10. I Feel Bad

210 23 12
                                    

Hinata berlari menuju kamarnya dengan cepat. Apa yang sudah Sasuke lakukan padanya benar-benar keterlaluan. Mereka bahkan bukan dalam hubungan yang bisa dengan bebasnya melakukan itu.

Dia tahu, rencana Kakek untuk~nya dan Sasuke adalah pernikahan. Tapi, bukan berarti pria itu bisa bertindak seenaknya sekarang.

Hinata melempar tas kecilnya ke atas ranjang. Dia mengusuk rambutnya dengan kasar seraya mengusap bibirnya. Ciuman pertamanya telah pria itu rampas.

Gadis itu meringis kesal seraya terus memaki dirinya sendiri.
Apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya jika dia berani melakukan itu secara tiba-tiba sekarang?

°°°

Pagi ini, Hinata telah di sibukkan dengan kegiatannya keluar masuk kamar mandi. Sudah beberapa hari ini Hinata tidak bisa mencerna makanan dengan baik.

Dia berjalan dengan lemas dari kamar mandi di kamarnya. Ini sudah yang kesekian kali dia mengeluarkan semua isi perutnya.

Gadis itu beranjak turun dari kamarnya. Dia harus mengambil obat dan mengobati diri~nya sendiri. Nyonya Mizuke sedang cuti beberapa hari ini. Anak perempuan~nya sedang melahirkan. Hingga dia tidak berada di rumah saat ini.

Hinata tidak memiliki kedekatan dengan pelayan lain. Itu karena semua memperlakukan nya seperti dia seorang putri. Mereka merasa enggan untuk mendekati~nya. Meski Hinata telah berusaha untuk mendekat pada semua yang ada di rumah itu. Termaksud para penjaga dan pelayan.

Keadaan rumah masih begitu sepi dan para pelayan masih sibuk dengan pekerjaan~nya masing-masing.

Hinata hanya berharap dia tidak bertemu dengan Sasuke ketika dia keluar dari kamar. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Setelah kejadian itu, pria itu bahkan tidak meminta maaf atau mengucapkan apapun padanya.
'Pria Sialan!'
Maki~nya dalam hati.

Hinata berjalan tertatih, wajah pucat~nya menunjukan dengan jelas, bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Kakek sedang dalam perjalanan memancing bersama teman-temannya beberapa hari ini. Hingga Hinata yang kesepian benar-benar merasa tertekan.

Gadis itu menahan sakit di perutnya. Dia benar-benar merasa lemas dan pusing sekarang. Dia baru akan mencapai anak tangga paling bawah ketika dia kehilangan keseimbangan kakinya Dan terjatuh. Gadis itu segera berusaha bangkit namun sakit di perutnya memaksanya untuk terus berjongkok.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara berat itu, Hinata mengenalnya. Suara yang terus berputar di kepalanya beberapa hari ini.

Hinata mendongak menatap sumber suara berasal.

Namikaze Naruto di sana, menatap wajah pucatnya seraya menunduk. Wajah pria itu semakin samar dalam pandangan Hinata hingga dia terjatuh tidak sadarkan diri.

°°°

Hinata sedang berbaring dengan nyaman ketika pria itu menyuntikan beberapa obat ke dalam selang infus~nya.

Dia membuka matanya. Ketika dia merasakan dingin mengaliri aliran darahnya.

Pria itu di sana, Naruto tengah merawatnya yang tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri di bawah anak tangga.

Hinata menelan ludah serat. Meski dia merasa sakit di perutnya perlahan mereda. Tapi dia masih merasa begitu lemas sekarang.

"Kau tidak berangkat kerja Tuan Namikaze?" Tanya Hinata dengan suara~nya yang lemah pada pria itu.

"Aku tidak bisa mengabaikan pasien yang sedang sakit." Sahut Naruto datar dengan suara pelan. Sebelum dia kembali menyuntik selang infus Hinata dengan obat yang ada di tangannya.

Gadis itu melirik tiang infus dan peralatan medis standar yang ada di sekitarnya.
"Kau punya semua ini di sini?"

"Ini bukan apa-apa di bandingkan apa yang tersedia di rumah sakit."

Hinata tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi di Yokohama. Suara pria itu selalu menyenangkan untuk dia dengar.
"Bagaimana jika aku tidak bisa sembuh?" Tanya Hinata lagi."Apa kau akan terus merawat ku?"

Naruto menoleh pada Hinata sesaat. Sebelum akhirnya dia menjawab kata-kata yang terlontar dari gadis itu.
"Aku bukan dokter pribadi mu Nona Hyuuga!" Sahut Pria itu datar.

"Tapi kau terlihat seperti dokter sungguhan. Dokter yang begitu perhatian dan sopan." Ucap gadis itu lagi."Setidaknya untuk saat ini." Hinata kembali mengingat perlakuan pria itu dulu, ketika dia memergoki~nya di club dan segala prasangka buruk Naruto tentang~nya setelah kejadian itu.

Hinata menggigit bibirnya gugup, sebelum dia kembali melanjutkan kalimatnya.
"Maaf atas kesalah fahaman sebelumnya! Aku bukan gadis yang seperti itu. Seperti yang kau lihat malam itu! Sungguh! Dan... Kata-kata ku waktu itu mungkin menyakiti mu. Maaf!" Jelas Hinata dengan perasaan bersalah yang tergambar jelas di Wajahnya.

Sebaris senyum terbit di wajah tampan pria itu. Senyum yang tidak pernah Hinata lihat sebelum~nya. Meski hanya sedikit hati~nya yang terbuka. Hinata bersyukur pria itu sudah merubah sikapnya.

Naruto bangkit dan pria itu mengambil Jas di sofa yang sebelumnya pria itu lepas ketika dia merawat Hinata.

"Lupakan lah! Aku sudah melupakannya. Jaga diri mu baik-baik!"Sahut pria itu singkat. Dia melangkahkan kakinya pada pintu keluar.

"Apa kau akan kembali?" Tanya Hinata lagi ketika dia melihat pria itu akan segera pergi.

"Aku akan meminta pelayan merawat mu nanti. Istirahat lah! Jangan pikirkan apapun! Kau mengalami stress belakangan ini. Kau terus merusak lambung mu dengan itu!" Jelas Naruto lagi. Sebelum akhirnya pria itu benar-benar menghilang di balik pintu.

Hinata mendesah lelah. Dia mencoba memejamkan matanya. Dia tidak ingin pria itu pergi. Ada rasa keberatan di hatinya melihat langkah Naruto yang menjauh.

Dia kembali membuka matanya dengan cepat. Setelah dia sadar dengan apa yang baru saja dia pikirkan.
Apa? Apa yang terjadi pada dirinya?

To be continue

June 1st' 22'

Cinderella N' Four Knights[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang