Chari membuka matanya disaat hawa hangat dari arah jendela yang kini menampilkan matahari yang sudah meninggi hingga mengenai separuh badannya.
Pandangan chari spontan menoleh ke brankar sebelah nya, namun buntalan selimut yang seharusnya ada disana kini kosong, Chari berpikir kemana bocah itu pagi pagi begini.
Ditempat lain kaki jenjang yang mengenakan pakaian rumah sakit berjalan pelan dilorong rumah sakit, masuk ke tempat kawasan bagian kiri dimna rata rata penghuni nya menatap diri nya dengan tawa tidak jelas.
Kebanyakan pasien dengan baju biru muda itu berlarian kesana kemari, ada yang merengek dilantai bahkan sampai memanjat pintu hingga beberapa perawat ricuh menjaga mereka agar tidak terluka.
Melihat pemandangan yang sedikit tidak wajar itu tak membuat zenta terganggu sama sekali, seakan itu adalah sebuah pemandangan biasa dimatanya.
ia dengan santai melewati mereka dengan tatapan datar. Bahkan sebagian dari mereka ada yang menghampirinya dengan membawa mainan, ingin mengajak bermain tapi melihat tatapan tajam itu membuat pasien itu menangis dan berlari pergi.
Saat sudah sampai didepan pintu, tanpa mengetuk zenta masuk kedalam. Pandangannya menelusuri ruangan yang tak berubah seperti tahun kemarin.
"Ngapain kesini" Pertanyaan dengan nada datar, nampak tenang akan kedatangan sosok diambang pintu sama.
Zenta perlahan masuk, menutup pintu perlahan dan duduk di brankar yang kini kosong karna penghuninya duduk di depan jendela yang tersedia ruang dengan alas empuk beserta bantalnya.
Sekilas ruangan ini tidak seperti ruangan pasien lain karna sudah dimodifikasi seperti kamar pada umumnya, dengan tujuan orang yang tinggal disana akan betah sangking nyaman nya.
Namun seperti nya tidak berlaku pada pemiliknya, wajah nya nampak tanpa ekspresi, tidak ada jejak kebahagiaan sama sekali diwajahnya.
"Maybe berkunjung?, gue juga lagi jadi pasien juga lho" lawan bicara nya hanya melirik sekilas dengan tatapan datarnya dan kembali melihat hamparan taman rumah sakit dari jendela.
"Kemaren Abang zem kerumah sakit juga, ada jenguk kesini ga?" Tanya Zenta sembari mencomot cemilan dari bawah laci, membuka nya tanpa beban dan memakannya.
"...."
"Bang ...."
"Gue bukan Abang Lo, jadi stop kesini tiap bulan, tiap taun... cuman buat ngomong hal ga berguna dan ninggalin kotoran dibawah kasur"
Suapan ketiga Zenta terhenti di ambang mulut, cukup tersindir mengenai meninggalkan kotoran dilantai. Ia menjilat 2 jari nya yang tertinggal remahan dan menaruh Snack itu diatas laci dan merebahkan diri disana
"Ngegas amat" zenta berguling guling di atas kasur, mengambil bantal dan memeluknya
"Gue pengen keluar dari sini" Reyza mencicit, ia memangku dagunya pada lututnya yang tertekuk
"Bang...."
"Gue mending di penjara, gak ada bedanya disini sama di sel tahanan. Gue sama sama terkurung, ga bisa bebas"
Zenta disana beralih duduk dan memandang Reyza yang terlihat lebih kurus dari terakhir ia menjenguk.
Mata Reyza sudah berembun, "Gak masalah di hukum mati, seenggak nya gue bisa ketemu dia.... Dari pada disini, gue kesiksa"
Zenta mendekat, mengusap Surai panjang abangnya. Surai yang dulu berwarna biru mint, dengan tindik di kedua telinga nya.
Reyza dulu hanya seseorang mahasiswa yang suka bermain gitar hingga menjadi salah satu anggota band di club' kampus nya, penampilannya terlihat nakal dengan sifat pendiam nya membuat ia cukup famous di masanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/340827077-288-k694016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid | The End
LobisomemMengandung Kekerasan (17+) Posesif padahal ga ada hubungan, sering senyum padahal Uda kena tampol, ditolak berkali kali juga gak mempan, suka banget Nyakitin diri sendiri perkara nyari perhatian doang Cwek mana yg ga lari dari spesies cwok kek begit...