Prolog

1.4K 25 0
                                    


"Jadi begitu. Lalu bagaimana dengan SSaem*?"

"Apa? Aku? Kenapa tiba-tiba..."

"Ya gak papa. Mengingat kau sudah bertemu banyak wanita... Penisnya Ssaem pasti cukup besar. Kan?"

"Uh? Well... Be- benar."

Suara tegukan saliva kering menggema keras di ruang yang sunyi. Ini, well, tidak ada apa-apanya dibanding kebohongan yang dia katakan. Apa ini karena pertanyaan yang tiba-tiba ditanyakan padanya di waktu yang tak terduga sama sekali? Sesaat, tenggorokannya terbakar.

Eunchan menurunkan tatapan matanya dalam malu. Deskripsi dari genitalia perempuan, reaksi wanita pada sentuhan, dan bahkan area sasaran untuk mencapai orgasm. Meskipun dia acuh tak acuh berbicara tentang hal-hal lebih jelas dibanding ukuran dari genitalia.

"Aku iri."

"Well, a- apa yang perlu diirikan. Kalau kau masuk kampus, wanita akan mengantri. Jadi kau hanya harus belajar dengan keras."

"Bagaimana kau bisa menjamin itu?"

"Well..."

Karena kau tampan, tinggi, dan punya banyak uang. Apa anak ini bertanya karena dia tidak tahu? Eunchan, yang punya perasaan rendah diri, mengalihkan pandangannya dari meja dan menatap Lee Yedam.

"Uh..."

Omong-omong... Ada yang tidak beres. Ketika dia menatapnya seperti ini, Lee Yedam yang dia tahu akan selalu diam-diam tersenyum dan mengganti topik. Tapi...

Selain tatapan yang selalu dia rasakan, tatapan Lee Yedam juga tidak familiar. Suasana santai yang selalu dia miliki hilang, dan rasanya dia akan segera menyantap mangsanya yang ada tepat didepannya, dan hanya monster dengan mata bersinarnya terlihat disana.

Malu oleh perubahan yang tiba-tiba, Eunchan mendorong kakinya ke lantai dan memperlebar jarak antara dirinya dan Lee Yedam. Perlahan, roda kursi berputar lembut, dan dalam sekejap, mereka menyentuh ujung meja.

Ujung bibir Lee Yedam, melihat itu, sedikit naik. Bagaimanapun, itu adalah senyum indah yang patut dikagumi.

"Mau kemana? Aku jadi penasaran."

"Uh?"

"Karena kita membicarakan penis dan kau menjauh..."

Tangan berototnya mempersempit jarak dan mendekatinya saat itu juga. Bayangan besar menutupi mata Eunchan, diikuti dengan bunyi klik dan suara resleting celananya yang dibuka. Sedangkan Eunchan, yang tidak menyadari apa yang terjadi padanya, menggumam 'uhh', seketika, celananya turun ke panggul.

"Yedam... Ah!"

"Aku jadi ingin memastikan."

Jari panjangnya mencengkeram cawat abu-abu tanpa ragu. Oh, uh huh! Eunchan kaget dan memutar tubuhnya, kemudian Yedam membungkus garis bentuk batang Eunchan dengan tangannya dan mengusap area sensitif itu dengan lembut.

"Ha... eugh..."

Penis kendur yang tidak pernah menerima simulasi apapun sebelumnya mulai berubah bentuk selagi Yedam memijatnya. Mata Eunchan tertutup rapat sedikit sensasi, dan bulu mata lebatnya bergetar.

"Heu, hey! Lee Yedam. Apa kau gila?"

"Hm. Ukurannya cukup imut dari yang aku kira?"

Yedam bersikap tenang meskipun dia mengatakan sesuatu yang dianggap mengejek orang lain. Seperti mejawab pertanyaan matematika.

"Heuu... ah..."

Bahkan dia melontarkan komentar cuek tentang genital, yang bisa disebut sebagai kebanggaan pria. Karena sikap tenang Lee Yedam, Eunchan tidak mengerti maksud kata-kata yang keluar dari bibirnya. Dia hanya terhanyut oleh tangan yang menindas genitalianya, dan dia hanya mengeluarkan sebuah suara tanpa daya.

Les Privat「BL」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang