OSIS

8 2 0
                                    

"Tidak usah, tidak usah memakai EO. Kita langsung saja yang melakukannya," tolak bu Yani dan jajaran pembina osis lainnya.

"Angkatan atas kalian saja bisa kok dulu buat event yang gede. Gak ada tuh pakai EO." Pak Pande menambahkan.

"Tapi disini saja kita bisa mendapatkan yang lebih murah bu, pak." Devan yang memberitahu dengan baik.

"135 juta, itu sudah termasuk murah. Kita bisa mendapatkan konsumsi, sound dan perlengkapan lainnya dari sana." Fira menambahkan dengan keuntungan yang didapatkan saat memakai EO.

"Mar, kayanya ga bisa deh," ucap Zoya yang mulai sadar dengan keadaan di ruangan.

Marta mendesah pelan dan berucap, "sepertinya sih gitu."

"Mbak," panggil Fitri yang berada disamping Zoya. Zoya menenangkan dengan mengelus tangan Fitri yang menjabat sebagai bendahara dua di osis, dengan lembut dan berkata, "Tenang yaa, jangan takut."

Ruangan rapat sedang panas-panasnya, perdebatan pendapat yang berbeda dari osis dan pihak guru. Ahh ... lebih tepatnya dari pihak pembina osis. Banyak anak osis yang berdecak sebal. Hari ini adalah rapat dari pembina osis dan osis yang menjadi koordinator pada setiap bidang. Kebanyakan yang datang hanya kelas 12 dan beberapa kelas 11 yang memang dipercaya. Bukan tanpa alasan Zoya dan yang lain melakukan hal itu.

Karena sudah banyak dari osis kelas 12 yang namanya tercemar karena terlalu memberontak. Bahkan namanya sampai disebutkan oleh salah satu guru saat upacara. Padahal itu sudah berada pada ranah yang sangat private antara anak osis dan beliau.

"Tidak usah, kita rancang sedemikian rupa. Pasti kalau kita rancang pasti lebih murah dari kita memakai EO," tegas bu Yani.

Anak osis hanya bisa pasrah, mereka sudah mengusahakan hal itu agar lebih murah. Tetapi kalau dari dari pembina saja sudah final mau gimana lagi. Mereka tidak yakin kalau jika hanya mengandalkan manajemen dari sekolah. Pasti ada hal yang kiranya tidak mendesak tetapi menggunakan dana yang seharusnya bisa digunakan untuk hal penting.

Rapat pada hari itu selesai dengan keputusan yang sangat mengecewakan untuk anak osis. Benar-benar sangat mengecewakan. Setelah rapat selesai. Anak osis langsung berjalan ke ruos dengan wajah yang sangat muram. Mereka hanya duduk terdiam sambil melamun.

Diantara mereka tidak ada yang berani berbicara. Energinya sudah habis saat rapat tadi. Bahkan Zoya yang biasanya banyak omong, hari ini seperti malas untuk mengeluarkan obrolan.

Devan yang sebagai ketua pelaksana saja wajahnya pucat pasi mendengar keputusan tadi. Tidak hanya Devan, tetapi semua yang ada di dalam ruang osis.

"Jadi sekarang kita gimana?" tanya Dania membuka suara.

Devan sebagai ketupel (Ketua Pelaksana) menjawab, "Kita atur semua sendiri mau ga mau."

"Waktu tinggal 2 setengah bulan lagi, jadi kita harus siapin semua dengan baik. Buat proposal sudah semua kan mar?" sambung Dirga sang ketua osis untuk menghandle semuanya.

Marta mengangguk, "sudah ada."

"Okeyy."

"Kalau nanti butuh uang, bilang aku ya. Nanti pasti ku kasih." Dania memberitahukan kepada semua.

"Kalau anak konsumsi butuh buat beli makan atau minum bilang, biar nanti ku kasih uang buat beli konsum."

Zoyaa menjawab, "Iya Dan, nanti aku bilang. Ehh iya, galonnya habis."

"Iya galonya habisa dan," sambung Aslan yang berada di samping galon.

"Okey, nanti uangnya ya buat beli galon."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang