08. Mungkin Begini (?)

100 15 2
                                    

Up!

Vote!

Comment!

Happy reading!



















💚🔙💚
•••

"Lo tau gimana perasaan gue sama lo."

"Kita udah pernah bahas ini, Chan."

"Jadi bener ya... sampai kapanpun gue ga bisa gantiin posisi dia?"

Hening.

Kini kamu tengah duduk berdua bersama Haechan di cafetaria dekat kantor, dengan segelas milkshake taro untukmu dan kopi americano dingin untuk Haechan. Keduanya terletak begitu canggung di atas meja kecil yang menjadi jarak pemisah bagi kalian. Ya, canggung. Bahkan suara-suara dari beberapa pengunjung yang lain pun tidak mampu mengurangi kecanggungan antara kalian berdua.

"Gue kurang apa, (Y/n)? Gue bisa jadi sosok yang lo mau asal lo bisa pilih gue."

Kamu menatapnya sendu, mungkin sebesar ini lah perasaan Haechan untukmu. Namun harus bagaimana? Kamu tidak bisa membohongi diri sendiri. Hendery masih menjadi pemilik hatimu, satu-satunya.

"Banyak perempuan lain di luar sana, Chan. Yang lebih muda, yang lebih baik dari gue. Yang pastinya, masih gadis. Lo berhak-"

"Gue maunya lo, bukan cewe lain. Persetan soal gadis atau ngga. Gue pengen lo jadi pasangan gue bukan karena nafsu doang. Tapi karena gue sayang sama lo, gue suka sama lo. Gue maunya lo yang gue liat tiap gue buka mata di pagi hari."

Tatapan Haechan kini melunak. Ia meraih tanganmu yang bertaut di atas meja, ia menggenggamnya, lembut. "Gue tanya sekali lagi, sedikitpun, apa ga pernah lo suka sama gue?" Tanyanya sambil menatap matamu.

Hening kembali.

Sebenarnya jawabanmu sudah jelas, namun kamu bingung memilah kata agar Haechan tidak terluka. Bingung bagaimana cara mengatakannya agar Haechan tidak tersinggung. Haechan berhak mendapatkan pasangan yang setara dengannya, dan untuk hal yang setara itu, sudah jelas kamu bukanlah orangnya.

Keheningan itu membuat Haechan perlahan melepas jemarimu. Mengambil minumannya itu untuk ia minum sambil mengalihkan pandang ke arah lain. Matanya terlihat sedikit memerah. Mungkin... ia marah atas semua ini.

"Jadi emang ga pernah, ya? Setelah semua yang udah terjadi antara lo sama dia satu tahun lalu, dia masih jadi satu-satunya. Dia beruntung banget, harusnya dia bersyukur." Ucap Haechan sambil memainkan sedotan di minumannya. Ia menunduk, tersenyum pahit sambil memperhatikan minumannya.

"Gue minta maaf, Chan. Gue-"

"Lo ga salah. Hati ga pernah salah. Jangan minta maaf."

Perkataan Haechan membuat matamu memanas, yang perlahan menghasilkan cairan bening yang mengaburkan pandanganmu.

Kamu tau Haechan terluka, namun ia masih bersikap seolah ia baik-baik saja. Justru itu yang membuat pipimu basah karena cairan bening yang menumpuk di matamu akhirnya jatuh juga. Kamu menunduk, sedikit terisak karena jujur hatimu turut merasa sakit saat melihat ekspresi wajahnya.

"Jangan kaya gini, gue ga suka liat lo nangis. Gue..."

Hening sejenak. Haechan menengadahkan wajahnya, menghela napas dalam tiga kali untuk menenangkan dirinya sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Gue ga papa."

Yang mana, kalimat tersebut justru membuat tangismu pecah. Kamu menangis, di hadapannya. Merasa begitu jahat karena telah membuatnya sakit. Haechan masih diam dalam posisinya. Matanya yang memerah itu, kini akhirnya menjatuhkan air mata sebagaimana dirimu.

Marriage Life 🔙 2'nd Chance with HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang