Vienny?

373 70 5
                                    

Author POV

"Pa, Ma. Bisa kalian pulang lebih dulu? Gita dan Indah tidak baik-baik saja."

"Bukankah kamu ingin mengambil peranmu, Gracia? Ini saatnya kamu melakukan peranmu sebagai kakak. Jika kamu tidak sanggup atau terjadi hal buruk yang tidak bisa kamu atasi, hubungi kami."

Pagi ini terasa dingin, Gracia tidak menyukai atmosfir dingin ini. Hanya ada dirinya dan Indah yang ada di meja makan, namun selain suara sendok dan piring yang saling beradu, tidak lagi ada suara yang terdengar.

Pintu kamar Gita terbuka, menampilkan Gita yang telah siap dengan pakaian kuliahnya.

Gita melangkahkan kakinya mendekati Gracia dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku berangkat." pamitnya.

"Sarapanlah lebih dulu, oke?" pinta Gracia.

Gita melirik jam tangannya lalu menggeleng. "Tidak sempat, kelasku mulai setengah jam lagi."

"Kalau begitu tunggu."

Gracia beranjak dari duduknya, dengan cepat memasuki dapur dan kembali dengan sebuah kotak makan, menata makanan ke dalamnya lalu ia ulurkan pada Gita.

"Sesibuk-sibuknya, jangan lupakan sarapan kamu, ya. Berhati-hatilah."

Gita mengangguk, memasukkan bekal dari Gracia ke dalam tasnya. Ia kembali pamit, tak lupa kecupan singkat pada kedua pipi Gracia lalu pergi menggunakan motornya.

"Indah, kamu ada kelas hari ini? Biar cici yang antar kamu nanti." tanya Gracia.

Indah meletakkan alat makannya dengan kasar. "Antarkan saja aku ke toko hari ini. Aku selesai." balas Indah lalu beranjak ke kamarnya.

Gracia bergidik ngeri. Suasana rumah ini terasa mencekam untuknya sejak kedua adiknya berselisih, ia bahkan beberapa kali mengusap lehernya karena merasakan udara yang mengganggu.

Gracia ikut memasuki kamarnya, membiarkan pembantu mereka membereskan makanan di meja.

Gracia menghentikan langkahnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia berbalik membuka pintu, namun ia tidak menemukan siapapun di balik pintu.

Ia kembali menutupnya, baru saja ia melangkah suara ketukan kembali terdengar. Lagi-lagi tidak ada siapapun di sana.

Gracia berbalik, mengabaikan suara ketukan itu dengan jantung yang berdetak tak karuan.

Langkah Gracia terhenti saat ia mendengar suara yang mengikuti langkahnya. Ia berbalik, namun tidak melihat siapapun.

"Tidak ada apapun, Gracia, kamu tidak bisa melihat mereka." bisiknya pada diri sendiri.

*Tap tap tap*

Suara itu terdengar mengikuti setiap langkah yang Gracia ambil.

*Prak* Gracia terlonjak saat gelas di atas nakasnya tiba-tiba terjatuh.

Lampu kamar miliknya berkedip tidak karuan membuat pandangan Gracia mengabur sampai akhirnya lampu kamarnya benar-benar mati.

Gracia melangkah ke saklar di kamarnya mencoba kembali menyalakan lampu.

"Aaarrrggghhhh"

"Indah!"

Gracia tersentak saat mendengar suara teriakan adiknya. Ia yang khawatir segera berlari menuju pintu kamarnya.

Berpikir dirinya akan baik-baik saja, dia salah. Tepat sesaat setelah dia membuka pintu, dirinya dibuat terhenti oleh penampakan sosok hantu sugus yang dilihatnya tempo hari.

Gracia bergerak mundur dengan gemetar namun langkahnya terhenti ketika ia merasa tubuhnya menabrak sesuatu.

Ketika ia menoleh, sosok hitam tinggi besar berdiri di belakangnya, menatapnya dengan matanya yang menyala merah.

Things You Can't SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang