02 semua menjauh

6 3 2
                                    

Entah sudah berapa lama Kira berada di tempat terbengkalai itu, yang pasti dirinya sudah lelah. Pergi dari sana, Kira tidak ada niatan sama sekali kembali ke kelas. Dia tidak mau bertemu teman kelasnya, tidak mau di olok-olok lagi dan tidak mau di jadikan bahan bulian mereka.

Kira pergi ke belakang sekolah, untungnya di belakang sekolah tidak ada murid lain yang sedang bolos. Dia bisa leluasa mengambil tempat yang biasanya di jadikan markas murid yang suka membolos.

Kira merogoh kantungnya, dia melihat jam di layar ponsel. Sudah jam sembilan, pantas saja perut Kira mulai terasa perih.

"Sialan! Sebenarnya mimpi apa yang mereka bicarain."

Kira harus tahu tentang mimpi yang membuat mereka menjauhinya bahkan keluarganya sendiri. Dia tidak mau terus di jauhi orang.

Mencari nomor mamanya, Kira menelpon wanita itu. Namun, panggilan tidak kunjung di jawab sampai tiga kali dan untuk ke empat kalinya, sang mama mengangkat panggilannya.

"Halo."

"Maaf, Ra. Mama di toilet tadi, makanya lama ngangkat telepon. Ada apa?"

"Ma, jujur sama aku. Apa mama dapat mimpi itu juga?"

"Maksud kamu?" Nada bicara sang mama terdengar bingung.

"Mimpi yang isinya tentang aku, tentang aku yang ngebuat mereka celaka, tentang aku yang jahat." Ada nada kesal di setiap kata yang Kira ucapkan. Dia bahkan mencengkram ponselnya sendiri.

"Kalo untuk itu, sebaiknya kita gak bicara di telepon. Nanti kalo papa dan kakak kamu udah pulang, kita bicara bareng."

Telepon langsung di tutup oleh sang mama, Kira berdecak kesal, hampir saja melempar ponselnya. Dia bangkit dari tempatnya duduk, memilih membolos sekolah hari ini.

Kira memanjat tembok dengan susah payah. Sambil berjalan cepat, Kira memesan ojol untuk mengantarnya pergi dari area sekolah. Dia tidak tahan lagi, dia harus menemui mama dan papanya sekarang.

Sampai di rumah, Kira tidak mempedulikan si pembantu yang terkejut melihatnya karena pulang lebih cepat. Dia berjalan menaiki tangga untuk ke kamar orang tuannya, menemukan sang mama, wanita itu terperanjat karena ulahnya tiba-tiba membuka pintu.

"Kira."

"Kenapa kamu udah pulang?" Sang mama, Rea berdiri dari kasur. Melihat Kira dengan rasa terkejut, apalagi melihat wajah gadis itu yang memerah dan matanya sembab.

"Aku udah telpon papa dan kakak , bentar lagi mereka pulang. Sekarang aku gak mau nunda-nunda lagi dan ceritain semuanya tentang mimpi itu." Masih ada amarah dalam diri Kira yang membuat gadis itu terlihat seperti orang yang hendak menerkam sang mama.

Melihat putrinya seperti itu, Rea merasa takut sendirian. Tatapan tajam dari Kira yang tidak pernah dia lihat sebelumnya membuatnya menelan ludah tanpa sadar, tanpa di minta bayangan mimpi-mimpi itu terlintas di kepalanya.

Mimpi yang memperlihatkan Kira seperti monster. Gadis bengis yang tega melukai keluarganya sendiri.

"Kita pergi ke ruang tamu."   Rea berjalan mendahului Kira, setitik rasa cemas dia rasakan pada Kira.

Tak lama, setelah mereka duduk di sofa ruang tamu. Dio dan Faya datang bersamaan, mereka terlihat tergesa saat memasuki rumah lalu menghampiri Rea yang duduk di sofa terpisah dengan Kira.

Melihat tingkah keluarganya yang seperti itu, Kira tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Rahangnya mengeras saat sang papa bertanya keadaan mamanya. Seolah pertanyaan itu mengartikan dirinya telah melukai sang mama.

Antagonis yang malangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang