50. Hancur

140 39 8
                                    

Sesakit apa rasanya menghadapi kepergian Bunda, sebagaimana sesaknya mendengar Ayah ingin membangun keluarga baru tanpa dengan persetujuannya, terkadang Tama lupa seperti apa proses awalnya luka tersebut membentur jiwa kehidupannya. Sedari kecil, Tama merupakan pribadi yang suka memendam. Tidak punya tempat bercerita, banyak dimusuhi oleh dunia, Tama belajar bahwa semua kesedihan yang ia terima, lambat laun akan berlalu jika ia tetap diam selayaknya orang-orang di sekitarnya juga tidak menempatkan perhatian.

Bekas-bekas kesedihan itu, sepanjang waktu berjalan terlanjur basah tanpa tahu bagaimana cara merawatnya. Saking lamanya diabaikan oleh Tama sendiri maupun Ayah Bunda yang sedikitnya Tama pikir dapat memberi kasih sayang di atasnya, Tama jadi tidak memahami apa yang penting untuk dipedulikan dalam nuraninya.

Emosi negatif teranggap wajar untuk didapatkan setiap harinya. Oleh sebab itu, dengan cara apa ia menangani penderitaan tersebut, segalanya mudah dibiaskan terlepas benar atau salahnya. Asal Tama dapat menyelamatkan diri per hitungan waktu yang tengah melintasi ruang kehidupannya, maka semua cukup entah itu diperoleh dari bermain dengan anak nakal, membatasi jarak dengan orang-orang yang sering menyakitinya, atau membeli obat penenang dari lingkup tongkrongannya. Walau melalui serangkaian kegiatan itu, Tama mengorbankan Ayah demikian semakin membencinya.

"Ayah, apa pas Tama masuk rumah nanti, Ayah bisa berhenti benci sama Tama?"

Tentu, Tama tidak ingin membuat Ayah marah. Namun, Tama sudah kehilangan akal untuk menerka-nerka. Sebab, apa pun yang Tama lakukan, semua akan bertumpu di satu titik yang sama. Tama tidak tahu apa yang bisa membuat Ayah senang, tetapi Tama dipaksa mengerti bahwa segala tindak-tanduknya pasti berujung dihadiahi sebuah kesalahan yang menyakitkan.

"Ayah, hari ini Tama berantem sama sobat terakhir yang Tama punya. Kalau nanti Tama benar nggak main lagi sama berandalan bren*sek semacam Melvin, apa Ayah bakal senang?"

Seperti halnya dengan kehancuran persahabatannya dengan Melvin malam ini, Tama tidak memahami dari mana kekeliruannya muncul sebagai seorang manusia. Sejak kecil, Tama yang selalu diperlakukan seolah-olah ia adalah penyebab kekacauannya. Oleh karena itu, hingga kini Tama pun masih terjebak dalam jerat pemikiran tersebut.

"Sebenarnya, Ayah benci Tama karena apa? Sewaktu kecil, Tama pernah jahat sama Ayah?"

Sungguh, Tama pula masih bertanya-tanya terkait kesalahan apa yang pernah ia buat pada Melvin hingga ia harus menerima luka yang besar dari sosok yang paling ia percaya. Penderitaan ini tidaklah masuk akal. Semuanya, sontak ikut mengingatkan Tama tentang kenapa di masa kecilnya, ia harus menerima banyak luka, padahal ia belum diberkahi banyak kekuatan untuk membuat kerusakan.

"Ayah, apa memang tidak butuh alasan buat orang-orang bisa benci dan bersikap jahat sama Tama? Tolong kasih tau Tama, Tama kurang sadar diri atau Tama yang nggak patut dihargai oleh orang-orang di sekitar Tama."

Dalam langkah yang terlampau gontai, untuk pertama kalinya, demikian Tama mulai mempertanyakan konsep yang membentuk rendah jati dirinya. Memori tentang Bunda yang pergi meninggalkannya di depan pintu terbayang lepas dalam pandangan. Serba-serbi perkataan buruk Ayah dan keras permainan tangannya yang melebam di sekujur tubuhnya, entah kenapa ikut berputar seolah kepalanya yang berdenyut tidak cukup pusing untuk menopang tubuhnya berjalan.

Perasaan kosong itu, kehampaan yang menyelimuti dirinya sejak kecil lalu, seketika menjadi nyata begitu ia sadar bahwa di masa yang akan datang, mungkin ia tidak lagi dapat berlari ke rumah Melvin saat menghadapi masa-masa terburuknya. Semua rumah yang pernah ia singgahi, mendadak runtuh sampai-sampai Tama lupa cara menginjakkan kakinya dengan benar.

"Ayah, sekarang Tama nggak punya siapa-siapa buat bersandar. Bunda bilang, per hari itu, Ayah yang akan selalu jagain Tama. Sampai saat ini, meski hubungan Ayah sama Tama nggak baik-baik aja, apa pun kondisi Tama, Ayah bakal tetap terima Tama, 'kan?

MALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang