Hari ini adalah hari penghakiman...
Setidaknya itulah yang dirasakan Kaizo di hari minggu yang cerah ini. Saat kembali dari pasar swalayan kemarin mereka sepakat untuk merayakan hari cake sedunia dengan membuat cake setelah sarapan. Fang begitu bersemangat menunggu hari minggu hingga di malam hari dia kesulitan untuk tidur, menghasilkan kedua abang beradik itu tidur larut karena keasikkan bermain dengan landak kecil peliharan Fang.
Tidur larut tidak mengakibatkan Fang bangun siang, saat Kaizo bangun, adiknya sudah sibuk di dapur tengah menyiapkan sarapan hangat.
"Pagi landak kecil," salam Kaizo pada adiknya.
"Pagi juga abang, Fang buat sup wortel untuk abang," balas Fang seraya menarik abangnya duduk ke meja makan.
Saat duduk, Kaizo dapat melihat konter dapur sudah dipenuhi dengan alat dan bahan membuat cake. "Semangat membuat cake?"
Fang tertawa kecil, wajahnya tersipu "Iya, Fang tidak sabar," balasnya seraya duduk di kursinya sendiri.
Sup di depan Kaizo masih mengepul hangat, kuahnya bening dengan potongan daging ayam, jagung dan wortel, aromanya sangat menggugah. Kaizo mencelupkan sendoknya, mengaduk-aduk supnya gugup, dia mulai bertanya-tanya apakah Fang sadar atau tidak kalau abangnya tidak bisa memasak, Kaizo selalu menduga Fang sadar, namun Kaizo sendiri tidak pernah mengatakan langsung pada Fang kalau dia tidak dapat memasak dan dia juga tidak menutupi kekurangannya yang satu itu seperti dia menutupi alerginya.
"Fang."
"Iya?"
Kaizo menarik napas panjang "Begini... abang rasa kau tahu kalau abang tidak terlalu pandai dalam soal masak memasak, bukan berarti abang membencinya, abang mau mencoba, hanya saja... abang tidak dapat menjanjikan hasil cake ini akan sempurna atau mendekati kata sempurna, jika nanti memang semua cake buatan kita gagal, kita beli saja bagaimana?"
Kaizo tidak menyangka dia mengeluarkan tawaran itu, dia sangat khawatir adiknya akan diejek hingga menawarkan untuk membeli cake sebagai pengganti tugas rumah Fang, Kaizo tahu itu artinya menipu, tugas rumah Fang dengan jelas mengatakan untuk membuat sendiri dan bukan membeli, jika mereka membeli cake itu berarti mereka telah mencurangi peraturan, dan hal itu bukan didikkan yang baik untuk adiknya, menawari jalan keluar dengan jalan yang salah.
Di luar dugaan Fang tertawa kecil "Iya Fang tahu soal itu. Tapi Fang tidak peduli, Fang mau mencoba membuat cake itu dengan abang, jika hasilnya memang gagal ya biarkan gagal, Fang tidak merasa ada yang salah dengan membawa cake gagal ke sekolah, kita kan baru belajar," ucapnya "Lagipula Fang sangat menunggu hari ini bukan karena Fang ingin kue yang bagus, Fang hanya senang karena Fang bisa belajar hal baru bersama abang, karena Fang sangat senang menghabiskan waktu dengan abang, kalau soal hasil, Fang tidak peduli, selama bersama abang, Fang senang."
Ada rasa panas menyebar di kedua bola matanya, Kaizo beranjak dari kursinya. Fang terlihat terkejut melihat Kaizo bangkit dari kursi sebelum mencoba sarapannnya dan dia semakin terkejut saat pelukan hangat menyambutnya.
Kaizo sangat bangga pada landak kecilnya.
.
.
.
Keadaan dapur seperti kapal pecah. Mereka menghabiskan sepanjang pagi dengan mencoba membuat dua cake. Kedua abang beradik itu sekarang terduduk di meja makan, minuman coklat dingin tersaji di depan mereka, keduanya menggunakan apron yang dikotori dengan bubuk matcha dan selai blueberry, rambut mereka sedikit memutih dikarenakan tepung terigu.
Dua cake tersaji di depan mereka, satu cake bulat berlumur cream matcha berhias snack kecil dan satu cheesecake dengan saus selai blueberry di atasnya. Kedua cake itu telah dipotong dan masing-masing dari kedua kakak beradik itu mendapat dua potong kue berbeda. Bersamaan keduanya menyendok cake matcha terlebih dahulu, mengunyahnya pelan dan menelannya.
"Agak pahit ya, sepertinya bubuk matchanya kebanyakan," komentar Fang.
"Tidak buruk bagiku, abang suka rasa yang kuat. Teksturnya tidak buruk walaupun cakenya tidak mengembang sempurna," lanjut Kaizo.
"Tapi cream nya manis, dan snacknya enak," tambah Fang.
"Dan yang terpenting cakenya tidak beracun," gumam Kaizo tidak sadar.
Mendengar kakaknya, Fang tertawa. "Kita kan tidak memasukkan racun, kenapa cakenya bisa beracun?"
Wajah Kaizo memanas karena malu. "Hmm? Mungkin saja abang tidak sadar memasukkan hal yang tidak-tidak saat memasak, kan kau tahu abang tidak bisa memasak."
Mereka berpindah ke cheesecake, merasakan cake kedua yang mereka buat setelah cake matcha, saat menyuap, wajah Fang segera berbinar, dan Kaizo segera tahu alasannya.
"Enak," ucap Fang riang.
Kaizo mengangguk menyetujuinya.
"Yang mana ya yang dibawa ke sekolah? Abang suka yang mana?" Tanya Fang.
Kaizo memandang kedua cake di depannya, dia sadar pertanyaan Fang akan sangat menentukan pilihan cake mana yang akan Fang bawa ke sekolah, dari segi penampilan kedua cake di depannya tidak berbeda jauh, sangat standar dan agak berantakan. Namun dari segi rasa, cheesecake sudah jelas menang, walaupun di lidah Kaizo cake matcha juga tidak terlalu buruk, rasa matcha yang kuat pasti akan berlebihan untuk anak seumuran Fang.
Tapi Fang sangat menyukai cheesecake, akan sayang sekali jika cake kesukaan adiknya dibawa ke sekolah walaupun hanya setengah.
"Bawa saja yang rasa matcha, menurut abang rasanya cukup enak," saran Kaizo pada akhirnya, dengan begitu Fang akan membawa cake matcha ke sekolah, di dalam hati dia minta maaf pada teman-teman Fang yang akan menyicipi cake matcha tersebut.
"Baiklah kalau begitu Fang akan membawa cheesecake ke sekolah besok," ucap adiknya.
"Loh kenapa?" Tanya Kaizo heran "Kau kan suka cheesecake, bawa saja yang matcha."
"Tapi abang lebih menikmati cake matcha," balas Fang "Fang tidak mau membawa cake yang disukai abang."
Kaizo terdiam, mulutnya tidak mampu mengeluarkan kata-kata, sudah berapa kali sebenarnya Fang berhasil membuatnya terharu dalam jangka dua hari ini? Walaupun bibirnya tidak mampu berkata-kata, hatinya mengucapkan syukur karena Tuhan menjadikan Fang sebagai adiknya.
"Terima kasih Fang," ucap Kaizo akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allergy Attack
Cerita PendekFang kecil ingin kucing, tapi sang kakak tidak mengizinkan, beribu-ribu alasan si kakak keluarkan namun tidak ada satupun alasan yang sesungguhnya keluar