Hysteria

359 72 5
                                    

Author POV

Gita dan Muthe terjebak dalam keheningan setelah kalimat Muthe sebelumnya.

Mereka benar-benar terjebak dalam kebingungan ketika satu-satunya petunjuk mereka hanya berhenti pada Marsha.

"Ka, orang di luar itu, aku bisa lihat dia bukan orang sembarangan. Apa dia juga punya kemampuan?" tanya Muthe.

"Hmm sejauh yang kutahu, dia bisa melihat masa lalu orang-orang yang disentuhnya." jawab Gita.

"Ck, jika Vienny itu manusia, mungkin kita bisa melihat masa lalunya." gumam Muthe.

"Jika dia manusia, kita tidak perlu membantunya." sahut Gita. Muthe mengangguk, benar juga.

"Sebenarnya bisa, jika Vienny merasuki seseorang. Harapan itu hanya ada di Indah dan aku tidak akan mengizinkannya. Kamu juga tahu keadaan kami, bukan?" lanjut Gita.

"Kalau begitu, satu-satunya cara hanyalah mendatangi orang tua Vienny. Jika Marsha bukan saudaranya, mari kita berharap kalau Vienny adalah anak kandung mereka." ucap Muthe.

"Aku melihat foto Vienny di kamar ci Gre. Aku ingin bertanya, hanya saja aku sedikit tidak yakin."

"Padahal dia saudaramu, tapi kamu bersikap seolah dia orang asing."

Pagi ini masih sama seperti sebelumnya bagi Gracia. Gita dan Indah masih diam mengabaikan satu sama lain. Bedanya, hari ini ada sosok Feni yang ikut duduk untuk ikut sarapan bersama mereka.

Sebelumnya, baru saja Gracia tahu jika Feni dan kedua adiknya telah saling mengenal sejak sekolah menengah, jauh sebelum Gracia mengenal Feni.

Gracia menghela nafas, sudah berulang kali Gracia melakukan hal yang menurutnya bisa membuat kedua adiknya berbaikan, namun sepertinya si kembar itu memiliki kesamaan dalam ego mereka hingga masalah kecilpun membuat mereka saling berdiam berhari-hari.

Ia merutuk, mengapa dari semua perbedaan kedua gadis itu, mereka harus memiliki kesamaan dalam keegoisan?

"Aku selesai. Aku akan berangkat lebih dulu." ucap Gita beranjak dari duduknya.

"Dek, hari ini kita berangkat bersama. Tidak ada bantahan." ujar Gracia.

Gita menatap Gracia dengan tatapan kesal. Dirinya benci jika harus berada dalam perasaan canggung di ruang yang terbatas. Namun tak ayal dirinya mengangguk dan memberi kode jika ia menunggu di luar rumah.

"Indah, ada apa dengan kalian?" tanya Feni.

Indah hanya menggeleng sebagai jawaban. Tangannya reflek menjauh ketika tangan Feni akan meraihnya. Ia tidak ingin Feni menyentuh dirinya.

Setelah menyelesaikan makan mereka, Gracia segera menarik Feni dan meraih kunci mobilnya, dengan cepat menaiki bangku pengemudi serta Feni di sampingnya.

Gita dan Indah menghela nafas kasar dan mau tidak mau mereka duduk berdampingan pada kursi penumpang.

Tidak ada suara selain musik yang terputar dari radio yang memenuhi mobil.

Indah melirik Gita yang setia menatap ke luar mobil. Sebenarnya ia tidak mau mereka seperti ini, bodohnya dia berkata seperti itu sebelumnya.

Gita bukannya tidak memiliki kelemahan. Kalau dirinya memiliki tubuh yang lemah dan mudah dirasuki oleh makhluk-makhluk itu. Gita memiliki hati yang kecil, gadis itu akan mudah dipengaruhi oleh 'mereka' di saat dia terluka.

Indah bisa melihat aura tidak baik yang semakin bertambah setiap harinya, membuat dia khawatir mereka dapat merubah kepribadian Gita. Indah tahu dia salah, tapi dia terlalu takut dan egois untuk meminta maaf terlebih dahulu.

Things You Can't SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang