Kaizo berusaha mengacuhkannya, sosok kecil yang mengintip dari bingkai pintu kamarnya sedang merajuk, dia pikir dengan bersikap imut di depannya akan membuat Kaizo luluh dan menuruti apa yang diinginkannya, sayang sekali, untuk kasus yang satu ini, Kaizo tidak dapat menuruti keinginannya.Jari Kaizo menari di atas keyboard laptop, di samping laptopnya, buku kumpulan pasal pidana dan perdata terbuka lebar, dia tengah mengedit proposal tugas kuliahnya, proposal itu berisi kumpulan contoh kasus pidana, dia harus memaparkan pasal apa saja yang menjerat si pelaku, menjelaskan dimana letak kelemahan dari pasal pasal yang mengikat kasus itu, proposal ini bukan hal yang rumit, tapi tatapan dari adiknya yang mengintip dari belakang seperti membuat jarinya terasa berat menekan tombol-tombol keyboardnya.
Sadar dirinya tidak digrubris, adiknya membuka pintu kamar Kaizo, berlari-lari kecil menuju ke meja belajar tempat abangnya berada, jari Kaizo berhenti menari di atas keyboardnya saat sosok kecil bergelayut manja di pangkuannya.
"Abang," panggilnya memelas.
"Ada apa Fang?" Kaizo menunduk menatap anak berumur 10 tahun itu, adik satu-satunya yang memiliki warna rambut dan mata yang persis dengan dirinya, anak itu mengenakan kacamata yang lensanya terlihat agak kotor.
Fang baru pulang bermain di hari sabtu ini, Kaizo mengizinkan Fang bermain setelah makan siang tadi, dia mengizinkan adiknya untuk bermain hingga pukul tiga, setelah itu Fang harus pulang, anak ini selalu menurutinya, buktinya sekarang dia sudah ada di kamar abangnya, dia biasanya pergi bermain dengan si kembar Solar dan Thorn di rumah kakek mereka, si kembar terakhir dari tujuh bersaudara, anak-anak paman Amato yang merupakan teman baik ayah mereka juga.
Kaizo mengenal paman Amato sepanjang hidupnya, pernikahannya bersama dengan istrinya itu subur sekali, dalam tiga kali kehamilan, tiga kali juga anak mereka kembar, bahkan anak pertama, kedua dan ketiganya sesungguhnya adalah kembar tiga. Diikuti dengan anak keempat dan kelima adalah satu set kembar, lalu satu set kembar lagi sebagai anak ke enam dan ke tujuh.
Jari kecil Fang memilin ujung kemeja Kaizo, Kaizo harus menguatkan hati agar tidak mengiyakan permintaan Fang kali ini, adiknya masih merajuk dengan permohonan yang sama selama seminggu penuh ini.
"Tadi Fang main ke rumah Solar dan Thorn," ucapnya.
Nah... kan pikir Kaizo.
"Fang, kita sudah membicarakan ini," balas Kaizo.
Belum menyerah, Fang naik ke pangkuan abangnya. Membuka buku-buku kuliah abangnya.
Kaizo menariknya mendekat, menyandarkan kepalanya di atas kepala Fang. "Benar kau baru bermain di rumah Tok Aba? Kenapa kau bau matahari," tanya Kaizo saat mengendus aroma panas matahari di rambut adiknya yang biasanya beraroma zaitun, bersamaan dengan itu hidung Kaizo seketika gatal ingin bersin.
Fang mengangguk. "Tadi main ke rumah Tok Aba lalu ke taman main lempar tangkap bola dengan Cactus," jawabnya sembari membaca buku yang terlalu sulit baginya. "Abang," panggil Fang manja.
Merasa telah salah mengajukan pertanyaan, Kaizo mengacuhkan panggilan adiknya, dan membelokkan percakapan. "Permisi dulu Fang, abang harus mengerjakan tugas, kau mandi dulu sana, nanti kita pergi beli makan malam."
Fang merengut, masih tidak mau kalah. "Abang tadi Cactus imut banget loh, tadi tangan Fang dijilat-jilat, geli rasanya, lidahnya kayak sikat."
Oh sial, sial, sial, batin Kaizo.
"Fang," ucap Kaizo membalikkan Fang di pangkuannya agar menatapnya. "Abang kira kau sudah paham dengan perkataan abang."
"Kenapa? Kan lucu, Fang juga mau, boleh yaaa, Fang juga mau memelihara kucing," mohonnya, mata Fang membulat, ada sinar keluar dari sana, Kaizo seperti terhipnotis, sayangnya genjutsu dari mata itu berhasil dipatahkan oleh Kaizo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allergy Attack
Short StoryFang kecil ingin kucing, tapi sang kakak tidak mengizinkan, beribu-ribu alasan si kakak keluarkan namun tidak ada satupun alasan yang sesungguhnya keluar