BAB 3 [keanehan]

6 1 0
                                    


Menjijikkan, satu kalimat yang kala pikirkan saat ini. Makhluk itu terus saja mengendus-endus semua area kewanitaan penumpang yang berdiri dengan merangkak menggunakan kedua tangan dan kakinya, makhluk itu berhenti dan mengendus-endus area kewanitaan seorang perempuan yang berdiri tepat di sebrang kala.

Hal menjijikkan pun benar-benar terjadi, mahluk itu tiba-tiba saja menjulurkan lidah panjangnya yang berwarna hitam pekat kearah area kewanitaan perempuan itu, dan menjilatnya, terus menjilatnya. Kala membulatkan mata, perutnya merasakan mual yang hebat, menjijikan dia melihatnya sosok itu menjilati area kewanitaan perempuan di hadapannya.

Takut, takut, takut.

Kakiku bergetar tanpa henti, keringat dingin terus menerus keluar dari setiap pori-pori kulitku, menjijikan, menjijikan. Mataku seolah tidak ingin berpaling dan terus-menerus memandanginya. Mahluk itu, melihatku.

Halte tiga. Di mohon pada penumpang yang hendak turun, tolong cek kembali barang bawaan anda, trimakasih.

Bel pemberitahuan berbunyi dan pintu bis terbuka, tepat pada halte yang kala tuju tanpa pikir panjang kala langsung keluar secepat mungkin dari dalam bis.

Bis langsung melaju ketika semua penumpang yang berhenti pada halte tiga turun, kala membungkukkan sedikit tubuhnya untuk mengatur detak jantung yang membabi buta dan sedikit meremas kaos yang ia kenakan. Setelah stabil kala tegakkan tubuhnya dan menengkok kebelakang.

Hela napas lega terdengar darinya, 'Untung aja tuh mahluk gak ikut turun'

Kala langsung melanjutkan langkah nya untuk sampai ke rumah, jalanan di komplek cukup ramai di jam-jam segini. Banyak pedagang dan warga yang berlalu lalang, apalagi di bagian taman komplek yang memang terdapat beberapa kafe dan mini market.

Sesampainya kala di rumah, terlihat rumah masih sepi dan terkunci. Tangannya terulur pada pot berwarna biru dan mengangkatnya, terlihat di bawah pot itu terdapat kunci rumah yang memang biasa ibu letakan.  Tangannya dengan mudah membuka kunci itu dan segera saja kala masuk tak lupa juga kala untuk menutup pintu kembali serta menyalakan lampu pada teras, kala mendudukkan diri di lantai rumah yang dingin, dan langsung membuka sepatu serta kaos kaki yang ia kenakan lalu menyimpan sepatu itu pada lemari sepatu yang berada dekat pintu masuk.

Tangannya terulur untuk menekan saklar lampu yang berada di lorong rumah untuk memeranginya berjalan menuju tangga kamarnya.

Pintu terbuka, kala langsung menyalakan lampu di kamarnya, lalu ia meletakan tas yang ia seret ke atas meja belajar miliknya. Tubuhnya langsung ia hempaskan ke atas kasur dan merebahkan diri, sungguh lelah hari ini. Banyak sekali hal aneh yang ia lihat dengan matanya hari ini, pandangnya terus menatap lurus pelafon kamarnya, seraya berpikir sejak kapan dan bagaimana caranya ia dapat melihat mahluk-mahluk itu.

Hembusan napas kencang kala keluarkan, "oke waktunya mandi"

Kakinya berjalan ke arah meja dan mengambil kapas serta menuangkan micellar water ke atas kapas, ia perlu membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Karena seharian ini, wajahnya terus-menerus terkena debu di bengkel setelah selesai kala langsung mengambil satu set pakaian ganti dan pakaian dalamnya dari lemari setelahnya ia turun dan menuju kamar mandi.

....

Segar sekali rasanya, setelah seharian merasa lengket akhirnya tubuh kala menjadi lebih ringan setelah mandi.

Mata kala melirik pada jam di dinding pada ruang keluarga, sekarang menunjukkan pukul 17.45 tapi kenapa keluarganya belum ada yang pulang kerumah, biasanya ibu akan tiba di rumah pada pukul 5 sore tetapi hampir petang seperti saat ini beliau juga belum tiba di rumahnya.

"Ya udah lah, nati juga pada pulang" Pasrahnya.

Kala bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil sebotol air minum untuk ia bawa ke kamar, sesampainya kala di dapur ia sempat sedikit terlonjak kaget ketika menemukan kakak laki-lakinya yang tengah memunggunginya dan berdiri menghadap kompor yang menyala serta terdapat panci air yang menumpang di atas tungku.

"Eh bang Vian, udah balik dari tadi?" Tanya kala yang langsung membawa di dirinya pada kulkas dan membukanya untuk mengambil botol berukuran satu liter yang sudah terisi air minum di dalamnya.

"Iya" Ucap Vian

"Gue naik ke kamar dulu ya bang" Pamit kala, yang tidak direspon oleh vian. Kala merasa sedikit aneh dengan Vian, biasanya kakak pertamanya itu akan langsung mengajaknya untuk makan bersama jika Vian tengah memasak sesuatu tapi kali ini tidak, Vian hanya berdiri dan berdiam. Entah lah mungkin ada masalah di sekolanan.

Kala mengambil ponsel pintarnya setelah ia menutup pintu kamarnya, ia merebahkan diri dikasur dengan botol air minum di pelukannya. Kala membuka ponselnya dan terlihat sebuah pesan masuk dari vian, kala mengeklik notif tersebut dan langsung memperlihatkan room chatnya bersama vian.

Bang vian|

Dek, gue lagi ada di minimarket lo mau titip apa?

Anda|
Gue titip kripik kentang yg biasanya aja bang.

Bang vian|
Oke.

"Bukannya dari rumah ke depan komplek lumayan jauh ya? Cepet banget bang vian sampenya, naik motor kali ya" Gumam kala

Waktu terus berlalu sampai kala mendengar ada suara mesin motor yang berhenti di depan rumah, dan setelahnya di susul dengan suara pintu utama yang di buka. Kala dengan cepat beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamar, kakinya dengan cepat menuruni anak tangga dan sampai di pintu utama, terlihat Vian yang baru saja sampai dengan seragam dan atribut lengkap setelah pulang sekolah dan disisinya terdapat sekantung kresek terdapat sebuah logo minimarket yang kala tau itu dari mana asalnya.

Yang membuat kala bingung adalah kenapa kakak tertuanya itu masih mengenakan seragam sekolah, seolah-olah dia memang baru saja pulang. "Bang lo kok masih pakek seragam" Tanya kala mendekat ke Vian

Vian menoleh setelah melepas sepatunya, "ya kan gue baru sampe rumah, kama. Ya jelaslah masih pakek seragam" Ujar Vian yang sudah berdiri dengan bahu yang menggendong tas hitam miliknya.

Kala memasang wajah bingung, "bukannya lo udah pulang dari tadi ya bang" Tanya kala

"Haha ngaco lu, gue baru aja sampe. Lihat sendiri kan lo" Ujar Vian

"Tunggu, beneran?" Tanya kala memastikan

"Iya adikku yang cantik" Ujar Vian seraya mengusap kepala kala, "nih pesenan lo", lanjutnya seraya menyerahkan satu snack pesanan kala, dan langsung pergi dari hadapan kala.

Tunggu, kalau memang Vian baru sampai di rumah lantas siapa yang tadi kala lihat dan kala ajak bicara di dapur?

Kala langsung berlari menuju dapur, untuk memastikan perabotan yang tadi di gunakan sosok Vian yang ia lihat. Masih ada dan kompor juga menyala, kala buru-buru mematikan kompor dan memindahkan panci dari atas tungku menggunakan lap lalu menaruhnya di dalam lemari dapur.

Benar-benar aneh batinnya.















_________________________________

½ Kesadaran
Sejalan dengan logika
Cukup sulit

½ KesadaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang