Author POV
Hari ini adalah hari terakhir memperkenalkan sekolah kepada Mahasiswa baru. Acara ini ditutup dengan diadakannya camping sampai esok hari.
Indah-pun sejak tadi sibuk memperhatikan kelompok-kelompok yang sedang membangun tenda berjaga-jaga jika ia dibutuhkan. Sesekali ia mengecek jurnal miliknya, memeriksa jika sumber daya yang mereka sediakan cukup.
Indah sebagai kepala pengurus logistik memberikan arahan-arahan kepada teman-temannya yang lain untuk menyiapkan segala keperluan tambahan.
Indah merogoh sakunya ketika merasakan ponselnya bergetar. Ia tersenyum kecil ketika melihat dua pesan masuk dari kedua saudaranya yang berisi kata penyemangat dan pesan untuk berhati-hati. Ingatkan Indah untuk bersyukur memiliki dua saudara yang mencintainya tanpa syarat.
Hari ini dirinya akan menjalani kegiataannya sendirian tanpa Gita di sekitarnya. Berbeda dengan dirinya yang aktif dalam keorganisasian, Gita lebih suka melakukan kegiatan ekstra dan tergabung dalam beberapa club.
Dirinya terssenyum kecil ketika melihat Marsha menggerutu karena kesulitan membangun tenda bersama Mutiara dan teman-temannya yang lain. Ia melangkah mendekati gadis itu sambil tertawa kecil.
"Sini kubantu." ujar Indah lembut.
"Eh ka Indah. Tumben sendirian?" sapa Marsha.
"Gita kan bukan senat, mana mau dia gabung ke organisasi yang melibatkan banyak orang gini." jawab Indah, tangannya dengan terampil mulai membangun tenda yang sejak awal tidak terbentuk itu.
"Heran, orang seramah ka Indah bisa punya kembaran sekulkas itu." gumam Marsha.
Indah yang mendengar itupun tertawa, iya image kulkas itu memang menempel pada Gita sejak awal dia masuk ke sekolah ini, berbeda dengan kehangatannya di rumah walaupun dirinya tetap jarang bicara.
Setelah selesai membangun tenda, Indah menghampiri Mutiara yang kini sibuk memasukkan tas dan barang-barang milik kelompoknya ke dalam tenda.
"Mutiara, ya?" Mutiara menghentikan gerakannya dan beralih menatap Indah lalu mengangguk. "Terima kasih sudah membantu Gita kemarin. Kenalkan, aku Indah." ucap Indah sambil mengulurkan tangannya.
Mutiara mengangguk menerima uluran tangan Indah. "Aku Mutiara, panggil aja Muthe. Bukan masalah besar, aku hanya melakukan apa yang kubisa. Bagaimana keadaanmu?" tanya Muthe.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja." ucap Indah sambil meregangkan tubuhnya.
"Aura kalian sangat menarik untuk mereka, berhati-hatilah. Kalung itu bisa mencegah mereka memasukimu tapi bukan berarti mereka tidak bisa menyakitimu dan menyembunyikan masalahmu dari saudaramu tidak akan berakhir baik."
Malam ini adalah malam yang tidak banyak disukai oleh orang-orang. Iya, jurit malam. Bukan hanya para mahasiswa baru, Indah juga membenci situasi ini. Dirinya dan dua orang lainnya menunggu di salah satu pos menunggu mahasiswa baru yang akan mereka beri tugas.
Suasana sekolah mereka sangat berbeda saat malam hari, walau saat ini ramai, namun ramai juga makhluk-makhluk tak kasat mata yang mengganggu penglihatannya.
Tidak mungkin ia berteriak mengusir makhluk-makhluk mengerikan itu dari sini disaat ada dua orang temannya di sana.
"Indah." tubuh Indah menegang ketika seseorang memanggil namanya. Suara yang lebih ia takuti daripada suara dari makhluk-makhluk ini.
Tiga orang pria menghampiri mereka sambil tersenyum. "Indah, ketua memanggilmu ke ruang kesenian. Ada yang ingin ia diskusikan." ucap salah satu pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Can't See
FanfictionThey are here around us Do you believe it, or not? Di dunia ini, manusia hidup berdampingan dengan banyak hal. Fisik maupun nonfisik. Terlihat ataupun tidak terlihat. Mereka ada di sekitar kita, menatap dan memperhatikan kita tanpa kita tahu. Terkad...