Prelude 🔞

2K 136 11
                                    

Hawa panas melingkupi seluruh sudut kamar. Peluh pun membasahi tubuh dan rambut dua lelaki yang tengah bergumul penuh gairah di sana. Menghiraukan udara dingin yang mendesak masuk melalui celah jendela. Lirih terdengar suara gemeresak dedaunan pohon mengetuk-ngetuk dinding luar, beriringan dengan suara desahan dan erangan yang bersahut-sahutan.

"Chan aku mohon aahhh...lebih pelannnhh." Baekhyun berujar dengan napas terengah.

Seolah mengabaikan rengekan itu, Chanyeol semakin gencar memaju mundurkan pinggulnya membuat tubuh lelaki di bawahnya terhentak lebih kuat diatas ranjang. Baekhyun beringsut mendudukkan dirinya ke atas paha Chanyeol, mendesak masuk penyatuan mereka lebih dalam.

"Aaarrggghh"

Chanyeol mengerang keras dibuatnya. Chanyeol kemudian menaik turunkan pinggang lelaki di pangkuannya itu. Membuat tubuh Baekhyun bergerak seirama dengan dorongan kencang yang diterimanya. Baekhyun menatap mata terpejam dan mulut terbuka Chanyeol. Ia menangkup wajah menawan di hadapannya, mengelus dengan ibu jari birai yang terus terbuka mengerang nikmat.

Sentuhan itu mengundang Chanyeol menatap lurus manik hitam indah milik lelakinya yang sekali waktu berkilat merah saat nafsu serigala menguasai. Baekhyun mendekatkan wajahnya perlahan mencoba menyatukan bibir mereka. Tangan Chanyeol seketika mendorong lembut bahu Baekhyun, memaksanya menjauh dan punggungnya kembali menyentuh ranjang. Tentu saja Chanyeol tidak akan membiarkan dia menciumnya. Selalu begitu.

Chanyeol yang meski sedikit terkejut atas tindakan sosok dalam dekapnya, tak lantas membuatnya berhenti.

"Hmmm...ahh!" Baekhyun terkesiap, secara refleks melempar kepalanya pada bantal, tangannya meremat kuat selimut dibawahnya, tak kuasa menahan nikmat saat Chanyeol bergerak cepat menekan lebih jauh.

Chanyeol menggigit bibir bawahnya, menyaksikan Baekhyun yang mendesah tidak keruan dalam kungkungan. Baekhyun menatap mata lelaki diatasnya, pandangan kosong namun penuh nafsu binatang. Tatapan yang selalu ditujukan padanya di kegiatan panas mereka. Baekhyun membenci tatapan itu.

Tangan kiri Chanyeol menggapai tangan Baekhyun untuk digenggam sementara tangan kanannya mencengkeram erat pinggang ramping Baekhyun. Bunyi pertemuan kulit keduanya membuat gairah seolah terkumpul, dengan gerakan yang semakin cepat. Dorongan dan hentakan berkali-kali beradu menggetarkan ranjang besar itu.

"Eunggghhh...ahhhh!"

Desah kencang keduanya bersamaan. Baekhyun merinding mendongakkan kepalanya merasakan hangat dan penuh dalam dirinya. Chanyeol menjatuhkan dirinya disamping Baekhyun setelah melepas penyatuan mereka, meraih mandil di meja sisi ranjang untuk membersihkan cairan sang suami yang mengenai perutnya. Dengan napas yang masih menderu, Chanyeol membuka suara.

"Terima kasih...Luna." Suaranya terdengar jauh dan formal. Lagi. Sungguh Baekhyun tidak ingin mendengarnya, dia mendambakan ungkapan cinta.

Kendati sudah menikah selama sembilan belas tahun, ia sadar betul hati Chanyeol bukan miliknya. Sedari awal pernikahan mereka berdasarkan politik, bukan cinta. Dia hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang Luna, termasuk memenuhi kebutuhan seksual sang Arkhon. Benar adanya, urusan perasaan dan ranjang adalah dua hal yang berbeda.

Chanyeol berguling dan turun dari kasur, seperti yang dia lakukan ribuan kali sebelumnya setiap mereka selesai bercinta. Dia menyeberangi ruangan menuju sebuah meja kayu besar di tengah, berdiri menghadap kegelapan, telanjang. Tangan besarnya sibuk menyentuh kertas berserakan di hadapannya.

Baekhyun menarik selimut tebal sampai ke dagu, matanya mengawasi sang Arkhon. Rambut putih Chanyeol khas klan Arktos berkilau dalam keremangan. Chanyeol tampak gagah dengan punggung lebar penuh bekas luka yang kasar dan menghitam. Serigala yang tak pernah kalah dalam pertempuran, 'Arkhon yang Agung' orang-orang memanggilnya. Dia masih seperti pemuda yang Baekhyun mimpikan untuk dinikahi dulu.

Baekhyun sedikit meringis, pangkal pahanya masih nyeri akibat dorongan Chanyeol yang mendesak. Itu nyeri yang menyenangkan. Dia dapat merasakan hangatnya benih Chanyeol disana.

Sejak Yangyang, putra satu-satunya yang ia lahirkan, Baekhyun belum mengandung kembali. Chanyeol tak pernah melakukan knotting setiap berbagi ranjang dengannya, tak pernah pula mengunjunginya di masa subur saat siklus rut sang Arkhon ataupun ia sendiri.

Baekhyun belum terlalu tua. Dia masih bisa memberi Chanyeol seorang anak lagi. Hanya Dewi Bulan yang mampu membantunya, dia berharap benih itu akan tumbuh dalam dirinya, meski kecil kemungkinannya.

Pikiran-pikiran itu mengingatkannya akan anak-anak mereka. Sowon, anak sulungnya tumbuh menjadi shewolf Alpha yang tangguh, tubuhnya menjulang tinggi bahkan melampaui sang kembaran, Renjun. Renjun si Omega kesayangannya, tak kalah sangar bahkan dengan tubuhnya yang lebih kecil. Dan Yangyang, sang Alpha muda itu ikut apa pun yang dilakukan sang kakak. Ketiganya begitu mirip dengan ayah mereka, yang dinginnya sebeku salju Utara.

"Chanyeol...," panggil sang Luna memecah keheningan di kamar luas itu, "aku mengkhawatirkan Renjun," sambungnya lagi.

Chanyeol terus melakukan kegiatannya, seraya menarik kursi di sisi meja dan duduk menghadap ranjang. Chanyeol berdeham bingung tanpa memandang Baekhyun di ranjang, tak begitu menghiraukan ucapan suaminya. Sang Arkhon masih memfokuskan mata memperhatikan kertas-kertas di tangannya yang Baekhyun yakini berisi keluhan-keluhan inner council.

"Apa yang kau khawatirkan?" sahut Chanyeol melihat sekilas ke arah Baekhyun.

Baekhyun diam tak merespon pertanyaan tersebut. Chanyeol kini sepenuhnya mengalihkan perhatiannya menunggu Baekhyun melanjutkan bicara. Sang Luna terlihat menunduk memainkan selimut. Chanyeol memutuskan beranjak, berjalan menuju tepi ranjang.

"Kau tak perlu mencemaskannya. Dia dibesarkan oleh Alpha hebat sepertimu. Dia bukan Omega lemah," terang Chanyeol meyakinkan sembari mendudukkan diri di sebelah Baekhyun.

"Entahlah, anak ku itu-" Baekhyun mengembuskan napas pelan, "justru itu yang membuatku cemas," lirihnya menatap mata tegas nan tajam sang Arkhon, mencari kekuatan dari sana.

"Anak kita," balas Chanyeol membenarkan ucapan Baekhyun, "percayalah padanya, dia akan baik-baik saja," pungkasnya dengan wajah datar.

Baekhyun tersenyum tipis menanggapi. Anak kita, batinnya. Diam-diam dia berdoa di dalam hati, kebahagiaan untuk putra Omega istimewanya.

Renjun, si sosok berbeda dari yang lain, sebuah anomali yang sulit di uraikan. Anomali, yang dalam kehidupan ini bagai benang-benang kusut yang terjalin membentuk persinggungan titik kuadrat.

Tak disangka.

Tak diduga.

Memberikan kejutan tak terkendali.

Memungkinkan keajaiban tak terprediksi.

Anomali, pada akhirnya adalah rajutan garis takdir yang hanya diketahui sang Dewi Bulan dengan pasti.
-
-
-
To be continued~

***cuap-cuap penulis :)
Setelah perdebatan panjang dengan diri sendiri, akhirnya yakin mau coba-coba publish book. Demi meredam berisiknya kepala sih. Ini tulisan pertamaku, jadi mohon maklumi banyaknya kesalahan di dalam nya.

Kalian yang menemukan book ini bisa aku bilang keajaiban. Karena aku gak punya social media untuk promosi, gak punya follower juga, dan terlalu malu a.k.a belum pede sama tulisan sendiri untuk share di wall penulis lain, hehe. Jadi aku akan sangat sangat sangat berterima kasih bagi siapapun yang dengan senang hati sengaja ataupun tidak sengaja mempromosikannya.

Aku gak berharap akan banyak yang baca. Tapi yang tertarik membaca, tolong beri sedikit dukungan dengan vote dan komen ya. Aku tunggu masukan dan saran dari kalian :)

Happy Reading~

Anomali [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang