Tatapan Kaizo berpaling dari buku dongeng yang dibacanya, di sisinya seorang anak laki-laki yang mirip dengannya sudah mengeluarkan dengkuran pelan, tubuhnya meringkuk memeluk boneka, kepalanya yang beberapa saat lalu bersandar di bahu kakaknya sekarang merosot ke bantal.
Perlahan.... dengan sangat perlahan Kaizo mengendap-ngendap turun dari ranjang, memastikan gerakannya tidak akan membangunkan adiknya yang tertidur memeluk boneka harimau. Fang menggeliat sedikit, bibirnya menggumam pelan, walaupun telah tercebur ke alam mimpi, Fang sepertinya dapat merasakan kehangatan kakaknya menjauh.
Kaizo menarik selimut yang hanya menutupi kaki Fang hingga menutup bahu adiknya, memastikan Fang aman dalam kehangatan dan gigitan serangga yang tidak diinginkan.
"Selamat tidur Fang," bisik Kaizo seraya memberikan usapan pelan di kepala adiknya.
Berjinjit menjauh, Kaizo memastikan gerakannya tidak menimbulkan bunyi apapun saat menaruh buku dongeng ke rak buku berisi kumpulan dongeng-dongeng lain, sebelum mematikan lampu, dan berjinjit keluar, dengan sangat perlahan Kaizo menutup pintu kamar Fang dan pergi ke kamarnya sendiri.
Memang sudah menjadi kebiasaan Kaizo untuk menemani Fang hingga anak itu tertidur, dulu saat Fang balita, anak itu tidak akan bisa tidur jika tidak ada yang membacakannnya dongeng atau menyanyikannya lagu pengantar tidur. Sekarang Fang telah tumbuh, anak itu bisa tidur tanpa perlu dibacakan dongeng atau dinyanyikan lagu lagi, namun dikarenakan menemani adiknya tidur sudah menjadi kebiasaan Kaizo, rasanya aneh saat dia membiarkan Fang tidur sendiri, seperti dia tidak tega membiarkan adiknya tidur kesepian.
Walaupun memang akan ada masanya nanti saat Fang pasti lebih memilih untuk tidur sendiri tanpa siapapun yang menunggu di sisinya, namun selama masa itu belum datang, saat Kaizo memang bebas dari tugas-tugas kuliahnya maka dia ingin terus menyanyikan atau membacakan dongeng pengantar tidur untuk adiknya.
Masuk ke kamarnya, tatapan Kaizo segera terarah pada jam di meja belajarnya, jam digital itu menampilkan angka 10 P.M, tanpa buang-buang waktu lagi Kaizo segera mengambil buku note dan pulpen, dia duduk di meja belajarnya dan membuka laptop. Dia melenturkan jemarinya sebelum menekan keyboard laptopnya dengan ganas.
Malam ini adalah malam sabtu, dia menekadkan dirinya untuk lembur di depan laptop malam ini, bukan dikarenakan tugasnya namun untuk tugas rumah Fang. Bukan berarti Fang meminta kakaknya untuk mengerjakan tugas rumahnya, adiknya itu memiliki tugas spesial yang mengharuskannya untuk mengerjakannya bersama dengan keluarga. Dan tugas kali ini bukanlah sesuatu yang dikuasai Kaizo, justru sebaliknya.
Hari ini saat Kaizo pulang setelah seharian di kampus, dia disambut dengan wajah riang adiknya, Fang memang selalu ceria saat menyadari kakaknya sudah kembali dari kampus, hanya saja kali ini seolah terjadi sesuatu yang membuat Fang lebih ceria dari biasanya.
Berbeda dari biasanya, saat Kaizo pulang dari kuliahnya di jumat sore, dia menemukan Fang sedang berada di kamarnya, adiknya tengah memberi landak peliharaannya makan seraya bernyanyi pelan dengan pemutar musik mengiringi nyanyiannya, biasanya Fang akan menyambut Kaizo tepat saat dia mendengar pagar rumah terbuka namun dikarenakan musik yang berputar mungkin adiknya tidak sadar.
"Apa kabar si dua landak kecil hari ini?" Tanya Kaizo seraya masuk ke kamar adiknya, di satu tangannya dia membawa bungkusan untuk menu makan malam mereka.
Menyadari kakaknya pulang, nyanyian Fang berhenti, dia bangkit dan berlari menyambut kakaknya, pelukan singkat dia berikan, sudah menjadi kebiasaan Fang untuk memeluk Kaizo saat kakaknya Kembali dari kuliahnya, tidak kenal keadaan, walaupun terkadang Kaizo datang dalam keadaan berkeringat dan bahkan saat Fang sedang tidak enak badan, pelukan itu selalu menyambut Kaizo.
"Abang sudah pulang, maaf Fang tidak sadar," ucap Fang seraya melepaskan pelukannya.
"Kau terlihat lebih ceria, ada hal bagus terjadi ya?" Tanya Kaizo, tangannya memberikan usapan pelan di puncak kepala Fang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allergy Attack
Short StoryFang kecil ingin kucing, tapi sang kakak tidak mengizinkan, beribu-ribu alasan si kakak keluarkan namun tidak ada satupun alasan yang sesungguhnya keluar