"Kamu tahu kita lagi di mana?"
"Halte, kan?"
Canva terkekeh pelan begitu mendengar jawaban Aily yang seratus persen benar. Entah dapat dorongan dari mana, dia tiba-tiba ingin mengajak gadis itu ke tempat di mana mereka bertemu untuk pertama kali. Canva pikir, mereka tidak akan pernah pergi ke sini lagi. Namun, semesta berkata lain. Ternyata, mereka masih diberi kesempatan untuk berbagi cerita di tempat istimewa itu.
"Kalau ternyata kemarin aku benar-benar hilang, kamu bakalan gimana?" Laki-laki itu bertanya lagi. Kali ini, raut wajahnya terlihat lebih serius. Dia ingin sekali tahu jawaban Aily mengenai pertanyaannya ini.
"Aku nggak tahu," jawab Aily. Ada senyum hambar yang terukir di bibir ranum itu.
"Kenapa?"
"Karena aku nggak bisa bayangin." Aily menghela napas berat. Dia kemudian meraba tangan Canva lalu membawanya dalam genggaman hangatnya. "Jangan bahas hal-hal yang bikin aku takut."
"Kan orangnya udah ada di sini sekarang. Jadi nggak perlu takut, Ai." Canva justru tertawa menanggapinya.
Aily refleks mencubit punggung tangan Canva lumayan keras. "Kamu suka banget kalau orang lain sedih," katanya sambil membuang napas kasar.
"Aku suka aja kalau kamu khawatir, hehe." Canva menampilkan cengiran tak berdosanya. Perkataannya itu membuat Aily kembali mencubit tangannya. "Ai, kalau tanganku putus, gimana?"
"Lebay," cibir Aily.
"Dijamin gosong besok." Canva meniup punggung tangannya yang terasa perih. Terdengar lebay memang. Tapi percayalah, cubitan Aily memang sakitnya bukan main.
"Aku amplas biar nggak gosong!"
"Jahat banget, cubit balik nih."
Keduanya sontak tertawa bersama, seolah kejadian menakutkan kemarin tak pernah hadir di kehidupan mereka.
****
MENGINGATKAN UNTUK BESOK PUKUL 17.00 WIB, ECCEDENTESIAST HAPPY VERSION PRE ORDER, YA!
CUUSSSS KE INSTAGRAM