Kata orang, ketika ingin berada di lingkungan tertentu setidaknya kamu harus setara dengan mereka yang ada di lingkungan tersebut. Jika tidak maka akan ada satu pihak yang berusaha keras atau mungkin terluka?
Anggota PMR Nusa Bangsa dan pengurus inti sudah mulai disibukkan dengan acara rutin tahunan mereka yang tinggal satu bulan lagi. Acara itu akan berlangsung selama satu minggu setelah ujian kenaikan kelas yang akan diakhiri dengan menjaga pos lalu lintas yang bekerjasama dengan PMI dan kepolisian di titik rawan kecelakaan.
"Jadi, ada yang sudah terpikirkan tentang ide stand kita?" Raganata memecah keheningan setelah Lola memberikan instruksi untuk memikirkan ide di tiga puluh menit yang lalu.
Pertanyaan Raganata hanya dijawab gelengan oleh anggotanya. Kali ini pandangan Raganata jatuh pada Keila. Sebenarnya, sedari tadi Raganata memang memperhatikan perempuan yang duduk di depannya itu dan sepertinya memang ada yang Keila pikirkan untuk acara mereka.
"Kamu ada ide, Kei?" pertanyaan Raganata berhasil mengundang perhatian dari yang lain termasuk Lola.
"Hah?"
Raganata mengangkat alis matanya menatap Keila menunggu jawaban lain dari gadis itu.
Tiga detik berikutnya, Keila bersuara, "Mungkin ini terdengar biasa, kak."
Raganata mengangguk tetap dengan senyuman di wajahnya yang tentu saja mengundang iri dari anggota yang lain. Siapa yang tidak iri ditatap oleh Raganata lengkap dengan senyumnya yang khas?
"Jadi... karena kita kebagian jadwal di akhir, bagaimana kalau kita buat konsepnya Not the Other Day dimana kita akan datangi sasarannya, misal anggota basket ataupun futsal yang akan bertanding, tim cheers, dan anak-anak klub lainnya. Kadang mereka bukan tidak mau tahu tentang kesehatan entah secara umum atau terkait dirinya sendiri melainkan tidak ada waktunya. Terutama saat class meeting."
Raganata mengangguk, "Gimana menurut yang lain?"
"Gue gak masalah dengan idenya, tapi karena sudah dibagi kelompok kecil sistemnya mau tetap kita bertujuh mendatangi sasaran atau dibagi menjadi kelompok lebih kecil lagi?" Lola menatap Raganata dan Keila bergantian menunggu penjelasan lanjutan.
"Izin kak kalau boleh saran lagi, gimana kalau kita bagi dua tim, satu untuk jaga stand dan satu lagi untuk turun ke sasaran," sambung Keila.
"Kalau gitu enak yang jaga stand karena mereka hanya duduk dan menunggu kalau ada yang datang apalagi di hari terakhir class meeting bisa dipastikan semua fokus murid ada di klub yang bertanding," kali ini Bianca menimpali.
"Benar kata Bianca," Selin ikut bersuara.
"Gimana kalau tetap kita bagi dua tim seperti yang Keila bilang dimana ada tiga orang bertugas buat jaga stand dan tiga orang untuk turun ke sasaran. Tapi, akan ada pertukaran setiap selesai di satu klub jadi bisa sekalian untuk istirahat," kali ini Lola mengangguk mendengar penjelasan Raganata.
"Itu baru enam orang kan kak?" Selin ingin memastikan bahwa setiap orang memang diberikan tugas.
Raganata menangguk, "Satunya saya yang akan memonitor saat turun ke sasaran,"
Kali ini semuanya mengangguk.
"Ok, untuk ide sudah kita sepakati lanjut ke perlengkapan yang harus disiapkan mungkin kita bahas setelah konsepnya fix berhubung sudah hampir jam empat, bagaimana Pak Raganata?" Lola menatap Raganata meminta lelaki itu mengakhiri kegiatan hari ini.
"Sip, kita cukupkan sampai di sini dulu ya Ibu Lola. Nanti untuk selanjutnya kita bahas di grup dulu agar saat rapat sudah ada yang mau dibahas."
Perkataan Raganata dijawab anggukan dan setuju oleh anggotanya. Tak butuh waktu lama, tepat pukul empat sore ruangan PMR perlahan mengosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Star
Teen FictionKatanya, keluarga adalah rumah untuk kembali. Namun, jika semua anggotanya pergi apakah masih ada rumah untuk kembali? Katanya, keluarga akan selalu ada baik sekeras atau setajam apapun hal di luar sana. Namun, apakah mereka yang tidak sengaja menja...