Chapter 2

609 22 0
                                    

"Ssaem, masuklah. Waktunya agak tidak tepat, tapi apa kau sudah makan?"

"Mhm. Annyeong? Aku sudah makan."

Kesibukan ujian dan tugas, serta persiapan bimbingan belajar Lee Yedam dilimpahkan ke Eunchan. Bertentangan dengan perkataannya, setelah meninggalkan rumah di pagi hari, satu-satunya hal yang dia masukkan ke tenggorokannya adalah kimbap segitiga dari toko serba ada. Namun, Eunchan tahu betul bahwa dia tidak perlu jujur.

Yedam, yang telah turun ke lantai pertama terlebih dahulu, menganggukkan kepalanya dengan ringan dan bergerak menuju dapur. Tak lama kemudian, terdengar suara teredam yang mengatakan "Makanannya sudah siap."

Tak lama kemudian, Yedam muncul dengan nampan kayu berisi buah yang terpotong rapi dan air soda. Otot-otot halus yang menonjol di lengan bawah yang menopang nampan menarik perhatian Eunchan.

Itu adalah tubuh yang membuat iri Eunchan, yang sadar akan dagingnya yang lembut karena ototnya tidak mudah terbentuk. Apa dia olahraga bahkan saat mengikuti ujian... Eunchan melirik ke samping, diam-diam menatap lengan Yedam dan lengannya sendiri. Ketika dia terlambat mengangkat pandangannya dalam keheningan yang aneh, dia langsung menatap mata Lee Yedam, yang tersenyum dengan tenang.

"Kita pergi sekarang?"

"Uh? Ayo-!"

Dia menarik napas tajam karena malu.

Kunjungan kedua. Jalan menuju ruang belajar masih seperti labirin, dan ketika mereka mencapai tujuan mereka lewat jalan atau koridor rumit, situasi memusingkan dari hari pertama terlintas dalam pikiran dengan jelas. Suatu hal bagus karena Lee Yedam tidak sadar, jadi untung saja ini hanya kelas les percobaan, dia hampir tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.

Aku harus mengajar dengan baik hari ini. Eunchan bersumpah pada dirinya sendiri dan meletakkan tas punggungnya di ujung mejanya. Dikarenakan cuaca yang panas, terdapat bekas keringat yang tipis pada punggung Eunchan.

"Apa kau merasa panas? Haruskah aku mengatur suhu AC?"

Lee Yedam bertanya, sepertinya tidak tahu bagaimana cuaca di luar seolah dia seharian berada dalam rumah. Tidak ada setetes keringat pun di kulitnya, ditambah aroma tubuh yang menyegarkan.

"Tidak. Tidak ada masalah di dalam rumah, tapi di luar agak sedikit panas. Apa kau mencium bau keringat? Aku minta maaf."

Mendengar kata itu, Yedam mendekat dan membenamkan wajahnya di leher Eunchan. Nafas hangat, kontras dengan udara sejuk dan kabur, membasahi kulit Eunchan. Saat dia menarik dan menghembuskan napas perlahan, mulutnya terasa kering. Eunchan bergidik dan menenangkan bulu kuduknya.

"Aku tidak mencium keringat."

"Baguslah... Aku akan lebih berhati-hati di masa depan."

Eunchan, yang menjauh dari Yedam, membuka ranselnya, dan segala macam buku dan kertas tumpah ke meja. Saat sebuah buku tebal jatuh menimpa laptop hitam yang diiklankan sebagai terbaru di berbagai media, Eunchan meminta maaf dan perlahan mendorong laptop tersebut ke arah Lee Yedam.

Eunchan mulai mengambil berkas terorganisasi yang telah dia siapkan sepanjang malam di antara tumpukan kertas. Seringkali, ada terlalu banyak pertanyaan untuk dipilih, sehingga urutannya tercampur, tetapi setiap kali itu terjadi, Lee Yedam tersenyum lembut dan menunggunya, dengan bingung, berkata, "Tidak apa-apa."

Serangkaian gerakan diiringi dengan senyuman lembut sepanjang kelas les. Dilihat dari banyaknya pengalaman les, jelas sesi les ini akan membuatnya nyaman baik lahir maupun batin. Berbeda dengan tangannya yang sibuk, hati Eunchan menjadi tenang.

Seperti yang diharapkan, kelas keduanya berjalan dengan baik. Dia tidak berusaha keras untuk melakukannya, dan ketika dia dibayar dua kali upah per jamnya, dia agak malu karenanya. Lee Yedam pun langsung menerimanya sebagai guru les.

Les Privat「BL」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang