Kira tidak tahu apa yang terjadi pada keluarganya, mereka terlihat aneh hari ini. Setiap kali Kira mengajak mengobrol atau bertanya sesuatu pada mereka, mereka seolah menghindarinya, bahkan kakaknya dengan terang-terangan menjauh darinya.
Kira menatap papa dan kakaknya pergi menggunakan mobil, seharusnya dia juga ikut dengan mereka karena harus sekolah, tapi papanya pergi begitu saja tanpa mengajaknya.
Ada apa sebenarnya?
Kenapa mereka seolah menjauh darinya?
Kira berbalik untuk mengambil tas di atas meja makan. Jika papa dan kakaknya tidak lagi peduli padanya, maka baiklah. Kira akan pergi sendiri ke sekolah dengan menggunakan Uber.
Tidak melihat mamanya di area dapur, Kira keluar tanpa berpamitan pada sang mama lebih dulu. Dia menunggu uber datang ke depan rumahnya sembari bermain ponsel.
Ketika sebuah mobil berhenti di dekatnya dan sang driver bertanya namanya, Kira mengangguk bahwa dialah yang memesan uber. Lalu dirinya masuk ke kursi belakang.
Dalam perjalanan, pikirannya masih terisi tentang keanehan keluarganya. Kenapa kakak, mama dan papanya seolah menjauh? Mereka melihat Kira seperti sebuah ancaman. Ketika di tanya, kompak mereka bertiga menggeleng.
Kira menghembuskan nafas, dia turun saat mobil berhenti di depan gerbang sekolahnya. Berjalan dengan menenteng tas gendongnya, Kira merasa seluruh orang memperhatikannya.
Kepala Kira mendongak untuk memastikan, dan ketika itu juga dia melihat kepala murid lain berputar seolah menghindari tatapannya. Ada apa? Kira bertanya dalam hati.
Berjalan untuk memasuki kelasnya, di jalan dia melihat dua temannya yang sedang duduk bermain ponsel di bawah pohon. Mereka tampaknya tidak sadar jika dirinya berjalan mendekat. Dan kedua baru mendongak saat Kira telah sampai di depan mereka.
Kira tersenyum menyapa sahabatnya, tapi apa yang dia dapat justru membuat terkejut. Mereka memasang wajah dingin dan pergi menjauhinya.
Kira tentu mengejar sambil memanggil nama keduanya. "Cessi, Tina! Kenapa lu berdua ngejauh begitu?"
Kira berjalan cepat untuk menyusul, dia berhasil menangkap lengan Tina dan membuat gadis itu berbalik menatapnya. "Kenapa lu berdua ngejauh?"
Tina menarik lengannya, berusaha lepas dari genggaman Kira yang terkesan mencengkram. "Lepasin, Ra. Gue gak mau temenan sama lu lagi."
Alis Kira bertaut, dahinya berkerut, ada mimik tak senang ketika sang sahabat mengatakan itu. "Kenapa? Kasih tau alasannya. Apa gue punya salah sama lu atau gimana?" ada geraman dari kalimat yang Kira ucapkan. Matanya memicing tajam yang justru membuat Tina gencar melepaskan tangannya dsri cengkraman Kira.
Dua temannya saling berpegang tangan, apalagi. Seakan-akan mereka akan dipisahkan, wajah dan ekspresi mereka terlihat seperti orang ketakutan.
"Kit-kita gak mau nasib kita berakhir tragis kalo terus sama lu." Kira menatap Cessi, alisnya menukik dengan mata melotot. Cessi menunduk dan mengigit bibirnya, kedua tangannya bergetar.
Tina dan Cessi saling melirik, keduanya seolah bicara lewat tatapan mata. Tina menelan ludah, "lepasin tangan gue dulu."
Kira yang tidak sadar mencengkram tangan Tina segera melepaskan tangan gadis itu. Perasaan salah langsung menyelimuti, tapi bukan itu yang terpenting. Dia sangat ingin tahu tentang mengapa mereka berdua bahkan bahkan semua orang aneh hari ini.
"Gue sama Tina dapet mimpi yang memperlihatkan akhir kita berdua kalo terus jadi temen lu. Kita bakal sama-sama mati kalo kita temenan sama lu."
Mendengar alasan yang tidak masuk akal itu Kira tertawa, menganggap keduanya sedang bercanda. Namun, ketika melihat wajah keduanya ketakutan Kira benar-benar tidak menyangka dengan keduanya. Mengapa begitu mudahnya memutuskan pertemanan mereka hanya gara-gara mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis yang malang
Short StoryDi cerita lain, antagonis-lah yang di beri penglihatan jika hidupnya akan berakhir tragis. Namun, berbeda dengan kisah Kira. Semua orang justru menjauhi bahkan membencinya hanya karena sebuah ramalan mimpi. Perasaan kesepian seketika hadir dalam di...