"Kak Lays di rumah sakit, Dia menabrak anak kecil sampai sekarat." Beritahu Astor cepat.
Mochi yang sempat menahan nafas karena dinginnya suasana di meja makan, sedikit tertolong. Selain tidak tahan dengan suasana, Mochi pikir keluarga barunya akan marah karena semalam begadang dan berakhir sampai di meja makan terlambat.
Mendengar laporan Astor, urat leher Gery menonjol. Berusaha abai, Gery melemparkan tatapan tajamnya pada Astor, memberi isyarat agar kembali duduk. "Mulai!"
Serentak anggota keluarga yang hadir memulai sarapannya. Mochi sendiri langsung menyuapi mulut kecilnya hingga penuh dengan makanan. Selama makan, keningnya berkerut memikirkan nama Lays. Kalau tidak salah, Gery sempat menyebut sosok anak sulung.
Mochi menelan makanan di dalam mulutnya, lantas menusuk lengan Astor. Di keluarga ini, hanya Astor dan Gerald yang dekat dan mau berbicara dengannya. "Lays siapa?"
Hening, hanya suara denting sendok yang membentur permukaan piring. Astor sibuk memakan menu sarapan paginya. Tidak ada niatan menjawab sama sekali.
Beralih dari Astor, Mochi menusuk lengan Gerald cukup kuat. "Lays siapa?"
"Berhenti bicara dan perhatikan makananmu!"
*
Oreo menggaruk pipi tirusnya agak kencang, padahal tidak gatal. Oreo kesal, rasa sakit di perutnya masih belum kunjung mereda. Ditambah benaknya diliputi rasa khawatir yang tak tertahankan akan kondisi Goriorio.
Sekarang yang lebih mengesalkan lagi, Lays, Lays, itu menghilang entah kemana. Digantikan pria berbadan kekar, berwajah mengerikan yang berdiri di sudut ruangan. Pria itu sangat aneh, menatapnya tajam seakan ingin menelannya hidup-hidup.
Oreo menyibak selimut tebal rumah sakit yang membungkus tubuh lemahnya. Rasa takut muncul diiringi spekulasi terburuk yang muncul di kepalanya.
Dengan kecepatan tenaga kuda, Oreo sudah duduk dan langsung melompat. Pria yang berada di sudut ruangan itu seketika menangkap tubuh Oreo. "Apa yang sedang Anda lakukan? Anda sedang sakit dan dilarang turun dari brankar."
Wajah Oreo memucat ketika tangan kekar itu menangkap tubuhnya, terbayang tubuh raksasa pria ini menghancurkan tubuhnya dalam sekali remasan. Oreo mengeliat dan memberikan pukulan. "Turun!! Lepasin Aku!"
Pria itu meletakkan Oreo kembali di atas ranjang. Sekali lagi, pria itu berkata. "Anda dilarang turun!"
"Aku mau pipis!" Teriak Oreo kesal, pipi tirusnya memerah. Padahal hanya alasan saja, tapi malu juga berteriak seperti ini.
🐈
Berhasil mengelabuhi pria itu, Oreo kini masih setia berdiri di depan cermin toilet. Bingung harus kabur dengan cara bagaimana.
"Jangan-jangan Oreo diculik?" Oreo memiringkan kepala. "Kalau diingat-ingat, pas bangun tiba-tiba Oreo udah disini."
Oreo mengigit bibir gelisah, tangan kirinya menggenggam tiang infus gemas. "Kakak, kakak dimana... Hiks kakak?"
Setetes liquid bening mengalir di pipinya. Untuk pertama kalinya Oreo ketakutan. Tiba-tiba terbangun sendirian, muncul orang asing yang mengatakan kakaknya mengalami kecelakaan, ada pria berbadan kekar yang menungguinya dengan tatapan tajam.
Oreo kembali memutar otak, mencari jalan pintas tercepat untuk melarikan diri. Tetapi kalau dirinya melarikan diri, sama saja kan, Oreo tidak tahu dimana Goriorio diletakkan. Belum lagi pria berbadan kekar itu, pasti dalam sekali tangkap, Oreo langsung ditemukan.
Lima menit
Sepuluh menit
Dua puluh menit berlalu. Oreo menyerah, otak udangnya tidak mau diajak kerja sama.
Brakkk
Pintu kamar mandi tiba-tiba lepas dari engselnya. Pria berbadan kekar tadi muncul dengan raut wajah datar. "Anda baik-baik saja?"
Babi
Oreo mendorong tiang infusnya. "Iya."
Pria itu, sebut saja John menyingkir dari ambang pintu kamar mandi. Syukurlah tidak terjadi hal-hal buruk pada Oreo.
"Perlu Saya gendong, Tuan?" Tawar John melihat Oreo kesusahan naik ke atas ranjang. Oreo tentunya memberikan penolakan mentah-mentah, mentang-mentang tubuhnya pendek dikira tidak bisa begitu?
Oreo melompat-lompat, berjinjit saja tidak sampai apalagi melompat. Apakah tubuhnya sependek ini? Salahkan kedua orang tua biadap yang membuangnya. Oreo jadi kekurangan gizi dan sering menderita kelaparan. Dua hal itu pasti mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Oreo tiba-tiba merasakan tubuhnya mengambang. Dalam sekejap Ia duduk di pinggir ranjang menghadap wajah datar John. Pipi gembulnya memerah, sialan.
"Pergi!!!"
"Saya ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi Anda. Saya tidak bisa meninggalkan Anda, Tuan." John kembali berdiri di sudut ruangan, cosplay menjadi patung.
Oreo tidak tahan, Oreo harus mencari Goriorio daripada satu ruangan dengan patung berwajah datar yang kerap kali menjatuhkan harga dirinya sebagai anak laki-laki. Meski umurnya masih empat belas tahun, Oreo bukan anak kecil, ya.
Hupph!
Oreo melompat, sebelum John bergerak cepat menghampirinya lagi, Oreo berlari dengan menggendong tiang infus. Menendang pintu kamar rawatnya dan berlari kesetanan di lorong rumah sakit. Sejauh mungkin dari John.
Saking beringasnya Oreo berlari, tidak sekali dua kali Oreo menabrak pasien atau perawat yang berada di sepanjang lorong. Membuat mereka yang hendak mengumpatinya memekik gemas. Bagaimana tidak, melihat lincahnya Oreo yang berbadan kecil berlari, dengan didukung wajahnya yang tampan menyerempet cantik, pipi tumpah tumpah, membuat mereka hampir salah mengartikannya seperti kurcaci lah atau yang paling parah tuyul.
Oreo yang masih lemas, berusaha memutar otak. Matanya membulat lucu begitu melihat ruangan bertuliskan UGD.
Brukkkk
Lemak di pipinya meluber memenuhi kaca tembus pandang pada pintu UGD. Pusing, sakit, menyatu menjadi kolaborasi yang amat menyakitkan.
"Eh?" Lays tertegun, ponsel yang awalnya menempel di telinga, mengambang di udara. Tubuh pendek dengan rambut merah yang mengganggu kehidupannya dari kemarin.
Urat leher Lays menonjol, dengan langkah lebar, Lays menarik punggung sempit yang terbalut baju rumah sakit. "Apa yang kau lakukan disini?!"
Oreo memegang dahi sempitnya yang memar. Pupil mata Oreo membesar. "Layes?"
Lays terdiam melihat bagaimana bibir mungil itu untuk pertama kali menyebut namanya. Suara lembut khas anak-anak, rambut merah dan bola mata biru laut yang amat mirip dengan miliknya. Wajah Oreo juga mirip dengan seseorang, tapi siapa?
Oreo menyentak tangan Lays, saat ia tidak sengaja membentur pintu kaca UGD yang transparan, Oreo sepertinya melihat sesuatu yang mencurigakan. Oreo menempelkan wajah pada kaca, terlihat seseorang terbaring lemah di atas brankar dengan beberapa alat aneh.
Srakk
Tubuh Oreo terseret mundur, kedua tangan mungilnya reflek mencengkram baju pasien bagian leher. "Aaaaa!!!!"
👽
KAMU SEDANG MEMBACA
Oreo Goriorio
Teen FictionBukan jajan lima ratusan, tapi ini tentang sepasang anak kembar yang memiliki nama yang sama dengan nama jajan anak SD. Isinya bukan cerita transmigrasi ataupun translokasi, tetapi mengandung lintas waktu dari masa lalu ke masa depan. Keluarga yang...