"Mana pelayan baru itu?" Tanya Shaka saat menyadari kalau Naraga yang melayaninya.
"Dia sakit. Karena shock." Ucap Naraga dengan nada datarnya.
Mendengar ucapan Naraga, Shaka seketika tertawa. "Jangan salahkan aku. Bukankah ini yang kalian inginkan? Aku hanya mengikuti skenario kalian. Salahkan dia yang tidak bisa diajak kerjasama." Ucap Shaka dengan nada mengejek
"Pelacur sekalipun akan takut jika diperkosa. Apalagi dia yang seorang perawan." Ucap Naraga yang menuntun Shaka menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Shaka tahu Ratih itu perawan. Sialan! Sepanjang malam dia juga tidak bisa tidur karena merasa bersalah pada gadis itu. Tapi jangan menyalahkannya sepenuhnya karena semua itu tidak akan terjadi kalau Ratih tidak bekerja dengannya. Gadis itu akan baik-baik saja jika dia tidak menerima pekerjaan dari Naraga dan Lasma.
Ya, tapi Shaka juga tidak bisa menyalahkan Ratih. Gadis itu membutuhkan uang dan bekerja adalah hal yang paling tepat untuk mendapatkannya. Sayangnya, Ratih yang polos sama sekali tidak menyadari kalau dia dimanfaatkan dan malah masuk ke dalam jebakan.
Lalu setelah ini apa? Apa Shaka akan menjadi malaikat dan membebaskan gadis itu dari kontrak mereka secara sepihak. Atau dia justru akan menjadi setan yang memilih untuk memanfaatkan Ratih dan mengikuti permainan yang kakeknya rancang?
Entahlah, Shaka belum membuat keputusan. Ia akan mencari tahu nanti apakah dia akan mengikuti kata hati, pikiran atau nafsunya.
Shaka mandi, mengganti pakaiannya dan kemudian sarapan di halaman belakang villa yang berudara sejuk. Kehadiran Naraga di sampingnya terasa biasa saja. Shaka juga tidak menuntut Ratih untuk ada disana karena dia memang tidak memerlukannya. Shaka pindah ke tempat ini untuk menenangkan pikiran, namun keberadaan Ratih malah memberikannya beban tambahan. Alih-alih menyembuhkan insomnia, kondisi Shaka malah bertambah parah.
Ponsel pintarnya berdering dengan menyebutkan nama si pemanggil. Shaka tersenyum dan meraihnya, menggeser layar yang ia tahu merupakan tombol penerima dan seketika suara ceria seorang anak perempuan memenuhi pendengarannya.
"Papa, aku ke rumahmu tapi kamu tidak ada disana." Keluh gadis yang sebentar lagi akan menginjak usia lima tahun itu dengan suara cempreng khasnya.
"Ya, aku sedang pergi keluar kota." Jawab Shaka dengan dahi mengernyit. Dia jelas sudah menginformasikan kepergiannya pada sang mantan istri supaya pesan itu disampaikan pada putri mereka, tapi sepertinya mantan istrinya tidak mengatakan itu pada sang putri.
"Kenapa Papa tidak mengajakku. Aku kangen Papa." Ucap gadis kecil itu merajuk. "Kapan Papa akan pulang?" Tanyanya manja.
Shaka terdiam. Dia yakin Naraga mendengarkan perbincangan mereka namun pria itu tidak membantunya memberikan jawaban. Shaka sendiri sebenarnya belum memutuskan kapan ia akan kembali ke kota karena sejujurnya, ketenangan tempat ini sedikit membuatnya merasa nyaman. Kecuali satu hal, keberadaan Ratih.
"Aku belum tahu kapan akan pulang." Jawab Shaka jujur
"Terus, kangennya Naya sama Papa gimana?" Rengek gadis kecil itu seperti hampir menangis. "Mama..."
"Kenapa dengan Mama?"
"Dia pergi bersama teman-temannya. Mama tidak membawakh. Aku sendirian di rumah, Papa..." akhirnya tangis gadis kecil itu pecah dan itu membuat Shaka merasa kesal. Jika saja Neylan—mantan istrinya—ada di depannya, Shaka pasti akan memarahi wanita itu karena sudah menelantarkan Shanaya.
Bukankah alasan hak asuh Shanaya diambil oleh wanita itu karena dia merasa Shaka tidak akan mampu mengurus Shanaya karena kebutaannya? Tapi kenapa justru wanita itu sendiri yang menelantarkan anak mereka dan bahkan merusak mentalnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...