Parents

316 65 6
                                    

Author POV

Gita mengetuk-ngetuk meja komputernya dengan tidak tenang. Matanya meneliti setiap kalimat memastikan tidak ada satupun petunjuk yang ia dapatkan.

Tidak ada satupun artikel yang menerbitkan mengenai kejadian di sekolahnya tiga hari lalu. Bahkan koran harian-pun tidak menerbitkan apapun mengenai itu. Satu-satunya yang ia dapat hanya kasus bunuh diri di sekolahnya.

Sepertinya sekolah mereka sengaja menyembunyikan ini, mungkin saja mereka juga menyuap tim medis dan para siswa untuk tidak menyebarkan berita mengenai histeria kemarin.

Gita kembali mengetik pada keyboard di kolom pencarian. Matanya tertuju pada sebuah artikel horor mengenai kampusnya.

Dengan segera matanya bergerak liar membaca kata demi kata pada situs itu dan otaknya mulai menyimpulkan.

Dalam artikel itu dikatakan bahwa kasus bunuh diri dengan melompat dari gedung kembali terjadi di sekolah-nya setiap lima tahun dan akan diikuti oleh kematian beberapa siswa setelahnya.

Entah itu kecelakaan, pembunuhan ataupun menghabisi nyawa mereka sendiri di rumah.

Gita kembali membuka situs itu. Blog ini telah dibuat sepuluh tahun lalu, namun tidak ada artikel lain selain kejanggalan di kampus itu. Bahkan di artikel pertama yang mereka unggah, mereka hanya membahas mengenai kejadian yang sama pada dua puluh lima tahun ke belakang. Sepertinya pembuat artikel itu mengenal sekolah mereka dengan baik.

Dirinya menyimpan situs itu dalam web-nya dan akan melihat update-nya kembali nanti.

Tak berhenti sampai di situ, Gita kembali mengetik pada kolom pencarian. Menuliskan ciri-ciri makhluk yang sempat dirinya dan Indah lihat.

Makhluk ini termasuk hantu yang banyak disebut oleh masyarakat jawa. Memiliki tubuh hampir menyerupai kera namun bisa berubah-ubah wujud sesuai keinginannya. Ia biasanya tinggal di bebatuan berair, bangunan kosong ataupun hutan.

Makhluk ini juga bisa menjadi peliharaan dan akan meminta tumbal sesuai dengan perjanjian.

Sial! Sepertinya tidak ada seorangpun yang bisa menjamin keamanan mereka termasuk dirinya sendiri.

Gita bersandar kesal pada kursinya, ia menutup matanya dengan lelah. Masalah Vienny masih belum menemukan titik apapun dan sekolahnya menjadi tidak aman.

"Sayang."

Tanpa menoleh-pun Gita tahu siapa yang memanggilnya. Ia tidak mengerti mengapa ia menjadi sering melihat gadis ini di rumahnya.

Gita tidak menjawab, dia hanya tersenyum tipis namun tetap menutup matanya.

"Kalian bersikap asing sejak aku datang. Ada apa? Kalian merasa tidak nyaman aku berada di sini?" tanya Feni.

Gita mengusap wajahnya kasar, mereka begitu dekat dengan Feni sebelumnya, bagaimana mungkin dirinya tidak nyaman dengan keberadaan Feni?

Kemampuan Feni yang bisa membaca masa lalu seseorang, membuat Gita tidak bisa menyembunyikan apapun. Kira-kira bagaimana respon Feni jika tahu dia bertengkar dengan Indah hanya karena masalah sepele?

Sejujurnya, dia lebih nyaman berada di sekitar Feni daripada Gracia, bahkan jika dibandingkan, mungkin ia lebih nyaman berbagi cerita dengan Feni daripada Gracia, karena bagaimanapun ia mengenal Feni sejak lama sekali, jauh sebelum dirinya datang ke kota ini.

"Ka..." panggil Gita pelan sedangkan Feni hanya menjawab dengan gumaman singkat. Matanya tidak lepas dari wajah Gita.

"Aku lelah. Bisa aku memelukmu?" tanya Gita. Matanya terbuka untuk menatap lurus ke arah Feni. Melihat anggukan yang Feni berikan.

Things You Can't SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang