Things

1K 104 22
                                    

Author POV

Gita melangkahkan kakinya memasuki toko bunga sederhana itu. Dirinya tersenyum kecil ketika melihat gadis pemilik toko bunga ini berada di balik meja kasir tengah bermain ponsel dengan serius tanpa menydari kehadirannya.

Gita mendekati gadis itu dan memeluknya dari belakang, menyandarkan kepalanya pada pundak gadis itu.

"Gita, kapan sampai?" tanya gadis itu.

"Baru saja." jawab Gita pelan.

Seolah mengerti jika Gita lelah, gadis itu tidak bertanya lagi dan membiarkan Gita memeluknya. Tak beberapa lama, Gita melepas pelukkannya, memilih bersandar pada kursi dan tertidur di sana. Gadis itu tersenyum kecil, menutupi tubuh Gita dengan jaket miliknya.

"Dasar, padahal kalo cape ga perlu jemput aku. Khawatir banget sih. Di kampus saja seperti preman, lelah sedikit dah jadi bayi kalau di rumah." gumam gadis itu.

"Hai ka Indah. Selamat sore." sapa seorang pengunjung yang nampak akrab dengan pemilik toko bunga ini.

"Hai, Marsha. Bunga Lily lagi?" tanya Indah menerima bunga yang telah Marsha pilihlalu memberikannya pada karyawannya untuk dirangkai.

"Aku ga akan berhenti ganti bunga ini setiap minggu sampe kakakku ditemuin, ka." jawab Marsha sambil tersenyum getir.

"Maaf, ya, aku ga bermaksud ungkit. Semoga dia cepet ketemu ya." ucap Indah.

Marsha mengangguk lalu melirik ke arah Gita yang tertidur nynyak pada kursi di belakang Indah.

"Ka, bagimana rasanya pacaran sama orang yang cuek?" tanya Marsha iseng.

"Pacar? Engga tahu ya, aku belum pernah pacaran." jawab Indah.

"Loh terus ka Gita?" tanya Marsha bingung.

"Gita? Memang ada apa dengan Gita?" Indah menatap Marsha dengan bingung lalu mengangguk. "Kamu pikir aku sama Gita pacaran? Bukan, Gita itu adikku, kami kembar." Marsha melongo.

Tentu saja, selama ini yang ia tahu Gita dan Indah berpacaran itulah kenapa Gita selalu ada di toko Indah setiap dirinya membeli bunga. Siapapun tidak akan menyangka kalau keduanya saudara kembar jika melihat ketidak miripan wajah keduanya dan kontrasnya sifat kedua gadis itu.

"Ohh itu alasan kamu tidak pernah menyapa-nya lagi?" Marsha menggeleng ketika Indah bertanya.

"Bukan itu. Ka Gita saat di kampus cuek banget. Aku sapa aja dia tidak menanggapi sama sekali, malu aku ka. Kayanya dia sebenernya ga suka kalo aku sapa dia, malu mungkin." ujar Marsha. "Bayangin aja, belum juga jadi maba udah kena mental sama kating."

"Loh kamu kuliah di tempat kita?"

"Parah banget ka Indah, padahal kita sering ketemu loh. Kita satu jurusan, aku ade tingkatnya."

Indah tertawa kecil melihat ekspresi menggemaskan dari Marsha yang tengah cemberut. Indah memberikan buket bunga lily yang sudah selesai dirangkai. Tidak seperti biasanya Marsha akan pergi setelah membayar, kali ini Marsha duduk di depan kasir sambil memainkan ponsel qwerty miliknya.

"Ish sopirku malah tidak bisa menjemput. Kesal sekali." gumam Marsha. "Ck. Naik bis aja deh."

"Sopir kamu ke mana?" tanya Indah.

"Lagi dipake papa mama, ka. Naik bis aja deh di halte depan. Aku pulang dulu ya, ka."

"Tidak perlu, aku akan mengantarmu." Kedua gadis itu terkejut ketika Gita tiba-tiba bangun dan beranjak dari kursinya, meraih jaket milik Indah untuk ia berikan pada Marsha. "Dimana rumahmu?"

"Tidak perlu, ka. Aku naik bis aja."

"Sha, udah turutin aja." ucap Indah pelan.

Marsha menatap Gita dengan ragu, berbeda dengan Gita yang hanya menatapnya datar. "Rumah aku di..." Marsha menjelaskan lokasi rumahnya.

Things You Can't SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang