Kuat

15 5 9
                                    

Cewek itu tersenyum saat melihat ada yang menyukainya. Dia Zaleeka Zoya Albirru, orang sekitar selalu memanggilnya Zoya atau Zya. Cewek itu sekarang sedang berjalan menuju ruang osis. Anak osis sering menyingkatnya RuOs atau Ruang Osis.

"Assalamualaikum gaesss." Zoya langsung masuk dan duduk didekat Marta— salah satu teman osis yang menjadi sekretaris.

"Waalaikumsalam," jawab mereka. Didalam ruang osis terdapat Dirga—ketua osis SMA Kartini; Devandra, dan Aslan teman satu kelas Zoya; Dania teman satu kelas Marta; dan juga Fira serta Yaya.

"Wahhh tobat tul?" celetuk Dirga.

Fira yang berada di belakang Dirga langsung saja menoyor, "Tolol."

"Lo ini Dir, biarin dia tobat. mungkin aja Zoya lagi dapat hidayah dari tuhan," ujar Devandra diselingi tawa dari teman-teman yang lain.

"Iya, kan kemarin aabis galau tuh anak," sambar Aslan sambil tertawa.

"Halah beda kecamatan aja digalauin," canda Yaya. Semuanya tertawa dengan candaan Yaya.

Zoya ikut tertawa. mau mengelak juga percuma, itu kenyataannya. "Iya deh yang masih satu sekolah."

"Hhhh udah sekarang dah waktunya masuk, masuk yok," ajak Ferda.

"Aishh ... waktunya mami Yani males gua." Fira Kesal ketika mengingat waktunya Mami Yani.

Bu Yani, atau yang kerap dipanggil Mami Yani oleh satu sekolah. Karena sikapnya yang bisa dibilang sedikit arogan dan suka sekali memarahi murid-murid. Apalagi beliau itu adalah WaKa Kesiswaan di SMA Kartini.

"Hahaha ... untung aja guru bahasa Indonesia gua bukan tuh orang," ujar Arka diangguki setuju oleh Zoya, Devandra, Marta dan Dania.

• • •

Jam pelajaran sudah dimulai Sedari tadi. Zoya hanya menatap pak Pande dengan malas. Pelajaran PPKN yang menurutnya seru kini menjadi suram karena tau siapa yang mengajarnya. Dan beberapa penjelasannya ini tadi seperti menyindir dirinya dan kedua temannya.

"Jadi kita harus bisa lapang Dada dengan apa yang sudah disampaikan oleh orang lain," jelas pak Pande.

Zoya hanya tersenyum tipis sambil melihat Devandra dan Aslan. Mereka berdua juga melirik Zoya. Pikiran mereka tertuju dengan kejadian dua hari yang lalu.

"Ni orang nggak ngaca apa sih?" batin Zoya kesal.

Teman-temannya mendengarkan dengan malas. Ada beberapa juga yang mendengarkan dengan seksama.

"kapan ni orang selesai sih? bosen gua lihatnya." Zoya yang membatin karena benar-benar kesal.

Apa yang dijelaskan Pak Pande sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan. Benar-benar memuakkan.

• • •

"Huh ... benar-benar memuakkan," gerutu Zoya yang baru saja masuk ke dalam ruang osis. Tak berselang lama, Devandra dan Aslan menyusul.

"Anjir gila tuh orang banyak omongannya doang." Aslan mengomel dengan kesal.

Devan hanya terkekeh, kedua temannya ini sangat kesal dengan pak Pande yang sangat banyak omong. Tapi tak pernah kerja dengan benar.

"Kenapa tuh dua orang?'' tanya Marta yang baru saja datang dengan Dania di sampingnya. Beberapa menit kemudian Fidelia, Yura dan Dirga datang dengan makanan di tangan mereka.

"Biasa, si Pande nyindir kita gara-gara event ini," jawab Devan.

"Wah kalian ternyata kena juga nihh?" Dirga bertanya.

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang