Bab 2

218 19 0
                                    


Kaizo mengembangkan senyumnya setiap kali tawa kecil Fang keluar. Suara tawanya memang terdengar seperti dentingan lonceng bagi Kaizo, tidak pernah dalam 10 tahun ini tawa itu tidak mengundang senyum ke wajah dinginnya.

Fang tertawa melihat animasi Bisney kesukaannya. Animasi itu tentang robot yang tertinggal sendirian di bumi sedangkan para manusia dan robot lainnya melakukan perjalanan ke ruang angkasa. Kesendirian robot itu menemukan akhir saat sebuah robot lain diturunkan ke bumi, hari-hari di mana si robot kesepian mencoba meminta perhatian dari si robot pendatang selalu menjadi bagian kesukaan Fang.

Kaizo menarik Fang mendekat, mendekap anak itu lebih erat lagi, punggung Fang yang bersandar pada dadanya terasa hangat, sangat membawa ketenangan di hari yang dingin. Hari minggu ini tidak secerah hari-hari sebelumnya. Di luar hujan deras, guntur berteriak di langit hingga menggetarkan bumi, dan angin berhembus seperti lolongan srigala. Biasanya Kaizo akan mengajak Fang keluar di hari minggu, entah itu hanya bersepeda santai, pergi ke toko buku atau hanya makan es krim santai di taman, sayangnya hari ini mereka menghabiskan waktu sejak pagi hari hingga siang dengan menonton film dan bermain di ruang tamu.

Mereka duduk di karpet ruang tamu, dengan dua gelas milk tea dan roti isi seadanya. Hanya dua menu itu yang menemani sarapan dan makan siang mereka hari ini. Kaizo lupa menstock makanan instant untuk bulan ini, dan selain makanan instant itu, Kaizo tidak tahu bagaimana menciptakan makanan yang bisa di makan dengan memotong-motong sayur dan menenggelamkan rempah bersama bubuk-bubuk ajaib ke dalam panci.

Kaizo pernah meminta Taufan untuk mengajarinya cara memasak. Namun hasilnya nihil, bukannya berhasil dia justru nyaris meledakkan dapur.

Itu menjadi kekalahan yang paling memalukan dalam hidupnya. Tawa Halilintar menjadi background sound untuk moment kekalahan itu, jika saja Gempa tidak menenangkannya, Kaizo sudah pasti menjejalkan panci itu kedalam mulut Halilintar.

"Masih hujan ya?" tanya Fang mengambil gelas berisi milk tea hangatnya, menyesapnya perlahan.

Dari jendela ruang tamu, hujan terlihat sedikit reda, Fang sebetulnya ingin bersepeda hari ini tapi cuaca sedang tidak memungkinkan "Masih, tapi sudah sedikit reda"

"Makan apa ya nanti malam?"

Kaizo menyandarkan kepalanya pada puncak kepala Fang "Apa ya?"

Sebenarnya selain hujan yang mengguyur dan kosongnya stock makanan instant mereka, alasan utama kenapa hanya roti isi tuna kaleng yang menjadi menu satu-satunya mereka hari ini adalah baik keduanya tidak dapat menentukan ingin makan apa. Hujan tidak pernah jadi masalah, mereka bisa melakukan delivery order dan selalu ada mobil yang terparkir di garasi. Keduanya hanya bingung memutuskan ingin makan apa.

"Fang mau makan apa?"

"Fang mau..." ucapnya pelan, agak ragu "U...udang?"

Alarm di kepala Kaizo menyala. Dikarenakan kebiasaannya menghindari seafood, Kaizo merasa Fang harus menghindarinya juga, Kaizo merasa Fang adalah bagian dari dirinya, terkadang kepalanya tidak sadar berpikir bahwa Fang juga punya alergi, Kaizo secara tidak sadar melindungi Fang dari yang sebenarnya tidak perlu, dia terkadang benar-benar lupa kalau yang memiliki alergi di sini hanya dia.

Bibir Kaizo yang ingin segera bergerak membentuk kata 'Tidak' tertahan, sudah lama Fang tidak meminta menu itu, dan sah-sah saja karena mereka tidak akan makan di tempat, jadi Kaizo tidak perlu khawatir memilih menu yang tercemar dengan makanan laut. Mereka hanya perlu memesan satu jenis makanan untuk Fang dan akan pergi ke restoran lainnya untuk memesan makanannya, nah sempurna, apa juga yang dikhawatirkannya?

"Tapi abang tidak suka seafood jadi tidak usah deh, kita beli ayam saja untuk nanti." Ucap Fang sebelum Kaizo merespon "Supaya nanti tidak repot pergi ke dua tempat."

Allergy AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang