Author POV
Seperti yang Gita katakan kemarin, hari ini Gracia membawa semua barang-barangnya. Semuanya hingga Gita menyesali ucapannya.
Rumah ini tidak seluas kediaman Gracia sebelumnya walau tidak bisa disebut kecil juga, namun baru melihat banyaknya barang-barang milik Gracia sudah cukup membuatnya lelah.
"Selain baju dan barang-barang untuk kuliah, bawa kembali barang lainnya." ucap Gita jengah. Apalagi ketika melihat Gracia membawa meja rias dan almarinya. Mereka tidak kekurangan furniture di rumah ini astaga.
"Ish tapi..." kalimat Gracia terhenti ketika Gita menunjukkan wajah kalau dia tidak ingin dibantah. Jadi ia meminta orang-orangnya membawa kembali barang-barangnya yang lain.
Gracia mengikuti langkah Gita menuju halaman belakang rumah. Di sana terdapat sebuah gazebo berukuran cukup besar di bawah sebuah pohon besar dengan Indah di dalam sana.
Seolah tidak menyadari kedua saudaranya, Indah hanya diam dengan pandangan kosong sambil menyentuh kalungnnya. Gadis itu tersentak ketika Gita mengelus kepalanya.
"Ada apa?" tanya Gita.
"Sampai kapan aku harus memakai kalung ini?" tanya Indah lirih.
"Kalau kamu ada sama aku, aku pastiin kamu baik-baik aja." jawab Gita.
"Kamu punya kehidupan kamu sendiri, Gita. Tidak mungkin kamu menjagaku seumur hidup." bisik Indah pelan.
Gita menghela nafas, ini bukan pertama kalinya Indah seperti ini. Setiap kali Indah mengalami kerasukan, gadis itu pasti mengalami tekanan pada mentalnya. Gita memilih diam karena jika ia membalasnya lagi, mereka hanya akan berakhir bertengkar.
Gracia menatap si kembar dengan diam. Dia seakan asing dengan pemandangan ini, dirinya nampak seperti seseorang yang tidak tahu apa-apa walaupun itu benar.
Selama sepuluh tahun, Gracia tinggal berpisah dengan kedua adiknya. Pikiran anak kecil yang tidak terima jika ayahnya diambil, membuat Gracia tidak menerima kehadiran dua gadis itu terlebih mereka sering bertingkah yang menurut Gracia aneh. Bahkan Yona-pun membutuhkan waktu yang panjang untuk membuat Gracia menerimanya.
"Dek, sebenarnya ada apa?" tanya Gracia. Dia telah dewasa sekarang dan ia ingin memperbaiki kesalahannya selama bertahun-tahun ini. Itu juga sebabnya dirinya menolak ikut ke luar negeri dan memilih tinggal bersama si kembar.
Gita dan Indah beradu tatap dengan ragu. "Ci, masalah ini mungkin ga pernah cici hadapin sebelumnya. Cici yakin mau tahu?" tanya Indah namun Gita menggeleng tidak setuju.
"Cici yakin. Cici pengen tau lebih dalam soal adik kembar cici. Cici pengen kenal kalian dan mulai nebus waktu selama sepuluh tahun ini." jawab Gracia yakin.
Indah tersenyum, ia raih tangan kanan Gracia sambil tersenyum kecil. Gracia dapat merasakan tangan Indah yang menghangat secara tidak normal.
Belum sempat Gracia berbicara kembali, tubuhnya gemetar. Bukan karena sakit tapi karena sesaat setelah dia mengedipkan mata, ia bisa melihat sosok seorang pria terbungkus kain putih kotor dengan wajah mengerikan.
Tangan Gracia terlepas dari Indah dan ia tidak lagi melihat sosok mengerikan itu. Namun, ia masih gemetar ketakutan, wajahnya pucat dan tenaganya seolah menguap hingga Gita harus menopang tubuh gadis itu dan membawanya duduk di gazebo sebelum dia luruh ke tanah.
"Dek...itu tadi...kalian..."
"Iya, ci. Aku dan Gita memiliki kemampuan itu sejak kami lahir. Tidak heran cici dan teman-teman kami dulu selalu mengatakan kami aneh." ujar Indah.
"Kamu tidak perla melakukan itu, kamu bisa jelasin aja." tegur Gita namun Indah hanya mengangkat bahunya acuh.
"Anggep saja ci Gre mennebus dirinya di masa lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Can't See
FanfictionThey are here around us Do you believe it, or not? Di dunia ini, manusia hidup berdampingan dengan banyak hal. Fisik maupun nonfisik. Terlihat ataupun tidak terlihat. Mereka ada di sekitar kita, menatap dan memperhatikan kita tanpa kita tahu. Terkad...