukan oleh Ica.

"Mau gue beliin kunyit asem dulu di Supermart bawah?" Tanya Dina lagi, yang ini dibalas gelengan oleh Ica. Dina menghembuskan nafas khawatir, menatap kepergian Ica yang dengan setia menggenggam botol berisi air hangat yang ditempelkan pada bagian bawah perutnya.

Dengan inisiatif, Dina melangkah ke bagian kitchen untuk mengisi botol yang ia bawa dengan air hangat, siapa tau nanti Ica butuh untuk menggantikan botol yang ia bawa.

Ica berjalan menuju meja kasir, berdiri dibalik mesinnya dan mulai melayani pelanggan dengan senyum pucatnya. Ya, wajah Ica memucat, seiring dengan keram yang terasa memeras perutnya. Kepalanya terasa sangat pening, hingga kemudian ia luruh setelah melayani beberapa pelanggannya.

Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia mendengar suara berat familiar berteriak memanggilnya, mencoba membuatnya tetap sadar seraya membopongnya kedalam dekapan hangat yang sialnya malah makin merenggut habis kesadarannya.

"Shit!! Ardi, siapkan mobil!"

Gara bergegas menggendong Ica ala bridal, berlari menuju lift terdekat yang akan membawanya ke loby.

Tubuh Ica sangat kecil di dalam dekapan pria itu, yang sekarang terlihat rapuh dan tak berdaya Gara sangat khawatir, berkali-kali ia menoleh pada wajah Ica yang sangat pucat. Gara berdecak saat lift sangat terasa lambat menurutnya.

RASA [[TERBIT]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang