Keila menatap bingung dua laki-laki yang sudah berdiri di hadapannya padahal matahari belum menampakkan diri. Untuk beberapa waktu, tiga orang itu hanya saling melempar pandangan kecuali Raganata yang menatap lekat Keyla sejak perempuan itu membuka pintu.
"Woi, Nata!" bisikan yang disertai dorongan dari Aldo di pundaknya berhasil membuat Raganata mengerjapkan mata beberapa kali kemudian melambaikan tangannya.
"Hai, Kei. Udah siap?"
"Siap? Ke mana kak?"
"Jalan-jalan." Senyum khas Raganata terukir lebar, sedangkan Aldo yang berada di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepala.
Sebenarnya, Keila sudah curiga dengan Jesi dan Rara yang membujuknya untuk jalan-jalan tanpa memberi tahu tempat. Mereka hanya meminta Keila untuk bersiap saat subuh dan mengabaikan topik tentang Raganata yang tidak sengaja dibahas oleh Rara sebelumnya.
"Pergi sekarang?" Jesi muncul lengkap dengan tasnya dan juga tas milik Keila yang telah diisi dengan beberapa pakaian tentunya tanpa sepengetahuan Keila.
"Let's go!" kali ini Rara ikut menyembul dari balik Keila.
"Sebentar, kita mau ke mana?" Keila mengalihkan tatapannya pada Jesi yang mendorong pelan tubuhnya untuk keluar dari pintu kemudian mengunci pintu itu.
"Udah, ikut aja Kei," bisik Jesi.
"Tapi–"
Keila memang sudah siap dengan baju terusan yang menutupi lututnya serta polesan lipstik pemberian Rara semalam yang katanya oleh-oleh dari Jogja, tetapi Keila belum sempat menguncir rambutnya. Tetapi, Jesi tidak membiarkan Keila untuk kembali ke dalam hanya untuk sekedar mengambil kuncirnya karena Jesi sudah menyimpan kunci kontrakan itu.
"Ayo!" ajak Raganata dan berjalan lebih dulu ke mobil hitam milik Heru yang terparkir di lorong depan.
Butuh waktu sekitar empat jam dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi untuk mobil yang dikendarai oleh Raganata berhenti di salah satu rumah panggung dekat dermaga Pelabuhan Muara Angke. Selama perjalanan tadi, tidak banyak yang mereka bicarakan, sesekali Jesi dan Rara yang menjawab pertanyaan Aldo dan Raganata, sedangkan Keila hanya mengangguk ataupun mengoreksi jawaban yang menurut Keila terlalu berlebihan.
"Kei, lo masih hutang cerita ke kita tentang Kak Nata," Jesi berbisik di telinga Keila setelah mereka turun dari mobil yang telah terparkir.
"Hmm, gue juga mau dong Kei yang kayak gitu," Rara ikut berbisik dari sisi yang lain.
"Bima mau lo kemanain?" suara Jesi mulai meninggi karena baru semalam Rara membahas Aldo yang sepertinya mulai ada rasa.
"Itu beda urusan Jes."
"Udah-udah," Keila menjauh dari dua sahabatnya itu dan berjalan mendekat ke arah Aldo dan Raganata.
"Lo bilang lagi sibuk di penangkaran?" tanya Aldo setelah lelaki yang baru saja menuruni tangga itu berdiri di hadapannya.
"Memang. Balik bentar gue," lelaki itu melakukan tos dengan Raganata melewati Aldo.
"Thanks, Ta," perkataan Raganata dibalas anggukan oleh Ananta.
"Ok, cukup tau gue. Gue yang keluarga elo, tapi Nata yang lebih lo perhatikan."
"Teman lo itu kenapa kak? Kayaknya sejak jadi ketua agak sedikit geser otaknya."
Raganata hanya mengangkat bahunya kemudian merangkul Ananta membelakangi Aldo.
"Jadi, yang mana pacarnya Kak Nata?" pertanyaan itu sontak membuat Raganata menggelengkan kepalanya, memberi kode pada Ananta untuk mengganti pertanyaan lain. "Eh, sorry lupa perkenalan. Gue Ananta. Jadi pergi sekarang? Kapalnya udah siap soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Star
Teen FictionKatanya, keluarga adalah rumah untuk kembali. Namun, jika semua anggotanya pergi apakah masih ada rumah untuk kembali? Katanya, keluarga akan selalu ada baik sekeras atau setajam apapun hal di luar sana. Namun, apakah mereka yang tidak sengaja menja...