BAB 1 [Ketukan]

5 2 0
                                    


Tok... Tok... Tok...

Jendela, arah pandang kala terangkat menuju jendela. Sumber dari bunyi ketukan itu berasal, dengan bingung kala berjalan menuju jendela untuk memastikan.

Eh tunggu dulu?!

Kala menghentikan langkahnya tepat kurang dari satu meter dari jendela, termenung dan berpikir keras.

Tersentak. Kala teringat, kamar miliknya terletak pada lantai dua di rumah ini, dan tidak ada balkon di dekat jendela. Mustahil, hanya ada pohon buah belimbing di samping kamar kala, dan itupun hanya setinggi badan kala, lalu siapa yang mengetuk jendela? Apakah hewan yang mengetuknya? Tidak mungkin jika hewan yang melakukannya, karena ketukan itu benar-benar membabi buta, seolah-olah sosok di balik jendela memaksa untuk masuk.

Keringat dingin terus bercucuran di dahi, tubuhnya membeku dan terus bergetar tanpa henti, bibirnya tanpa henti melantunkan doa-doa. Ingin hati untuk menutup mata dan pergi dari kamarnya, namun untuk saat ini terasa benar-benar mustahil untuk di lakukan.

BRAK... BRAK... BRAK...

Semakin kencang, seakan adanya hasrat membunuh yang membabi buta. Jendela terus di dobrak, hingga terbuka menghasilkan hembusan angin kencang dari luar yang menerpa tubuh kaku kala.

Matanya terbelalak, sosok hitam besar bermata merah menyala dengan cepat menuju hadapan kala dan menyerang.

AAA..

"Kakak" Ujar seseorang

Terkejut dan langsung mendudukkan diri, deru napas cepat dan keringat dingin terus membanjiri tubuh kala, kala tersadar di hadapannya saat ini adalah adiknya yang sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah miliknya.

"Kak kala kebo banget, sekalinya bangun malah teriak-teriak" gerutu bocah itu, "kakak mimpi wik wik ya?" Ujar bocah itu dengan usilnya.

"Hah?"

Kala sedikit berpikir dengan maksud ucapan sang adik, "Masih pagi, kagak usah ngajak war lu anying" Ujar kala dan tak lama sebuah boneka beruang besar melayang ke arah adiknya, namun sayang pergerakan kala kalah cepat dengan sang adik.

Dengan langkah gontai kala mengambil ponsel miliknya di atas meja belajar, kosong tidak ada notifikasi pesan satupun.

Menghela napas sebentar pandangannya ia alihkan menuju jam digital di dekatnya, 05.06 masih terlalu pagi ternyata. Ya sudah ia regangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan serta melakukan sedikit pemanasan, merasa cukup kala langsung keluar menuju kamar mandi yang berada di lantai satu.

Melakukan rutinitas mandi di pagi hari sungguh menyegarkan.

Setelah menyelesaikan mandinya, kala kembali lagi ke kamar untuk mengambil tas dan beberapa barang yang akan ia bawa ke sekolahan.

Dengan langkah ringan kala menuruni anak tangga satu demi satu untuk menuju ruang keluarga yang dimana semua anggota keluarganya berkumpul untuk melaksanakan sarapan pagi, kegiatan sarapan pagi di keluarga kala memang cukup berbeda dari beberapa keluarga yang lain. Karena di keluarga ini sarapan pagi dilakukan bukan untuk memakan hidangan berat melainkan bercengkrama mengenai beberapa hal seraya memakan kudapan kecil seperti biskuit dengan bau khas kelapa yang gurih, serta di padukan dengan teh atau kopi.

Tetapi untuk pagi ini, personil keluarga minus satu orang.

"Papa kemana ma?" Tanya kala yang baru saja samapai.

"Udah berangkat duluan tadi jam 5,kenapa?" Ujar sang ibu.

Kala menyelenggarakan kepalanya pelan, "engga papa, tanya doang"

½ KesadaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang