5. Grandpa's Plan

336 32 7
                                    

Hinata sudah merasa lebih baik hari ini. Setelah dia bisa mendengar suara Ayah. Dia merasa mendapatkan lagi kekuatannya. Meski dia berharap bisa segera kembali ke rumah.

Mungkin saja Ayah akan ada di sana. Menunggu~nya setelah mendengar kabar bahwa dia mengalami sebuah kejadian yang membahayakan diri~nya semalam.

Gadis itu hanya berdiri seraya menatap jendela besar dengan kaca bening di kamarnya. Pemandangan hiruk pikuk kota membuatnya tercekat.
Apa semua orang hidup dengan baik? Semua terlihat baik-baik saja! Apa hanya dunia~nya sekarang yang terasa rumit?
Pikir Hinata seraya mendesah lelah. Dia melirik pergelangan tangannya yang sedikit nyeri. Tadi, seorang perawat datang untuk melepas infus di tangannya.

'Kriet!'

Pintu kamar gadis itu terbuka. Hinata menoleh, Menampilkan seorang pria tampan dengan Iris Jade~nya yang terlihat menawan. Pria itu mengenakan setelan santai memasuki kamarnya. Dia membawa sebuket bunga dan beberapa buah di keranjang.

Hinata mengenal Pria ini.
Dia si bungsu. Kazekage Gaara, dapat Hinata prediksi dia adalah anak yang manja dari wajahnya. Meski dia terlihat sedikit lebih ramah dari kakak-kakaknya. Namun, wajahnya yang terlihat santai namun dingin tetap membuat Hinata waspada.

Pria itu memasuki kamar rawat ini tanpa menoleh pada Hinata yang berdiri di sana. Di sebelah ranjangnya.

Gaara menaruh barang-barang yang dia bawa ke atas meja dengan kasar. Dan kemudian pria itu menjatuhkan dirinya ke atas sofa yang ada di belakangnya. Dia menaikkan kedua kakinya dan berselanjar dengan nyaman di sana.

Pria itu merogoh kantung jaketnya dan mengambil ponsel di sana. Memainkan ponselnya dengan acuh tanpa perduli keberadaan Hinata yang kini menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Gadis itu mendecih melihat kelakuan Gaara.
Apa dia makhluk tak kasat mata yang tidak terlihat oleh pria itu?
Lihatlah kelakuannya?

Hinata menggertak gigi-giginya kesal. Setelah pagi ini Putra Uchiha yang membuatnya kesal Setengah mati.
Apa dia akan kembali di repot kan dengan mengurus kelakuan si bungsu di sini? Bukankah dia sedang sakit? Seharusnya orang sakit mendapatkan perlakuan istimewa bukan?

Hinata menghampiri pria yang duduk memenuhi sofa itu. Mengangkat kedua kaki pria itu melalui kain celananya dengan cepat menggunakan dua jarinya dengan cara yang menjijikkan.

"YAA!!!" Pekik pria itu kesal seraya meluruskan kakinya ke lantai. Hinata telah menganggu kesenangannya.

"Jaga sopan santun mu di sini!" Ucap gadis itu santai seraya ikut duduk di sebelah Gaara. Hinata menyilangkan tangan di depan dada dengan tegas. Dia akan mengajari pria ini sopan santun ketika bertamu.

"Rumah sakit ini milik Kakek! Kau tidak berhak mengatur ku." Protes Pria itu tanpa melepaskan pandangan~nya dari ponsel. Mengabaikan wajah Hinata yang kini mendengus.

Hinata melirik sekilas apa yang di lihat pria itu di ponselnya. Dia menaikan kedua bahunya acuh. Pria itu sedang menonton acara pacuan kuda.
'Tidak berguna!'

"Rumah sakit ini punya banyak ruang untuk kau datangi! Kenapa kau mendatangi kamar ku? Kau bisa bertindak sesuka mu di ruangan lain. Tidak di sini! Di kamarku!" Ucap gadis itu tegas.

"Aishh!! Kau berisik sekali." Decak Gaara."... Aku tidak punya pilihan lain. Kakek menutup galeri ku hari ini. Jika aku tidak menuruti keinginannya. Kakek akan menutup galeri ku untuk seminggu kedepan. Jadi! Diamlah!" Jelas Gaara kesal.

Hinata berpikir sejenak. Pria ini benar-benar pria manja yang menyebalkan.
"Umm... Jadi! Kira-kira apa yang bisa aku lakukan agar kakek menutup galeri mu selamanya?" Goda gadis itu seraya berpikir keras.

Cinderella N' Four Knights[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang