66.6 FM Mantra Radio.
Apa kabar nih sobat Mantra? Udah Lama ya enggak ketemu. Masih pada seger kan buat nyimak horror side pada kesempatan kali ini? Balik lagi bersama gue Andis Sagara di Mantra Radio, dalam acara Parade Tengah Malam!
Selama satu episode kedepan gue akan nemenin malam jumat kalian dengan cerita-cerita horor dan misteri pilihan yang udah gue rangkum dari pengalaman-pengalaman yang kalian kirimkan ke email erzul.id@gmail.com atau pun dari DM Wattpad/Instagram/Whatsapp.
Cerita horror memang selalu mengundang sejuta kengerian bagi pembacanya. Cerita-cerita tersebut diangkat dari mitos, urband legend, ataupun kejadian nyata yang terjadi.
Kali ini gue dapet narasumber yang kebetulan temen tongkrongan gue sendiri, sebut saja Jamet. Nah, si Jamet ini adalah seorang teknisi di perusahaan layanan jasa IT, yang mana pada kesempatan ini dia dapet klien besar dan harus instalasi jaringan di gedung baru kliennya. Ada satu kejadian aneh yang dia alamin di gedung itu. Penasaran gimana ceritanya? langsung aja kita mulai, check it out! Trun off the light and feel the demon behind you.
Jadi mulanya, gua emang biasa ngurusin IT ini klien, salah satu bank besar di Indonesia. Enggak ada kejadian aneh, apa lagi berbau horor selama gua ngurusin ini klien. Sampe, pada suatu hari klien gua ini punya gedung baru dan gua dapet tugas buat instalasi jaringan di gedung baru mereka sebelum gedung itu aktif.
Singkat cerita, berangkat lah gua ke gedung baru mereka sendirian, letaknya ada di pinggiran kota. Di sana udah ada PIC yang nantinya bakal berhubungan langsung sama gua selama di lokasi, sebut aja Mas Koki.
"Eh, Met, udah nyampe aja," ucap Mas Koki.
"Iya nih, biar cepet kelar."
Sebelumnya, gua sama Mas Koki udah saling kenal sejak di gedung lama. Selain kerja, kita juga sering main Mobile Legends bareng, jadi bisa dibilang udah akrab lah.
Singkat cerita, sesampainya gua di sana sekitar jam delapan pagi, kita sarapan dulu dan main segame dulu, abis itu baru instalasi.
Selama makan, gua udah di brief perihal bangunan gedung baru dan dikasih denah. Nantinya, terminal ada di lantai tiga, jadi nanti gua bakal lebih sering di lantai tiga.
"Ini gedung udah rapi, Mas?" tanya gua.
"Udah sih, paling tinggal lantai lima aja yang belum rapi-rapi amat, itu pun cuma aula sama ruang meeting doang."
"Oh."
Lanjut, selesai makan dan main, kita akhirnya bergegas buat kerja. Gua bawa beberapa perangkat server dan komputer pake lift barang, sementara itu Mas Koki sendirian naik lift orang. Kita udah janjian ke lantai tiga.
Ting.
Setelah gua pencet tombol ke lantai tiga, lift mulai ketutup dan naik. Enggak lama nunggu, akhirnya pintu lift ke buka di lantai tiga dan gua turun.
Jujur, gua sebetulnya bingung, karena lokasi lantai tiganya agak beda sama yang gua liat di denah tadi. Jadi kalo yang di denah tadi tuh lokasi lantai tiga lebar, sementara ini panjang. Di depan lift itu ada lorong, dan tepat di samping lift ada meja resepsionis. Lorongnya juga gelap dan belum di lantai, kayak belum jadi.
"Mau ke mana ya, Mas?" tanya seorang laki-laki yang ada di lantai tiga, tapi bukan Mas Koki.
"Mau instalasi jaringan, Pak," kata gua.
"Oh, di lantai dua," ucap laki-laki paruh baya itu lagi.
Gua mengerutkan kening. "Loh, katanya di lantai tiga, Pak?"
Bapak itu senyum. "Lantai dua, Mas."
Malas debat, akhirnya gua mutusin buat turun ke lantai dua. Gua pencet itu tombol lift dan nungguin lift dateng. Selama nunggu itu, gua sama si Bapak ngobrol basa-basi.
"Oke, Pak, saya turun dulu."
"Oke, Mas, hati-hati," ucap si bapak.
Lift ketutup dan turun ke lantai dua. Setelah sampai di lantai dua, gua langsung turun dan ketemu sama scurity di lantai dua.
"Ada keperluan apa ya, Mas?" tanya scurity itu.
"Instalasi, Pak."
"Oh, terminalnya ada di lantai tiga ya, Mas."
Jujur, gua bingung banget. Barusan dari lantai tiga dan disuruh turun ke lantai dua, terus sekarang udah di lantai dua, eh malah dilempar lagi ke lantai tiga.
"Tadi kata orang di lantai tiga saya disuruh turun," kata gua.
"Mas Koki bilang gitu?"
"Bukan Mas Koki, beda lagi orangnya."
Satpam itu keliatan bingung. "Siapa?"
"Saya enggak tau, tapi ada orang di lantai tiga."
"Lantai tiga itu kosong, Mas, enggak ada orang."
"Lah, tadi ada."
Terjadi perdebatan yang alot, tetapi lagi-lagi gua ngalah dan naik lagi dengan lift yang sama ke lantai tiga lagi.
Ting.
Pas pintu lift kebuka, gua udah ditungguin sama Mas Koki.
"Ke mana aja lu? Lama amat," ucap Mas Koki.
Gua diem agak lama sambil berusaha mencerna apa yang terjadi. "Lah?"
Mas Koki memicing. "Lah ngapa?"
"Bukan lorong?" tanya gua sambil nunjuk lantai di depan.
"Lorong? Kan udah gua kasih liat denahnya. Di lantai tiga itu area terbuka, nah ruang server ada di pojok sono noh." Mas Koki menunjuk ruangan di pojok lantai tiga. "Yuk."
Gua masih diem sambil ngeliatin Mas Koki yang jalan ke ruang server. Otak gua masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Jelas-jelas gua tadi turun di lantai tiga dan ... beda sama lantai tiga yang sekarang.
"Lah, yang tadi? Ko-kok beda? Bapak-bapaknya mana?"
.
.
.
Oke, sekian cerita pada kesempatan kali ini. Kalo kalian suka, jangan lupa buat ninggalin jejak berupa komen dan vote. Gue Andisagara mohon undur diri, sampai berjumpa di malam jum'at berikutnya.
YOU ARE READING
Mantradio: Parade Tengah Malam
HorrorMasih terkait dengan cerita "Mantra coffee". Bercerita tentang Andis yang menjadi host Podcast di channel radio 66.6 FM Mantra Radio, acara Parade tengah malam. Yang akan menceritakan kisah-kisah horror dari readers maupun sumber lain. Jangan kemana...