Brandon cs

24 4 1
                                    

Oreo menggaruk pipinya yang tidak gatal, Oreo baru sadar jika sempat tertidur dalam posisi duduk. Goriorio masih betah dalam tidur panjangnya. Sejenak, pikiran negatif disertai perasaan yang tidak enak menghantui Oreo.

Ngomong-ngomong Goriorio dipindahkan di ruangan lain.

Oreo melirik layar yang menampilkan garis lurus disertai bunyi memanjang. Kenapa suaranya tidak seperti tadi?

Sekarang suaranya terdengar menyeramkan. Dimana orang yang bernama Lays tadi? Oreo takut dan ingin bertanya tentang sesuatu.

Cklekk

John tiba-tiba masuk, wajahnya yang datar tiba-tiba juga berubah. John sempat terdiam sesaat, sebelum menghampiri Oreo.  "Tuan, Anda tidak ingin kembali ke ruang rawat Anda sendiri?"

Oreo langsung mengalihkan wajahnya, memandangi wajah damai dan pucat Goriorio. Oreo pun dengan hati hati menaiki pinggiran brankar yang lumayan besar itu. Entah kenapa, Oreo ingin memeluk erat Goriorio dengan posisi berbaring.

"Kakak, ayo bangun!" Cicit Oreo lemah. Oreo ingin memeluk Goriorio lebih erat, tapi nanti Goriorio kesakitan.

"Ah ya, sekarang sudah saatnya Anda makan dan minum obat, mari kembali-"

"Om, kok itu suaranya beda dari yang tadi?" Oreo menunjuk monitor yang menampilkan garis lurus. Bola matanya nyaris tidak berkedip, seakan memastikan penglihatannya tidak bermasalah.

John tidak tahu harus menjawab seperti apa, tapi John harus cepat-cepat memanggil dokter atau tuannya. Takut tidak bisa menyelamatkan Goriorio. Tanpa menunggu persetujuan, John menekan tombol emergency dan langsung membawa Oreo keluar. 

Oreo panik, tubuhnya memberontak liar. "Om lepas!! Kenapa bawa Oreo keluar?!"

Di lorong rumah sakit menuju ruang rawat Oreo, mereka berpapasan dengan dokter dan beberapa perawat yang berlari kencang. John langsung menutupi menutupi wajah Oreo saat bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu yang cukup pelan dan cepat.

Setelah berhasil membaringkan Oreo di tempat seharusnya, John langsung berlari keluar dan melakukan panggilan telepon.

**

Asap nikotin berhembus keluar dari celah bibir Lays. Ditemani secangkir kopi hitam yang masih panas, Lays menikmati langit siang hari yang cukup cerah. Biru membentang dengan beberapa gumpalan kapas yang menggantung.

Jangan lupa sinar matahari yang menyengat, seakan langsung memanggangnya dari atas kepala.

Cukup aneh berleha-leha di siang hari, tapi apa boleh buat. Kesibukannya terlalu banyak hingga baru bisa berleha-leha sekarang.

"Brandon!!" Teriak Lays tiba-tiba.

Sosok pria berbadan kekar dengan luka bakar di wajahnya datang. "Saya datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

Lays menunjuk kursi kosong di sebelahnya. "Duduklah!"

Brandon tetap diam di tempat, duduk satu meja dengan majikannya adalah sebuah pantangan. Meskipun Brandon adalah pengawal bayangan, seorang bawahan harus menyadari batasan dan dimana tempatnya berada.

"Brandon, kau tidak dengar? Duduklah!" Suara Lays meninggi.

Brandon menundukkan punggungnya. "Maaf, tapi Saya tidak bisa Tuan. Saya adalah seseorang bawahan, tidak akan pantas jika duduk satu meja."

"Turuti Aku atau ku panggang keluargamu di kuali besar?" Ancam Lays serius.

Brandon bergidik ngeri, lantas duduk di kursi yang ditunjukkan untuknya. Tidak enak dan tidak bisa membantah untuk mematuhi aturan sebagai seorang bawahan.

Lays menyesap kopi hitamnya tenang hingga tersisa setengah. "Kau sudah dengar tentang apa yang menimpaku kemarin?"

"Tuan menabrak anak kecil hingga sekarat, apa Anda membutuhkan bantuan saya untuk langsung membawa nyawa anak itu ke neraka?"

Takk

Lays meletakkan cangkir kopinya hingga berbunyi keras. Merasa salah bertanya kepada pengawal bayangannya yang nyatanya seorang mantan pembunuh bayaran. "Mentang-mentang mantan pembunuh bayaran, hanya ada respon seperti itu?"

"Dengarkan, yang ku tabrak adalah anak kecil. Jika itu orang dewasa dan lebih besar umurnya dari anak itu, tentunya aku tidak akan memberi simpati sampai membawanya ke rumah sakit!" Lays menyandarkan punggung.

Brandon tersenyum tipis. "Anda sangat baik, Tuan!"

"Aku memang sangat baik," Lays tertawa kecil.  Sudah menjadi rutinitas bagi Lays bercerita tentang apapun yang di alaminya pada Brandon. Karena Lays sedari kecil di asuh Brandon di tengah-tengah kesibukan Gery yang membangun bisnis raksasanya. Gery tidak pernah ada waktu dengan Lays. Lays menjadi anak nakal dan tidak terkendali, tapi sangat dekat dengan Brandon.

Karena kenakalannya yang menjadi-jadi di waktu remaja, Gery yang merasa tersingkir sebagai figur ayah karena seringnya Lays berinteraksi dengan Brandon, Gery memisahkan Lays dan Brandon hingga saat ini. Tetapi mereka hanya bisa bertemu di waktu waktu tertentu.

"Lays, setelah ini apa yang Kau lakukan?" Brandon berubah menjadi lebih santai.

"Itu rahasia. Lebih baik kembali ke pembahasan yang tadi. Brandon, dibalik kecelakaan kemarin, ada yang aneh. Anak kecil yang ku tabrak dan adiknya itu mirip dengan seseorang yang ku cari!" Lays mengeluarkan ponselnya dari saku celana, ketika hendak aplikasi galeri, ponselnya berdering dan terdapat sebuah panggilan masuk.

"Tuan, anak kecil yang anda tabrak kemarin, detak jantungnya berhenti!"

Oreo Goriorio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang